· Satu
Tak butuh waktu lama untuk aku bisa mengatakan kalau aku MENCINTAIMU.
Seorang gadis terlihat menggerutu kesal menantikan jemputan dari sahabat yang menjelma menjadi manajer-Nya. Sesekali kakinya dia hentakkan dengan kesal. Dimanah sih dia, gerutunya membatin.
Sebuah mobil mewah yang berwarna putih berhenti didepanya, sosok pria blasteran berjalan secara kemayu didepanya. Pria itu memamerkan deretan gigi putihnya kepada gadis itu. “Apa kau sudah siap Hon?” tanyanya tanpa merasa bersalah sesedikit pun.
Gadis itu mendengus kesal dan melangkah kearah pintu penumpang di samping kemudi. Dia membuka kaca jendela mobil. “Apa kau mau diam disitu!? Ingat May, dua puluh menit lagi kita ada janji dengan CEO ‘ Anggara Company'.” Ujarnya dengan masih menggunakan nada kesal.
Pria yang bernama Parchinho, tetapi pria kemayu itu lebih senang jika orang di sekelilingnya menyerukannya Maya.
“Sorry Hon,” Ujar Maya mengaku bersalah.
“Ya,Ya,Ya..” Ujar gadis itu cuek.
Dia mengalihkan tatapannya kearah kuku-kuku cantiknya. Sesekali ia meniup kukunya untuk mengalihkan kekesalannya. Namanya Bianca Zamora. Model muda asal Asia lebih tepatnya Indonesia. Bianca adalah satu dari 3 model yang terpilih bisa menjadi model peraga dari perusahaan Anggara Company. Perusahaan yang bergerak dibidang Fashion dan aneka ragam makanan ringan.
Perusahaan Anggara Company juga merupakan perusahaan no. 3 paling besar didunia. Untuk menjadi salah satu model dari perusahaan itu harus menghadapi beberapa seleksi, diantaranya ialah wajib mengikuti masa karantina selama 3 bulan, memiliki berat dengan Max 36 kg dan tinggi badan 170 cm. Dengan tambahan setiap model tidak diperkenan sudah memiliki status sah atau lebih tepatnya sudah menikah. Bahkan setiap calon model harus dipastikan bahwa mereka masih perawan.
“Hon,” Maya menyentuh lengan Bianca. Matanya menatap sayu pada sosok Bianca. Oke! Dia mengaku salah karena telah terlambat datang. Tapi tolonglah, itu semua tidak sengaja dia lakukan. Dia hanya lupa mengatur waktu jam alarm miliknya. “Maaf,” ujarnya menyentuh kedua telinganya. Wajahnya dia buat sepolos mungkin, berharap Bianca mau memaafkannya.
Bianca melirik Maya yang sedang bertingkah konyol didepannya. Pria jadi-jadian itu terlihat sangat mengemaskan saat ini. “Iya, dimaafkan. Tapi ingat jangan diulangi.” Ujar Bianca.
Maya mengangguk semangat. Dia merubah posisi tubuhnya menjadi kearah setir mobil. Dengan senyuman dan siulan Maya mengendarai mobilnya untuk bertemu sang CEO yang katanya memiliki wajah bak dewa Yunani. Bahkan dari artikel yang dia baca sang CEO muda berwajah tampan itu masih melajang dari semenjak ditinggal oleh mantan kekasihnya.
****
Hanya butuh waktu 15 menit bagi Maya untuk tiba ditempat mereka membuat janji dengan CEO perusahaan Anggara Company. Maya memarkirkan mobilnya tepat di samping taman, dipinggir taman yang memperlihatkan pemandangan indah berdiri sosok pria yang bersetelan formal. “Aku akan turun duluan, “ ujar Maya yang langsung keluar tanpa menunggu jawaban dari Bianca.
Maya dan pria tampan itu sedang membicarakan hal yang serius, hal itu terlihat dari mimik kedua pria itu yang terlalu tegang.Setelah memastikan penampilannya sudah rapi, Bianca memutuskan untuk turun dan ikut terlibat dalam pembicaraan kedua pria yang berbeda kepribadian itu.
“Hai, “Ujar Bianca sedikit kikuk dengan senyum sedikit dipaksakan.
“Hai Hon, sini aku kenalkan kau dengan CEO Anggara Company.” Maya menarik Bianca bergabung diantara mereka berdua.
“Dia Arwanda Anggara, pewaris tunggal perusahaan Company Anggara.” Ujar Maya memperkenalkan sosok pria itu kepada Bianca. Namun Bianca hanya diam mengagumi sosok pria gagah didepannya. Dalam hati dia mengucapkan beribu kata pujian untuk pria tampan didepannya ini. Mata biru setajam mata elang membuat bulu kuduk Bianca meremang membayangkan pria itu memeluknya, menciumnya dan membawanya ke dalam kamar. Oh Bianca apa yang ada di dalam otak mesummu itu...
Maya yang melihat pancaran kekaguman dari dua sosok didepannya itu hanya bisa tersenyum dalam hati. “aku permisi dulu.” Pamit Maya.
Bianca mengalihkan tatapannya kepada Maya yang memberikannya kedipan dan senyum menggoda. Oh May, kau memang terbaik. Batinya berterima kasih kepada Maya karena telah memberinya kesempatan berdua dengan pria tampan nan gagah didepannya itu.
***
“Bianca Zamora,” Bianca memperkenalkan dirinya setelah Maya pergi.
Arwanda menautkan alisnya dan menghiraukan sodoran tangan Bianca untuk bersalaman dengannya. “Tidak usah terlalu banyak basa basi, kau tentu tahu kalau aku sudah mengetahui namamu dan bahkan profilmu.” Ujar Arwanda dingin. Matanya menatap tajam kearah Bianca yang telah melotot kepadanya.
Uuuhh, pedas sekali omongan pria ini. Akhlak dan penampilannya sama sekali tidak sama. Benar-benar menyebalkan. Bianca menggerutu.
Bianca sekarang berdiri dengan angkuh, dagunya dia naikkan dan matanya menatap tajam kearah Arwanda. Pujiannya beberapa menit lalu sudah dia tarik. Baginya saat ini Arwanda hanya sosok pria angkuh dan menjijikkan.
“Oh..” ujar Bianca singkat.
Kali ini Arwanda yang mengeram marah, egonya sebagai laki-laki terusik dengan tingkah sombong Bianca saat ini.Perlahan kakinya mendekat kearah Bianca, matanya menatap penuh minat ke sosok wanita angkuh didepannya.
“A..apa yang ma..au kau lakukan.” ujar Bianca terbata-bata. Dia sedikit ngeri dengan tatapan Arwanda.
Cup.
***
Mata Bianca mengerjap lucu ketika Arwanda meraih pinggangnya dan mendekatkan wajahnya kearah Bianca. Kejadian itu sungguh cepat, hingga Bianca tidak menyadari kalau kini bibirnya telah dipangut penuh nikmat oleh pria yang baru beberapa jam dia kenal.
Hati dan pikirannya ingin menolak, tapi tidak dengan tubuhnya. Tubuhnya seperti sangat mendamba dengan sentuhan Arwanda, bahkan kini tangannya sudah melingkar indah pada leher Arwanda.
Cup
“Kau menikmatinya.” Ujar Arwanda tersenyum mengejek.
Dengan kesal Bianca mendorong tubuh Arwanda hingga pria itu hampir saja jatuh tersungkur diatas rerumputan. “kurang ajar sekali kau!! Apa kau tidak punya malu karena telah melecehkanku!!!?” Teriak Bianca berang, nafasnya memburu kesal menatap wajah Arwanda yang tersenyum menjijikkan.
“Kau menikmatinya nona, jadi apa kau masih pantas mengatakan aku melecehkanmu, sementara kau begitu menikmatinya?” tanya Arwanda mengejek.
Bianca mendengus kesal dan melangkah pergi meninggalkan Arwanda yang tersenyum penuh kemenangan. Kakinya dia hentakkan dan wajahnya dia tekuk. Sumpah serapah meluncur tiada henti dari bibirnya.Pria bajingan..