Akhirnya dengan berat hati Luna harus meninggalkan agensi yang sudah lebih dari lima tahun ini menaungi dirinya. Mau tidak mau ia harus menerima keputusan dari pimpinannya. Meskipun di dalam hati perempuan itu tidak terima dengan keputusan sepihak dari manajemennya, tetap saja ia tidak bisa berbuat apa-apa. Terlihat dari sorot mata wanita itu ada amarah yang terpendam. Memang jika mengingat pundi-pundi yang telah dihasilkan oleh Luna, tentunya keputusan yang diambil oleh Marsha sangat tidak bijaksana. CEO perempuan itu seolah-olah sedang membuang sesuatu hal yang sudah tidak bermanfaat bagi dirinya. Apa Marsha tidak ingat dengan masa ketenaran Luna pada waktu dulu. Di mana Luna selalu menjadi bintang yang ditunggu-tunggu oleh para perusahaan yang ingin memakai model itu sebagai sarana

