Istriku telah ternoda
"A' jangan lupa selalu mengirimiku pesan ya disana, " rengek istriku ketika aku hendak pergi ke luar kota karena tuntutan pekerjaan.
Kami sekarang telah tinggal satu atap, berdua. Tiga bulan menikah aku harus meninggalkannya di rumah sendiri selama satu bulan.
"Kenapa Aa' gk ngajak aku kesana sih? "
"Yang di tugaskan semuanya lelaki, Lisa. Apa nanti mau tidur di penginapan sama lelaki semua? " aku memang berniat untuk menjaganya dari pandangan lelaki lain, walau sebenarnya aku tak tega meninggalkannya sendiri di rumah.
"Nandi kalau takut, ajak si olif ke rumah buat nemani ya? " kuusap pipi lembutnya, Olif adalah adik perempuanku yang berusia 16 tahun.
Begitulah kira-kira moment kami sebelum perpisahan, tak terasa sebulan telah berlalu, aku pulang dengan rindu yang tertumpuk.
Aku membawakan oleh-oleh makanan yang banyak untuknya, namun tak ada satupun yang di makan.
"Aku mau nya Aa', " begitulah rengeknya sambil bergelanyut manja di pangkuanku.
"Kan Aa' kangen sama aku kan, " rayunya, dia terus saja menggodaku, siapa yang tahan di goda wanita yang telah halal?
"Enggak, " jawabku berbohong.
"Iiihh, harus kangen. " wajahnya menjadi cemberut, menggemaskan sekali.
Aku ingin memulai kewajibanku dengan sebuah kecupan, namun saat ku lekatkan bibirku di bibirnya dia malah sedikit menghindar, tadi minta duluan?
Tiba-tiba dia berlari menuju kamar mandi dan muntah, ku kejar dia dan memijat-mijat bahu nya. Dia terus memuntahkan cairan bening.
"Kamu kenapa Lisa? Masuk angin? "
"Aku tidak tau A', " gelengnya.
"Ayo kita ke rumah sakit, wajahmu pucat. " Lisa pun hanya mengangguk.
Di rumah sakit, aku menunggu saat Lisa sedang di periksa oleh dokter Yuri, aku sengaja memilih dokter wanita untuk memeriksa Lisa.
Setelah dokter dan Lisa keluar, dokter pun menjelaskan keadaan Lisa.
"Tidak ada gejala apapun yang dialami non Lisa, tubuhnya sehat, muntah yang dialaminya itu adalah hal normal bagi wanita di awal kehamilan. Selamat, anda akan menjadi seorang ayah, istri anda hamil. "
Aku sangat terkejut mendengar pernyataan itu, Lisa hamil? Bagaimana bisa? Aku belum pernah berhubungan badan dengannya. Ku tatap Lisa tak percaya, wajahnya sama kagetnya denganku.
Perasaanku menggebu-gebu di dalam lubuk hati, apakah Lisa bermain curang di belakangku saat ku tinggal dia? Aku harus menyelesaikan ini di rumah.
Dengan ekspresi yang pura-pura senang di hadapan dokter Yuri, aku pun bersikap seolah-olah itu adalah bayiku.
"Terima kasih ya Dok, saya akan menjaga istri saya, kami pulang dulu. " setelah menyalami dokter kami pun pulang. Diperjalanan kami menjadi bisu tak ada satu kata pun terucap, ku lihat Lisa terus meremas jari tangannya untuk mengurangi gugupnya.
"Mas Rahul sama mbak Lisa darimana? " tanya seorang tetangga yang lewat depan rumah kami. Aku pun menjawabnya dengan senyum.
Setelah kami masuk ke rumah, ku tutup pintu dan menguncinya, juga menutup semua gorden jendela.
"Dia anak siapa, Lisa? "
Lisa hanya tertunduk dan terus meremas jarinya.
"Dia anak siapa!! " refleks aku membentaknya. Dia pun tersentak karena teriakanku.
"A' aku bisa jelasin, ini semua tidak seperti yang Aa' pikirkan, " tangisnya pecah dan mencoba meraih tanganku namun selalu ku tangkis.
Akan jelasin apa dia? Sudah jelas dia hamil, dan bukan karenaku. Sudah jelas, dia bermain kotor di belakangku. Ku banting foto pernikahan kami di hadapannya.
"A' dengerin dulu a' jangan begini, " dia terus saja menangis dan memohon. Bahkan Lisa sampai bersujud di hadapanku. Ini kali pertama aku marah kepadanya.
"Aku tidak seperti itu A', tidak mungkin ini semua tidak mungkin, " dia bersimpuh di kaki ku.
"Lisa, lalu ini apa? Lalu wanita seperti apa dirimu jika yang ku pikirkan salah? Apa ini Lisa apa! " ku tekan perutnya, dia terlihat sedikit meringis menahan sakit.
"Apa kau tau Lisa, yang kau tau kita saling mengenal selama tiga bulan lalu menikah, tidak, tidak denganku, aku sudah mengagumi mu sejak lama, bertahun lamanya. Sudah terlalu lama aku mencintaimu dalam diam, sekarang aku mendapatkanmu, dan ternyata kau wanita seperti ini. " runtuh sudah diriku sebagai seorang lelaki ketika meneteskan cairan bening dari kelopak mataku ketika mengucapkan itu.
"Dengerin Lisa A', dengerin Lisa dulu, " dia terus menangis dan menggelengkan kepalanya.
"Pergi kau dari rumahku, " Lisa membelakkan matanya, menatapku tak percaya karena telah mengusirnya.
"A'? "
"Aku bilang angkat kaki dari rumahku, Lisa. " ucapku sambil menunjuk ke arah pintu, memberitahu untuk keluar.
Lisa masih terus diam tak bergerak. Aku pun memasuki kamar kami membereskan semua pakaian Lisa, dan sedikit menyeretnya untuk keluar.
"A' jangan a', " dia terus merengkuh tanganku.
Setelah mengeluarkan Lisa dari rumahku, ku kunci pintu kembali.
Aku pun mengeluarkan semua yang ku tahan sedari rumah sakit, aku menangis di balik pintu. Bersimpuh memeluk lututku.
Mengapa kau tega? Mengapa? Kau adalah wanita satu-satunya yang aku cintai sekian lamanya, aku selalu memperhatikanmu dari jauh, menjaga dirimu dari jauh demi menghindari zina atas perintah Tuhanku. Aku tidak percaya wanitaku yang penuh dengan kelembutan dan perhatian itu ternyata begitu ganas dan kejam.
Dia hamil 3 minggu? Itu artinya dia melakukannya seminggu setelah aku pergi. Kemana Olif? Apa itu alasan dia tidak memintanya untuk menemani, agar bisa bermain kotor di rumahku?
"Maafkan aku Lisa, maafkan Aa', maaf telah marah. " ucapku lirih, sebenarnya aku juga tidak tega bersikap kasar kepadanya, namun amarah ini mengalahkanku. Bahkan di saat seperti ini, aku masih memikirkan perasaanmu Lisa, kau tidak tau betapa aku mencintaimu, betapa berharganya dirimu bagiku.
Aku mengusap air mataku yang terus mengalir, terus ku usap walau terus menetes lagi. Ku kumpulkan kaca foto penikahan kami yang pecah berserahkan. Ku pandangi foto kami berdua menggunakan pakaian pengantin, tiada hari sebahagia waktu itu.
Aku sungguh ingin memelukmu Lisa, maafkan aku, aku akan mencari pria yang membuatmu hamil, tak peduli jika kau pun mencintainya, aku berjanji akan menemuinya.
Aku akan pulang ke rumah orangtuaku malam ini, aku akan memberitahu mereka bahwa istriku, menantu kesayangan mereka, telah hamil anak orang lain. Aku tidak peduli dengan keluarga Lisa, itu urusan Lisa. Akan ku selesaikan ini semua, termasuk menyelesaikan pernikahan kami.
Aku mengabari keluargaku lewat pesan, menyuruh semua keluarga berkumpul malam ini, akan ku beritahu kepada semua.
Istriku telah ternoda