Dari pos satu melaju
Dihajar bebatuan hingga kaki menggerutu
Batu-batu berjajar tak tentu
Membuat jalur terasa berliku-liku
Sesekali wajah melihat ke bawah
Mata menatap pijakan kaki supaya terarah
Tak menginjak batu yang lepas dari tanah
Supaya kaki tak tergelincir terluka parah
Panas terik tanpa suara gemericik
Pertanda tak ada air yang terpercik
Haus tak terkendali, dehidrasi menghampiri
Sesekali terhenti, menghela napas yang terhempas
Bim… bim….!
Tiba-tiba dikejutkan suara dari belakang
Sepertinga ada yang datang saat kaki menerjang
Suara menderu seakan ingin melenggang
Vrom… vrom….!
Suara mobil mendekat, kami berjalan lebih cepat
Tunggu! Mobil apa yang lewat?
Bukankah ini jalur pendakian dengan trek menanjak hebat?
Mobil jenis apa yang mampu berjalan di atas bebatuan?
Kami saling pandang penuh keheranan
Rasa penasaran menyeruak dalam penat pendakian
Berhenti sejenak, menghela napas sambil menunggu deru
Jip ternyata! Kenapa lewat gunung?
Pertanyaan yang tak habis dalam pikiran yang tak berujung
Maklum, bukan hal yang umum
Mungkin hanya di gunung ini kejadian itu terangkum
Hanya di Welirang, jip bisa bertandang
Menghajar bebatuan dari base camp hingga pondokan
Mengangkut belerang, dari bawah langit hingga ke lereng bukit
Dari pagi hingga senja, bolak-balik entah berapa kali rit
Wow….!
Membawa penumpang juga rupanya
Pendaki yang malas jalan dari bawah sana
Atau yang kakinya pegal dihajar tanjakan a*u di atas sana
Memangkas waktu supaya lelah tak lagi mengadu
Kaki-kaki reda terkilir dan sembuh mengalir
Tanjakan penuh bebatuan
Menghajar kaki hingga lebam
Hanya dua jam, dari pos dua hingga taman dewa
Irit waktu perjalanan terbayang nyata
Ongkosnya sangat tak terkira, mahal rupa
Tiga-lima-puluh-ribu per kepala
Yang naik asyik, bikin yang jalan kaki melirik
Kita terengah-engah, mereka berbunga di atas jip sewa
Mencuri waktu ditengah terik dan batu beradu
Tuk segera sampai tanpa berlama-lama menjamah tanah
#
Pos II Kokopan – 2400 mdpl
Mt. Welirang (3156 mdpl)
Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia