DUA

800 Kata
Sinar matahari mengganggu tidur Aretha. Wanita itu mengerang pelan. Tanpa ia sadari ternyata ada seseorang yang memperhatikannya dari ambang pintu. Pintu kamar sedari tadi terbuka, tapi Aretha tak menyadarinya. Pria yang sudah baya itu melangkah mendekati ranjang, siapa lagi jika itu bukan Liam. Karena semalam Maria menelfon Liam, dan mengatakan jika Aretha menginap disini. "Princess bangun, ini sudah jam 8 pagi. Apa kau tak berangkat kekantor hem?" tanya Liam pelan didekat telinga Aretha Perlahan mata Aretha terbuka, dan pertama kali yang terlihat adalah wajah Daddy nya. "Daddy." panggil parau Aretha. "Iya princess?" "Kenapa Daddy bisa ada disini?" Aretha berusaha duduk, dibantu oleh Liam. "Dari tadi princess, bibi Maria mengatakan kau menginap disini." "Benar Daddy, semalam aku kemalamam Daddy. Maafkan aku." ucap Aretha dengan pandangan yang menunduk. "Sebenarnya Daddy tidak mempermasalahkan itu princess. Daddy tak akan marah, asalkan kau baik-baik saja. Dan Daddy akan marah, jika ada sesuatu buruk yang menimpamu." jelas Liam, membuat Aretha lega. "Terima kasih Daddy." "Sama-sama princess." Aretha langsung berhambur kepelukan Liam. "Khmmm hkemmm." deheman pria terdengar, membuat Liam dan Aretha menoleh. Disana, diambang pintu sudah ada Sam dengan setelan formalnya. Berjalan dengan tegap kearah Liam dan Aretha. "Pagi paman. Dan pagi wanita kecilku." sapa Sam, diakhiri dengan mencubit hidung Aretha. "Sam." geram Aretha membuat Liam dan Sam tertawa. Sam selalu memanggil Liam dengan sebutan paman, padahal jika menurut sisila keluarga. Sam sepantaran dengan Liam. Tapi, karena umur Sam dan Liam terpaut sangat jauh. Maka Liam menyuruh Sam memangilnya dengan sebutan paman. "Ayo paman kita sarapan bersama. Dan kau mandilah cepat, jangan lama-lama!" perintah Sam dengan tegas kepada Aretha. "Iya iya, denganmu itu tidak mengasikkan. Lebih asik dengan Lucas, aku menyesal semalam mau kau temani." gerutu Aretha yang masih bisa didengar oleh Sam dan Liam. "Jangan menggerutu wanita kecilku." teriak Sam. "Iya iya bawel." ******        Semua makanan terhidang dimeja makan dengan rapi, dan semua pun sudah berkumpul dimeja makan. Kecuali Aretha. Tak lama kemudian Aretha turun, dengan kemeja putih dan celana jeans panjang. Aretha berganti pakaian yang dibawakan Liam. "Pagi nenek, pagi kakek, pagi Daddy dan lagi kak Lucas." sapa Aretha kepada semua orang, kecuali Sam. "Hey kau tak memberi ucapan pagi untukku?" tanya Sam tapi Aretha tak menghiraukannya. "Pagi juga nak." jawab Martin dan Maria. "Pagi princess." "Pagi boneka Barbie ku." jawab Lucas disertai senyuman. "Awas saja kau Aretha. Aku tak akan mengantarkan mu nanti siang." putus Sam, membuat Aretha menoleh dan menatapnya. "Tidak apa-apa. Oh iya kak Lucas, apa nanti siang kau tidak sibuk?" "Tidak Barbie, memangnya kenapa?" tanya Lucas. "Bisakah antar aku ke makam papa dan mama?" "Tentu Barbie ku." Aretha tersenyum manis, dan menoleh menatap Sam dengan tatapan meremehkan. "Sudah sudah kalian makan dulu." Maria bersuara, dan semuanya memulai aktivitas makan dengan tenang. Diantara Sam dan Lucas. Aretha sering beradu mulut dengan Sam, dan pantang memanggil Sam dengan embel-embel kakak. Baginya Sam tetap Sam, dan tidak diharuskan menyebutnya dengan sebutan kakak. Meskipun mereka sering beradu mulut, mereka saling menyayangi. Rasa kasih sayang Sam kepada Aretha melebihi apapun. Begitu juga dengan Lucas, dibalik sifat pendiam nya. Dan juga tidak pernah beradu mulut dengan Aretha, Lucas juga menyayangi Aretha seperti menyayangi kakaknya Sielvaa. "Aku sudah selesai." Aretha menaruh sendok dan garpu nya. "Aku juga." Lucas mengelap mulutnya dengan tisu, dan berdiri merapikan jas nya. "Aku berangkat ibu, ayah, paman." pamit Lucas. "Iya hati-hati." "Sampai bertemu nanti siang Barbie ku." Lucas mencium pipi kanan dan kiri Aretha. "Iya hati-hati kak Lucas." Jangan heran jika banyak yang memanggil, Aretha dengan sebutan yang berbeda-beda. Khusus Liam, ia memanggil Aretha dengan sebutan princess. Sedangkan Sam, ia memanggil dengan sebutan wanita kecilku. Dan Lucas, dia dari kecil memanggil Aretha dengan sebutan Barbie ku. Menurut Liam Aretha adalah princess nya. Sedangkan untuk Grena Liam memangil dengan sebutan, putri. Jika Sam, ia memanggil dengan sebutan wanita kecilku. Karena bagi dirinya, Aretha wanita kecilnya. Dan Lucas, ia memanggil dengan sebutan Barbie ku. Karena menurutnya wajah Aretha itu seperti Barbie, meskipun sudah berusia hampir 22 tahun. "Aku juga berangkat." Sam berdiri dan berjalan pergi. "Baiklah nek, kakek, dan Daddy. Aretha pergi dulu, karena satu jam lagi meeting." Aretha mencium pipi Liam. Aretha keluar dan mendapati mobil Lamborghini hitamnya terparkir manis. Aretha yakin pasti Daddy nya yang membawanya. Aretha masuk, dan mulai menyalakan mesin. Aretha mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Dan tak butuh waktu lama, ia sudah tiba didepan kantor. Aretha keluar dari mobil, dan langsung menuju ruangannya. Untung ruangannya ada di lantai dua. "Pagi nyonya." sapa Luci yang ber notabe sekertaris nya. "Pagi juga Luci." Aretha masuk ke ruangannya. Dan betapa malasnya Aretha melihat pemandangan didepannya. Setumpuk kertas kertas sudah ada di atas mejanya. Dan itu membuat Aretha muak. Setiap hari jadwalnya dipadatkan oleh berkas, dan juga meeting. Dan nanti siang, ia akan berkunjung ke makam papa dan mamanya. Ditemani oleh Lucas. Untuk itu Aretha berniat nanti malam pergi ke club. Untuk menghibur diri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN