Beratus jejak telah dipijak
Menembus kabut malam tak terelak
Hanya tuk meretas batas perhentian kelak
Di tempat yang semestinya surga bumi terletak
Dimana prasangka fana akan dunia tak lagi nampak
Berlamaan dalam sunyi, sendiri ditemani riuh penuh riak
Danau ini tak pernah sepi
Setiap detik langkah kaki selalu menghampiri
Wahana semesta yang selalu dicari para pendaki
Keelokan rupa bagi yang menyapa tak kan tertandingi
Di ketinggian dua-ribu-empat-ratus meter di atas batas laut
Ratusan manusia memenuhi, nikmati indah alam raya tersaji
Dari kejauhan tampak menarik hati
Rumput hijau berbalut wewarna tenda
Menghiasi lukisan Tuhan yang tak terganti
Duduk di atas biduk menerawang jauh pelupuk
Angan mengaduk lapuk seakan diam pertanda sibuk
Mengeruk mimpi buruk, membuangnya ke dasar lubuk
Dingin angin menghantam
Berjejaran menyeruam malam
Puluh mata menyapa ke atas sana
Bintang menata diri dalam rapi formasi
Atas titah sendrayana penghuni kumbala loka
Menghibur lelah menhapus tajah manusia afwah
Ada yang melukis wajah manis
Ada pula yang merekam jejak kelam
Mengubah jadi cergam tuk dibawa pulang
Naluri wajah kota penuh titik noda menghilang
Merupa sosok tanpa dosa dengan kehidupan desa
Tanpa mesin bersuara, hanya canda alam mendrama
Bercengkerama selayaknya keluarga
Menikmati aroma pagi di depan telaga
Sembari seruput segelas kopi di depan mata
Tak dinyana, inilah kenikmatan hidup tanpa cela
Sungguh tak kan pernah ditemui di atap lantai kota
#
Ranu Kumbala - 2400 mdpl
Mt. Semeru (3676 mdpl)
Lumajang, Jawa Timur, Indonesia