Bab 9. Dia Istri Saya

1227 Kata
Airin benar-benar kesal dengan kelakuan dari Verrel. Dia seenak jidatnya mengatakan itu. Mohan tidak bisa berkata-kata melihat kelakuan dari tuannya yang semakin hari semakin konyol. Mobil langsung masuk ke dalam tol. Perjalanan malam mereka lalui karena jaraknya lumayan jauh jadi mereka memilih perjalanan malam dan terkadang Verrel bergantian dengaan Mohan untuk membawa mobil. Sedangkan, Airin memilih tidur di bangku belakang. "Tuan, Anda benar-benar berubah. Anda itu tidak seperti ini sebelumnya. Kenapa sekarang Anda seperti ini. Apa yng terjadi dengan Anda tuan?" tanya Mohan yang memberanikan diri untuk bertanya. "Entahlah. Saya juga tidak tahu kenapa. Saya merasa kalau saya itu mulai tertarik dengan dia. Di umur saya yang sudah kepala 3 tepatnya 35 tahun sudah wajar saya mencari wanita yang cocok untuk saya. Selama ini pencarian saya tidak membuahkan hasil dan sekarang dia yang terpilih dan akan saya jadikan istri. Itu semua bukan tanpa alasan. Saya memilih dia karena dia sudah melihat itu saya," jawab Verrel secara blak-blakan ke Mohan. Mohan yang samar-samar mendengarnya hanya menganggukkan kepala mengiyakan apa yang tuannya katakan. Akan tetapi, saat dia tersadar Mohan langsung terkejut. Mohan yang terkejut berhenti mendadak di tengah hutan hingga membuat Airin yang di belakang terguling ke bawah dan Verrel terhantuk ke dasbor. Mereka yang sudah keluar dari tol berhenti di dadakan karena satu kalimat dari Verrel. Verrel kesal karena Mohan menghentikan mobil secara dadakan. "Apa-apaan kamu, Mohan? Bisa-bisanya kamu berhenti mendadak. Bagaimana kalau ada mobil yang lewat kita bisa kecelakaan. Dan Airin? Oh ya Tuhan kesayangan aku jatuh." Verrel segera berbalik melihat keadaan Airin yang sudah nyunsep di bawah dan saat Verrel khawatir dengan Airin yang jatuh ke bawah Verrel melongo karena Airin tidak bangun sama sekali. "Aish, ini bocil tidur kayak kebo. Lihatlah, sudah jatuh pun dia masih tidur. Luar biasa dan unik. Aku suka. Jalan saja, biarkan dia di bawah. Nanti kalau bangun dia akan memakimu dan aku yakin kamu akan ditendangnya. Ayo jalan sana," ucap Verrel meminta ke Mohan untuk jalan. Mohan yang salah paham keluar dari mobil dan jalan. Saat pintu ditutup kencang oleh Mohan Verrel yang masih melihat ke belakang terkejut dan dia melihat asistennya sudah tidak di dalam mobil. Verrel lagi-lagi tercengang dia melihat asistennya jalan kaki. "Dia mau kemana?" tanya Verrel dengan wajah bingung. Verrel masih dalam mode kurang nyambung. Dia bingung kenapa asistennya jalan. Dia tidak meminta asistennya jalan kaki tapi jalankan mobil dalam artian segera pergi. Tapi, kenapa dia malah jalan kaki. Verrel tersadar dari lamunannya dan dia langsung mengumpat karena asistennya malah salah paham. Beruntung mobil mereka di pinggir jadi tidak ada masalah. Verrel pindah tempat dan melajukan mobil menuju asistennya yang berjalan seperti anak yang diusir dari rumah. "Woi, mau kemana?" tanya Verrel yang teriak kenceng memanggil asistennya. Mohan yang mendengar teriakkan tuannya menoleh ke samping dan menaikkan alisnya. "Kenapa tuan menyusul saya?" tanya Mohan yang bingung kenapa tuannya menyusul dia. "Masuk. Kamu ini kalau ngantuk katakan sama saya. Jangan main kabur saja. Saya minta kamu jalan itu bukan untuk kamu jalan kaki. Tapi, jalankan mobil ini. Besok potong gaji," jawab Verrel kesal dengan asistennya yang kadang suka lambat untuk mencerna apa maksudnya padahal dia sangat pintar akademik. Sebenarnya, dia juga salah karena tidak lengkap memberikan intruksi. Tapi, kalau Mohan fokus pasti tahu maksudnya tadi. Mohan pun berjalan ke arah pintu dan duduk kembali. Dan memandang ke arah tuannya. Mohan masuk ke mobil dengan wajah kesal karena disalahkan tuannya. "Tuan yang salah. Harusnya jangan seperti itu mengatakan ke saya. Harusnya Anda .... " Mohan menghentikan ucapannya karena pundaknya dipegang. Posisi mereka yang sudah keluar dari tol dan di hutan membuat suasana mulai mencekam. Ya, mobil yang ada di tengah hutan pasti akan menimbulkan pikiran negatif di benak mereka dan terlebih lagi ada dua kuburan lama di sisi kiri mereka. Dan ada juga pohon beringin tepat di sisi atas kepala batu nisan lama tersebut. Verrel melihat ketakutan di wajah Mohan. Dan Mohan mulai menggerakkan bibirnya untuk memberikan kode ke dirinya. "Tuan, ada hantu." Itulah yang diucapkan oleh Mohan kepada Verrel. Verrel yang tahu hanya bisa diam tidak berani menoleh ke belakang. Tubuhnya gemetar kakinya benar-benar lemas. Mimpi apa dia semalam bisa terjebak di tengah hutan dan kuburan lama. Walaupun dia pria yang namanya mahluk astral siapa yang nggak takut. Bukan masalah iman dan takwa tapi tetap hantu ya hantu tidak ada yang berubah. Sosok menakutkan itu sekarang ada di belakangnya. "Kita di mana?" Suara perempuan jelas terdengar dan suara itu ada di sisi mereka berdua. "Akh, hantu. Lari," Pekik keduanya yang kabur dari mobil lari tunggang langgang. Verrel lebih dulu lari meninggalkan Mohan yang lari belakangan. Pintu terbuka tanpa ditutup. Mohan yang terburu-buru lari tersandung kakinya sendiri hingga jatuh. Lututnya Mohan dan telapak tangannya terluka. "Tuan, tunggu saya. Tuan jangan tinggalkan saya. Tolong, tuan," pekik Mohan memohon kepada Verrel untuk menolong dirinya karena kakinya seperti ada yang pegang padahal tidak ada. Verrel yang sudah lari berbalik untuk selamatkan asistennya. Asistennya itu langka dan dia tidak mau hantu wanita yang di mobil itu menangkap asistennya. "Kamu kenapa jatuh. Harusnya jangan jatuh," ucap Verrel yang berhasil membawa Mohan. "Saya mana tahu, Tuan. Tuan, sepatu saya ketinggalan," rengek Mohan ke Verrel seperti anak kecil. "Ah, masa bodo. Beli lagi lah kamu itu gajinya besar. Kenapa kamu memikirkan sepatu jelekmu itu," sahut Verrel yang membantu Mohan untuk kabur. Saat Verrel hendak lari ada yang menahan gasper di belakang punggungnya. Mohan melihat tuannya tegang dan tidak lari menelan salivanya. Apalagi, bola mata tuannya yang bergerak ke belakang seolah-olah ingin memberitahukan di belakang ada siapa. "Ampunkan kami, hantu wanita. Kami tidak pipis dicelana eh salah kami tidak pipis di rumahmu. Kami hanya berhenti saja sejenak itu juga karena tuan saya. Tolong lepaskan kami berdua jangan buat kami pingsan di sini. Di sini angker dan sepi sudah hentikan, ya," ucap Mohan memohon untuk dilepaskan. "Kenapa kamu tuduh saya. Saya buat apa?" tanya Verrel tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Mohan. "Tadi Tuan katakan, Nona bocil lihat itu Anda makanya saya berhenti dadakan," sahut Mohan yang tak kalah membela dirinya. Airin yang di belakang Verrel menaikkan alisnya. Dia juga geram dan kesal Verrel malah mengatakan itu ke asistennya. Sebenarnya, sedari tadi di mobil dia bingung kenapa dua cowok macho dan tampan ini lari. Saat dia bertanya ada di mana keduanya teriak katakan hantu. Dan dia juga heran saat bangun dirinya bisa di bawah padahal dia ada di kursi mobil. Untuk itu, Airin bertanya dengan mereka dan yang terjadilah malah seperti ini. "Kalian kenapa?" tanya Airin lagi. Airin baru menyadari kalau dia disangka hantu oleh mereka berdua. Dan suara Airin membuat Verrel pingsan dan Mohan yang berlutut melihat tuannya pingsan ikutan pingsan. Dia sudah pipis dicelana karena takut. Airin melihat keduanya pingsan hanya bisa menghela napas. "Lah, malah pingsan." Airin menggarukkan kepala hingga rambutnya acak-acakkan. Airin tidak membawa keduanya masuk karena bisa bau pesing mobil mereka. Airin masuk ke dalam mobil dan makan makanan miliknya. Setelah itu dia memakan cemilan milik Verrel yang cukup banyak. Hingga matanya ngantuk dan Airin tertidur. Esok harinya terdengar suara berisik dari luar. Airin langsung bangun dia takut kalau ada yang jahat dengan dirinya. Ternyata beberapa orang mendekati mobil mereka dan membangunkan Verrel juga Mohan. Airin keluar dan melihat Verrel wajahnya datar dan Mohan yang rambutnya kusut. Dia menahan malu karena dia pipis untungnya tidak ada yang tahu. "Anda diculik dia ya?" tanya beberapa orang yang menatap Airin dengan iba. "Dia istri saya," jawab Verrel menyela Airin yang ingin buka suara.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN