Three

1245 Kata
·           Tiga   Cinta dapat merubah segalanya. Termasuk rasa benciku kepadamu yang berubah menjadi cinta.   Air mata Bianca menetes membanjiri pipinya. Dadanya merasa sesak. Bagaimana bisa dia sebodoh ini? Bagaimana dia bisa menyerahkan hartanya yang paling berharga, kepada pria yang tidak mencintainya? Bianca memutar badannya memunggungi Arwanda yang masih tidur nyenyak. Nak , disana jaga diri baik-baik ya. Jangan terpengaruh sama dunia disana. Dan jagalah kehormatan dirimu karna kehormatanmu itu adalah kado paling berharga yang harus kau berikan sama suamimu kelak. Air mata Bianca semakin deras mengalir tak kalah sepenggal ucapan ibunya terngiang dikepalanya.Hatinya terasa ditusuk ribuan jarum. "Hei, kau sudah bangun?" tanya suara disampingnya sambil memeluk tubuhnya yang bergetar. "Hei kau menangis? " tanya Arwanda sekali lagi ketika merasakan tubuh wanitanya bergetar. "Kau berhasil." desis Bianca, berusaha melepaskan pelukan Arwanda pada tubuhnya."Apa salahku? Kalau kau memang ingin menghancurkan hidupku maka kau berhasil! kau berhasil tuan Anggara yang terhormat." ucap Bianca berusaha bangun dan menyingkirkan tangan Arwanda. Arwanda melihat langkah tertatih wanitanya yang sedang menahan sakit pada selangkangannya. Sepercik rasa bersalah menghampirinya. Ia menyesal telah membuat wanitanya terluka. Maaf. ***             Bianca menghapus bulir-bulir air mata yang masih membanjiri pipinya. Dia mengakui kalau selama ini hidupnya memang bebas dan jauh dari jangkauan kedua orang tuanya, tapi dia tidak pernah membayangkan kalau ia akan diperawani oleh pria yang baru ia kenal. Kau w************n Bie.Bisik Bianca kepada dirinya. Ditambah beberapa jam yang lalu Arwanda pergi begitu saja tanpa ucapan sepata kata pun kepadanya. "Hon.." Bianca menghapus air matanya ketika ia melihat bayangan Maya masuk ke dalam kamarnya yang sudah berubah menjadi kapal pecah. "Ya ampun Hon!!" Triak Maya histeris melihat kamar Bianca yang hancur nya melebihi kapal pecah. Semua peralatan kosmetik Bianca yang semula tertata rapi olehnya kini tercecer hancur dilantai. Mata Maya semakin terbelalak melihat wajah Bianca yang tak kalah hancur dengan kamar. "Apa yang terjadi denganmu Hon?" tanya Maya khawatir sambil mengelus wajah bengkak Bianca yang seperti habis menangis. "Apa ini ada hubungannya dengan pak Arwanda, Hon?" Bianca menggeleng. Dia masih enggan untuk cerita dengan Maya. "Dari mana saja kau?" tanya Bianca dengan suara serak. "Seperti yang kau minta, semalaman aku menyelesaikan pembatalan kontrakmu Hon dengan perusahaan Anggara Company." jelas Maya dengan senyum mengembang. "Dan kau tau Hon, kalau Anggara Company tidak menuntut kita sama sekali." Bianca mengernyit bingung mendengar penjelasan yang dilontarkan Maya. Setahunya setiap model yang membatalkan kontrak kerja dengan perusahaan Anggara Company akan dituntut dengan berbagai pasal dan membayar ganti rugi yang tak sedikit. "Mengapa bisa begitu?" tanya Bianca penasaran. "Aku tidak tahu Hon. Dan kau tau? Anggara Company juga tetap membayar honormu walau kau telah membatalkan kontrak kerja samanya." jelas Maya dan memperlihatkan Cek yang nominalnya sangat besar. Kini Bianca mengangguk mengerti kenapa bisa perusahaan Anggara Company tidak menuntutnya, itu semua karna CEO mereka telah memerawaninya. Aku wanita jalang Ucap Bianca pada dirinya. Hatinya kembali teriris mengingat dirinya sudah tidak perawan lagi. "Berikan ceknya kepadaku May." Maya memberikan cek itu kepada Bianca. "Apa yang akan kau lakukan dengan cek itu?" tanya Maya yang sama sekali tidak digubris oleh Bianca. Ia tetap melangkah meninggalkan Maya yang kebingungan. Benar memang dia yang meminta agar Bianca membatalkan kontraknya tadi malam setelah kejadian naas itu. Dia membenci semua hal yang berhubungan dengan Arwanda Anggara. Saat ini Bianca melangkah ke depan cermin dan sedikit memoles wajahnya dengan bedak Baby yang baru dipungutnya dari lantai kamarnya. "Mau kemana kau Hon? Biar kuantar" "Kau disini saja May. Aku pergi dulu." tolak Bianca dan berlalu pergi meninggalkan apartemennya. Mungkin dia mau berbelanja dengan cek itu.Pikir Maya membantin. *** Bianca menatap gedung besar didepannya. Dengan perasaan sedikit was-was Bianca melangkah memasuki gedung perusahaan Anggara Company. "Ada yang bisa saya bantu mbak?" tanya resepsionis itu kepadanya. "Ruangan Pak Arwanda Anggara, dimana?" tanya Bianca. Resepsionis itu menatap Bianca dari atas ke bawah. Dia mengambil kesimpulan kalau Bianca merupakan satu dari seribu jalang yang pernah ditiduri Bosnya. "Maaf mbak, apa mbak sudah membuat janji sebelumnya?" tanya resepsionis itu. Bianca menggeleng. "Belum, tapi saya yakin dia tidak akan marah jika kau mengizinkanku masuk menemuinya." ucap Bianca yakin tak yakin. "Kalau kau tidak percaya, kau boleh menanyakannya langsung kepadanya." ucap Bianca berusaha setenang mungkin, walau sebenarnya dia ingin mencekik wanita didepannya itu. "Baiklah tunggu sebentar, maaf sebelumnya nama mbak siapa?" tanya resepsionis itu kepadanya. Mata Bianca membulat tidak percaya ketika wanita berpenampilan formal itu tidak mengetahui namanya. Apa dia tidak punya tv? Kenapa dia tidak mengenaliku. Hei!! Aku ini model yang sudah cukup terkenal untuk dikenal oleh masyarakat. "Bianca Zamora." kali ini mata resepsionis itu yang membulat mendengar ucapan Bianca. Bagaimana bisa dia tidak mengenali Bianca seorang model yang namanya sedang menjelit didunia? Dengan perasaan yang masih tidak percaya, wanita bertag name Winda itu mulai menghubungi sekretaris pribadi bosnya. "Anda dipersilahkan masuk mbak. Dan Anda diperkenankan menggunakan lift khusus itu." ucap Winda kepada Bianca dengan senyum yang terkesan canggung. Bianca mengangguk dan mengucapkan terima kasih sebelum dia melangkah memasuki lift pribadi yang langsung membawanya ke ruangan CEO-Arwanda. Ting Pintu lift terbuka. Jantung Bianca berdetak kencang. Rileks Bie.. Ucapnya memantrai dirinya agar lebih rileks. Dia bisa melihat kalau saat ini Arwanda sedang bergulat dengan berkas-berkas dan dauble shitt!! Bukan cuma Arwanda yang berada di ruangan ini tapi juga seorang wanita yang tergelatak tak berdaya diatas sofa dengan tubuh dibalut kain putih Dia benar-benar pria b******k. "Eheemmm." Arwanda menoleh dari berkasnya dan menatap Bianca yang kini sedang melangkah kearahnya. "Silakan duduk Bie." Bianca memutar mata jengah mendengar suara Arwanda yang menurutnya kelewat munafik. "Jadi langsung saja, aku datang kesini ingin mengembalikan cek yang kau berikan kepada Maya. Dan satu lagi aku bukan jalang yang bisa kau perlakukan seperti tadi." ucap Bianca tajam. "Kau memang jalangku " jawab Arwanda enteng. Nafas Bianca bergemuruh mendidih mendengar ucapan Arwanda. Sampai mati pun dia tidak akan pernah sudi menjadi jalang dari pria gila seperti Arwanda Anggara. “Kau berbenahlah dan segera pergi dari sini.” Ujar Arwanda dingin kepada jalang tadi. "Dan kau mari ikut aku," Arwanda menarik pergelangan tangan Bianca menuju ruangan pribadi miliknya. Di ruangan itu terdapat king size dan tv. "Mau apa kau membawaku kesini?" tanya Bianca sedikit was-was. Dia takut kejadian semalam akan terulang lagi. "Jangan macam-macam kau!!" triak Bianca ketika dirasakannya Arwanda mulai menenggelamkan wajahnya dilekuk leher miliknya. "Aku menginginkanmu." Bisik Arwanda serak. Dia benar-benar menginginkan Bianca lagi dan lagi. Dia begitu tertarik dengan wanitanya yang satu ini. "Kau..aahhhk" pekik Bianca nyaring ketika Arwanda menggigit gemas lehernya. "Aku benar-benar menginginkanmu Bie." bisik Arwanda lagi dan kali ini dia menarik tengkuk Bianca yang memberontak kepadanya. Dengan sedikit terburu-buru dia mengulum bibir ranum milik Bianca. Bianca tidak tinggal diam, diam memukul dan menjambak rambut milik Arwanda. "Shhh..ahhh" desahan milik Bianca berhasil membuat nafsu yang sudah memuncak semakin memuncak. "Kum..ahhh..mo...sss...hoon berhent..aaahh tii Wan.." mohon Bianca. Namun tanpa  Bianca sadari diapun menginginkan Arwanda sama seperti Arwanda menginginkan nya.Arwanda kembali menempelkan bibirnya ke bibir milik Bianca yang mulai mengoceh tidak jelas. "Ouhh.., mmff.., cuphh.., mpffhh..", Dengan nafas tersengal-sengal Bianca mulai membalas ciuman Arwanda. Arwanda mencoba mengulum lidah mungil Bianca, ketika ia merasakan Bianca mulai membalas sedotannya. Bahkan kini Bianca mencoba menyedot lidah Arwanda ke dalam mulutnya seakan ingin menelannya bulat-bulat. Tangannya kini sudah tidak menahan pergelangan Arwanda lagi, namun kedua-duanya sudah melingkari leher milik Arwanda. Tanpa sadar kini tangan kanan Bianca digunakannya untuk menekan belakang kepala Arwanda sehingga ciuman mereka berdua semakin lengket dan b*******h. Momentum ini tak disia-siakan Arwanda. Arwanda melepaskan bibirnya dari kuluman Bianca, dan ia mulai kembali menciumi leher putih Bianca dengan buas. Sebelah tangannya ia gunakan untuk mengelus punggung Bianca dan yang satu lagi ia gunakan untuk meremas b****g gembul milik Bianca. Arwanda menjauhkan tubuhnya dari Bianca beberapa senti. Ia melihat wajah merah padam Bianca dan nafasnya yang mulai tersenggal. "Hhh..kau..ahhhk.." ucap Bianca terpotong ketika Arwanda sudah mendorong tubuh Bianca keatas king size miliknya dan kejadian terkutuk itu kembali terulang.    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN