RANU KUMBALA

231 Kata
Beratus jejak telah dipijak Menembus kabut malam tak terelak Hanya tuk meretas batas perhentian kelak Di tempat yang semestinya surga bumi terletak Dimana prasangka fana akan dunia tak lagi nampak Berlamaan dalam sunyi, sendiri ditemani riuh penuh riak Danau ini tak pernah sepi Setiap detik langkah kaki selalu menghampiri Wahana semesta yang selalu dicari para pendaki Keelokan rupa bagi yang menyapa tak kan tertandingi Di ketinggian dua-ribu-empat-ratus meter di atas batas laut Ratusan manusia memenuhi, nikmati indah alam raya tersaji Dari kejauhan tampak menarik hati Rumput hijau berbalut wewarna tenda Menghiasi lukisan Tuhan yang tak terganti Duduk di atas biduk menerawang jauh pelupuk Angan mengaduk lapuk seakan diam pertanda sibuk Mengeruk mimpi buruk, membuangnya ke dasar lubuk Dingin angin menghantam Berjejaran menyeruam malam Puluh mata menyapa ke atas sana Bintang menata diri dalam rapi formasi Atas titah sendrayana penghuni kumbala loka Menghibur lelah menhapus tajah manusia afwah Ada yang melukis wajah manis Ada pula yang merekam jejak kelam Mengubah jadi cergam tuk dibawa pulang Naluri wajah kota penuh titik noda menghilang Merupa sosok tanpa dosa dengan kehidupan desa Tanpa mesin bersuara, hanya canda alam mendrama Bercengkerama selayaknya keluarga Menikmati aroma pagi di depan telaga Sembari seruput segelas kopi di depan mata Tak dinyana, inilah kenikmatan hidup tanpa cela Sungguh tak kan pernah ditemui di atap lantai kota # Ranu Kumbala - 2400 mdpl Mt. Semeru (3676 mdpl) Lumajang, Jawa Timur, Indonesia
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN