CANTIGI MERAH HATI

296 Kata
Rimbunnya pepohonan hutan Menghalangi mentari yang bersinar terangan Cahaya putih menyilaukan pandangan Seakan membius mata tuk terus terpejam Jalan setapak penuh bebatuan Daun pinus kering berjatuhan dari ketinggian Rumput liar yang mengakar di pinggiran Menghiasi tanah yang dipijak selama dalam perjalanan Hutan selalu menawarkan keresahan Antara melanjutkan atau lebih memilih pulang Jalur seribu wajah, membuat mata sering salah arah Tak mampu menerka, mana setapak sesungguhnya Diterkam kebingungan, dalam nestapa kebuntuan Kayu tumbang dihadapan, pandangan terhalang Menghentikan kaki sementara Mencari cara, memutar langkah menemukan arah Jalur bebatuan menanjak Memaksa kaki memperkuat derap pijak Daun tak lagi lebat, rimbunnya hijau lenyap dengan singkat Ruang terang datang, hutan sudah ditinggalkan Wuss….! Angin terasa begitu kencang Menghempas tubuh yang sedari tadi ingin tumbang Bersama dedaunan tertidur di atas tanah gembur Ruang terbuka, mata memandang ke sudut cakrawala Warna merah menyala di kejauhan sana Sebentuk bunga, namun kecil sekali punya rupa Berkerumun ramai di atas daun Indahnya….! Bunga apa namanya? Cantigi, hanya ada di ketinggian tiga-ribu meter pijak kaki Hanya hati sang pemberani yang mampu menemui Harus menempuh jalur penuh peluh Akrab dengan lelah saat kaki menjelajah Wajah susah karena harus menanjak dari segala arah Pegal menjegal bahu dari beratnya keril dipundakku Hadiah dari adri, berupa bunga cantigi Merah merona ditimpa cahaya siang hari Kamera menyala tanda wajah dan bunga mengisi bingkai Siap diunggah saat sinyal telah sampai Tak hanya itu, Apakah kau tahu, buah berwarna ungu? Yup, arbey gunung siap dimakan saat perut murung Rasanya membuat lidah tertawa dan perut lega Hingga raga mampu kembali menjala Ditiap langkah hingga sampai ke atas puncaknya Menembus batasnya Dan sampai ke ujungnya Ingin kubawa untukmu Untuk menggenapi sekarung rindu Supaya rasa tetap terjaga Dan rindu tetap menjadi candu # Lereng tebing Kapur – 2800 mdpl Mt. Welirang (3156 mdpl) Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN