Two

1004 Kata
·       Dua   Keisenganku yang berujung kesenangan dan berhasil membuat aku mengikatmu.   Bianca menatap penuh percaya diri kearah sang photographer, matanya melebar menantang dan bibirnya dia posisikan semenggoda mungkin. Saat ini dia sedang mengenakan bikini terbaru dari perusahaan Anggara Company, dia terpilih menjadi model brandambbasador dari bikini yang saat ini dia kenakan. “Angkat dagumu girl,” Perintah Jasson sang photographer, sesekali Jasson akan melangkah mendekati Bianca untuk mengatur secara langsung bagaimana posisi Bianca. “Ya, sekali lagi...oke selesai.” Ujar Jasson memberi jempol pada hasil bidikannya. Bianca benar-benar model profesional. “kau mengagumkan, babe.” Bianca hanya tersenyum tipis untuk menanggapi pujian Jasson. “Hon, kau luar biasa..” “Thanks May,” “Kau sakit?” tanya Maya menyentuh kening Bianca. “Tapi suhu tubuhmu normal Hon, apa kau ada masalah?” Bianca menggeleng. Dia hanya lagi terlalu malas untuk berbicara saat ini. Moodnya masih hancur karena insiden dimana pria b******n itu menciumnya dengan paksa. “Kau membuatku khawatir..” “Aku tidak apa-apa May, jadi jangan terlalu berlebihan.” Ujar Bianca berlalu pergi meninggalkan Maya yang masih kebingungan akan sikapnya. *** “36 B.” Bianca tersentak kaget dari lamunannya, dia menatap sosok pria yang saat ini sedang memeluknya dari belakang. “kau mengagumkan,” “Lepas b******n!” Bianca mencoba melepaskan pelukan Arwanda. “lepas b******n!!” ulangnya sekali lagi. Demi Tuhan beberapa menit lagi dia akan melakukan sesi pemotretan yang kedua, kalau pria b******k ini selalu mengganggunya maka dipastikan moodnya akan hancur dan berdampak pada hasilnya kerjanya nanti. “Apa maumu?” tanya Bianca pada akhirnya. Semakin dia memberontak maka semakin keras pula Arwanda merengkuh tubuh kecilnya. “Aku menginginkanmu tetap disini menemaniku sepanjang malam.” Jawab Arwanda memberikan beberapa kecupan mesra dipundak polos Bianca. Tangannya yang bertengger diperut Bianca perlahan bergerak membentuk pola-pola abstrak. “A..apa yang kau lakukan?” tanya Bianca menggeliat gelisah ketika Arwanda semakin gencar mengecup lehernya. Tangan Arwanda perlahan merambat naik menyentuh gundukan kenyal itu dengan berhati-hati. “A..aku harus pergi.” Bianca memberontak ingin lepas dan segera  membasuh wajahnya yang memanas. “Tidak!! Kau tidak akan kemana-mana Baby.” Arwanda mendorong tubuh Bianca kearah tempat tidur kecil yang terdapat di ruanganmakeup ini. Arwanda mengunci kedua tangan Bianca ke atas kepala. Kaki Bianca dia kunci dengan kedua kakinya, bibirnya perlahan turun dan mengecup beberapa kali bibir Bianca. “Lepas b******n,” dengus Bianca kesal. Arwanda yang memang sudah bernafsu tidak memperdulikan lirihan kesal dari Bianca, dia semakin gencar memuja setiap jengkal tubuh Bianca, suara yang tadi digunakan Bianca untuk memaki kini berpindah fungsi menjadi suara erangan tertahan. Malam itu menjadi malam yang sangat panjang bagi mereka, tubuh mereka menyatu dengan tanpa adanya ikatan dan Bianca sadar kalau semuanya telah dimulai. Dia akan pasrah dengan apa yang akan terjadi pada dirinya dikemudian hari.  *** Air mata Bianca menetes membanjiri pipinya. Dadanya merasa sesak. Bagaimana bisa dia sebodoh ini? Bagaimana dia bisa menyerahkan hartanya yang paling berharga, kepada pria yang tidak mencintainya? Bianca memutar badannya memunggungi Arwanda yang masih tidur nyenyak. Nak , disana jaga diri baik-baik ya. Jangan terpengaruh sama dunia disana. Dan jagalah kehormatan dirimu karna kehormatanmu itu adalah kado paling berharga yang harus kau berikan sama suamimu kelak. Air mata Bianca semakin deras mengalir tak kalah sepenggal ucapan ibunya terngiang dikepalanya.Hatinya terasa ditusuk ribuan jarum. "Hei, kau sudah bangun?" tanya suara disampingnya sambil memeluk tubuhnya yang bergetar. "Hei kau menangis? " tanya Arwanda sekali lagi ketika merasakan tubuh wanitanya bergetar. "Kau berhasil." desis Bianca, berusaha melepaskan pelukan Arwanda pada tubuhnya."Apa salahku? Kalau kau memang ingin menghancurkan hidupku maka kau berhasil! kau berhasil tuan Anggara yang terhormat." ucap Bianca berusaha bangun dan menyingkirkan tangan Arwanda. Arwanda melihat langkah tertatih wanitanya yang sedang menahan sakit pada selangkangannya. Sepercik rasa bersalah menghampirinya. Ia menyesal telah membuat wanitanya terluka. Maaf. ***             Bianca menghapus bulir-bulir air mata yang masih membanjiri pipinya. Dia mengakui kalau selama ini hidupnya memang bebas dan jauh dari jangkauan kedua orang tuanya, tapi dia tidak pernah membayangkan kalau ia akan diperawani oleh pria yang baru ia kenal. Kau w************n Bie.Bisik Bianca kepada dirinya. Ditambah beberapa jam yang lalu Arwanda pergi begitu saja tanpa ucapan sepata kata pun kepadanya. "Hon.." Bianca menghapus air matanya ketika ia melihat bayangan Maya masuk ke dalam kamarnya yang sudah berubah menjadi kapal pecah. "Ya ampun Hon!!" Triak Maya histeris melihat kamar Bianca yang hancur nya melebihi kapal pecah. Semua peralatan kosmetik Bianca yang semula tertata rapi olehnya kini tercecer hancur dilantai. Mata Maya semakin terbelalak melihat wajah Bianca yang tak kalah hancur dengan kamar. "Apa yang terjadi denganmu Hon?" tanya Maya khawatir sambil mengelus wajah bengkak Bianca yang seperti habis menangis. "Apa ini ada hubungannya dengan pak Arwanda, Hon?" Bianca menggeleng. Dia masih enggan untuk cerita dengan Maya. "Dari mana saja kau?" tanya Bianca dengan suara serak. "Seperti yang kau minta, semalaman aku menyelesaikan pembatalan kontrakmu Hon dengan perusahaan Anggara Company." jelas Maya dengan senyum mengembang. "Dan kau tau Hon, kalau Anggara Company tidak menuntut kita sama sekali." Bianca mengernyit bingung mendengar penjelasan yang dilontarkan Maya. Setahunya setiap model yang membatalkan kontrak kerja dengan perusahaan Anggara Company akan dituntut dengan berbagai pasal dan membayar ganti rugi yang tak sedikit. "Mengapa bisa begitu?" tanya Bianca penasaran. "Aku tidak tahu Hon. Dan kau tau? Anggara Company juga tetap membayar honormu walau kau telah membatalkan kontrak kerja samanya." jelas Maya dan memperlihatkan Cek yang nominalnya sangat besar. Kini Bianca mengangguk mengerti kenapa bisa perusahaan Anggara Company tidak menuntutnya, itu semua karna CEO mereka telah memerawaninya. Aku wanita jalang Ucap Bianca pada dirinya. Hatinya kembali teriris mengingat dirinya sudah tidak perawan lagi. "Berikan ceknya kepadaku May." Maya memberikan cek itu kepada Bianca. "Apa yang akan kau lakukan dengan cek itu?" tanya Maya yang sama sekali tidak digubris oleh Bianca. Ia tetap melangkah meninggalkan Maya yang kebingungan. Benar memang dia yang meminta agar Bianca membatalkan kontraknya tadi malam setelah kejadian naas itu. Dia membenci semua hal yang berhubungan dengan Arwanda Anggara. Saat ini Bianca melangkah ke depan cermin dan sedikit memoles wajahnya dengan bedak Baby yang baru dipungutnya dari lantai kamarnya. "Mau kemana kau Hon? Biar kuantar" "Kau disini saja May. Aku pergi dulu." tolak Bianca dan berlalu pergi meninggalkan apartemennya. Mungkin dia mau berbelanja dengan cek itu.Pikir Maya membantin
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN