Bab 1. Perselingkuhan
Suara dentuman terdengar cukup kencang. Seorang wanita duduk dengan penuh riang. Wanita tersebut bernama Airin. Airin dan teman-temannya saat ini tengah mengadakan pesta.
"Ayo berpesta," teriak salah satu teman Airin.
Semua bersorak sorai menikmati pesta yang diadakan di club malam. Saat tengah berpesta Airin mendapatkan telepon. Dia segera keluar dari club karena kalau menjawab di club pasti tidak akan terdengar.
"Ya halo. Ada apa, Bi?" tanya Airin kepada si penelpon.
"Non, ibu masuk rumah sakit. Ayo non cepat ke rumah sakit. Saya juga sudah menghubungi bapak tapi tidak dijawab. Apa Non bisa hubungi Bapak sekarang? Pak Kim sudah mengantar ibu ke rumah sakit yang lainnya. Dan rumah sakitnya, rumah sakit biasa ya Non," ucap si penelpon yang bernama Bibi Ina.
Bibi Ina mengatakan kepada Airin kalau ibunya masuk rumah sakit. Tentu saja Airin terkejut mendengarnya. Ibunya menderita sakit jantung dia tidak bisa mendengar sesuatu yang mengejutkan dokter juga sudah menyarankan hati-hati dalam berucap. Untuk itu Airin sangat menjaga ibunya begitu juga dengan ayahnya.
"Baiklah, Bi. Airin segera menghubungi papa sekarang juga. Terima kasih, Bi," jawab Airin yang mengakhiri panggilan telepon dan dia segera menghubungi ayahnya namun berkali-kali telepon ayahnya tidak dijawab.
Saat Airin putus asa karena tidak juga mendapat jawaban dari ayahnya. Airin bergegas ke parkiran dia akan segera menyusul ibunya di rumah sakit yang biasa ibunya datangi.
Namun saat Airin ingin melangkah ke parkiran tanpa dia sangka Airin melihat sosok yang dia kenal.
"Eh, tunggu dulu bukankah itu Papa dan wanita yang bersama Papa itu siapa?" tanya Airin penasaran siapa wanita yang bersama ayahnya.
Posisi wanita itu tidak terlihat dikarenakan wanita itu berpelukan dengan ayahnya. Airin mencoba untuk mendekat. Airin perlahan berjalan menuju ke mobil yang terparkir agak jauh dari pos satpam.
Keduanya masuk ke mobil. Airin mencoba untuk tenang karena saat Airin harus memastikan kebenarannya. Airin bersembunyi di mobil yang di sebelahnya. Terlihat mobil yang tadi ayahnya masuki bergerak cukup hebat.
"Apa yang terjadi?" tanya Airin menutup mulutnya.
Airin tahu mobil bergerak itu pasti ada alasannya dia tidak bodoh umurnya sudah 22 tahun dan dia banyak mendengar hal-hal seperti ini. Airin mencoba untuk mendekati mobil tersebut langkahnya sangat berat.
Air matanya yang ingin jatuh ditahan oleh Airin. Kedua tangan Airin di kepal dengan cukup erat. Airin menghapus perlahan air matanya yang jatuh tanpa dia minta dengan tangan yang bergetar.
Airin berhasil mendekati mobil yang kacanya buram akan tetapi Airin masih bisa mendengar suara desahan dari wanita tersebut karena salah satu kaca mobil terbuka sedikit.
"Lagi, Mas lagi. Aku sudah tidak tahan lagi. Ayo Mas cepat," teriak wanita tersebut yang suaranya sangat familiar di telinga Airin.
Tubuh Airin bergetar hebat dia merasakan ada gejolak yang campur aduk di dalam hatinya. Rasa marah, benci, kesal, sedih semuanya jadi satu.
"Kenapa Papa lakukan ini. Kenapa papa selingkuh di belakang Mama di saat Mama berjuang melawan sakitnya. Apa salah Mama? Kenapa Papa seperti ini. Apa sudah berkurang cinta Papa terhadap Mama?" tanya Airin yang berlinang air mata.
Tubuh Airin semakin bergetar suara tangisnya tertahan. Airin menggigit tangannya agar tidak terdengar suara tangisannya.
Hatinya benar-benar hancur. Kata orang anak perempuan cinta pertamanya itu adalah ayahnya dan sekarang pria yang dia kagumi yang dia cintai yang dia sanjung dan yang dia banggakan kepada teman-temannya atau mungkin kepada dunia sudah menghianatinya terlebih lagi mengkhianati cinta ibunya yang saat ini drop.
Entah kenapa ibunya bisa drop. Apakah ibunya mengetahui kalau ayahnya berselingkuh? Itulah yang Airin pikirkan. Airin terus mendengar suara rintihan, desahan yang membuat Airin semakin tidak kuat. Airin memilih pergi. Saat satu langkah kakinya meninggalkan mobil tersebut terdengarlah satu nama yang disebut oleh ayahnya dengan kata-kata yang sangat manis biasanya untuk ibunya tapi ini untuk selingkuhan ayahnya.
"Aku mencintaimu, Kinanti. Kamu sangat menggoda Kinanti. Kamu membuatku b*******h aku benar-benar mencintaimu tidak ada wanita yang aku cintai selain kamu. Kenapa tidak sedari dulu aku menemukanmu jika aku sudah menemukanmu sedari dulu tentu hidup kita bahagia."
"Aku tidak perlu lagi hidup dengan wanita penyakitan seperti itu. Tidak bisa melayani nafsuku," ucap ayah kandung Airin yang bernama Bramantyo.
Airin yang mendengar ucapan ayahnya terpaku. Satu nama yang diucapkan oleh ayahnya itu adalah nama yang sering datang ke rumah mereka. Nama itu merupakan nama yang selalu disebutkan oleh ibunya. Dan dia adalah sahabat ibu kandungnya dan sekarang sahabatnya itu kini menikam ibunya dari belakang dan ayahnya malah mengatakan ibunya penyakitan dan menyesal menikah dengan dirinya.
"Sungguh terlalu kamu Kinanti. Bisa-bisanya kamu menghianati ibuku. Kamu wanita yang tidak tahu diri. Ibuku angkat kamu dari kemiskinan, pekerjaan diberikan ibuku dan semua yang kamu inginkan sekarang sudah dipenuhi ibuku. Tapi, kamu malah membuat ibuku menderita. Aku akan membalasmu Kinanti. Aku pastikan kamu akan menerima balasan dariku."
"Bukan ibuku yang akan membalasmu tapi aku. Anak saja dari ibuku. Tunggu saja pembalasanku Kinanti dan untukmu Papa, tidak akan kubiarkan kamu mendekati ibuku. Aku pastikan kamu juga akan mendapatkan balasannya. Aku tidak peduli siapa kamu." Dendam di hati Airin meluas.
Dia tidak akan memaafkan kedua orang yang sangat berarti dalam hidup ibunya mengkhianati ibunya. Airin pergi ke arah mobilnya. Airin berhenti sejenak dia mendengar bisikan setan untuk melakukan hukuman pertama untuk mereka.
Airin melihat ada batu tanpa menunggu lama Airin melempar kaca mobil ayahnya yang dia tahu saat ini mereka pasti tengah klimaks, tengah berbagi benih-benih selingkuhan. Oemparan batu yang cukup kencang membuat mobil yang saat ini bergerak pecah dan menimbulkan suara yang cukup kencang dan pantulan batu mengenai mobil yang ada di sampingnya hingga suara alarm mobil yang ada di samping berbunyi.
"Balasan pertama untuk kalian. Tunggu balasan selanjutnya," ucap Airin yang menyeringai.
Airin tersenyum menyeringai. Dia seperti iblis yang baru saja turun dari neraka. Airin segera masuk ke dalam mobil dan meninggalkan parkiran.
Airin sambil menangis melajukan mobil. Dia rapuh saat ini. Airin mengirimkan pesan kepada teman-temannya kalau dia tidak bisa melanjutkan acara ulang tahun teman-teman kuliahnya karena ingin ke rumah sakit menjaga ibunya.
Airin tidak ingin ibunya sendirian. Disaat pria yang dicintai ibunya berselingkuh sahabatnya. Kinanti dan Tuan Bramantyo yang berada di dalam mobil terkejut saat mereka sudah berada di puncak tiba-tiba tersebut lemparan tersebut membuat mereka langsung terduduk dan seketika.
"Sayang, apa ada? Apa ada yang tahu kita disini, Sayang?" tanya Kinanti yang gugup dan takut.
Kinanti segera memakai pakaiannya. Begitu juga dengan Tuan Bramantyo. Dia tidak ingin sampai ada yang mengetahuinya. Dia seorang pengusaha.
Dia tidak mau sampai orang-orang memberikan pandangan buruk terhadapnya terlebih lagi jika sampai ketahuan oleh istri sahnya itu akan membuat dia kehilangan segalanya.
"Apa kita pergi dari sini saja. Sepertinya ada yang sudah melempar mobilku. Coba lihat seperti itu kaca mobilku sial. Dan mobil yang di sebelahnya juga ikut kena imbas. Aku yakin ini pasti orang gila yang sudah membuat mobil kita seperti ini. Ayo cepat pakai bajumu." Bramantyo meminta kepada Kinanti selingkuhannya untuk memakai pakaian dengan cepat.
Karena saat ini security yang ada di tempat tersebut sudah berlari ke arah mereka. Dengan terburu-buru Kinanti memakai pakaian. Begitu juga dengan Bramantyo. Setelah selesai barulah mereka pergi.
"Baru saja kita mulai tantangan percintaan kita di mobil tapi semuanya gagal karena kita sudah diganggu. Bagaimana ini, Sayang. Kita belum sampai puncaknya kita lanjutkan di hotel saja mau?" tanya Kinanti dengan manja.
Kinanti bergelayutan di lengan Tuan Bramantyo. "Ya sudah,.kita ke sana saja," jawab Bramantyo mengiyakan apa yang Kinanti minta.
Kinanti sangat senang dia langsung mencium pipi Tuan Bramantyo. Suami sahabatnya ini benar-benar membuat dia hilang akal. Saat pertama datang dia sudah jatuh cinta dengan Tuan Bramantyo. Dia ingin memiliki Tuan Bramantyo seutuhnya.
Terlebih lagi Tuan Bramantyo pemilik perusahaan. Dan sahabatnya itu penyakit dan sahabatnya itu tidak bisa disembuhkan. Jadi dia harus bisa menyingkirkan sahabatnya agar bisa menjadi satu-satunya istri Tuan Bramantyo dan dia juga akan menyingkirkan anak sahabatnya itu.
Sedangkan Airin yang sudah tiba di rumah sakit bergegas turun. Dengan air mata yang Airin berlari menuju ke lobi rumah sakit. Di depan resepsionis, Airin menatap sang resepsionis. Tatapan yang penuh kesedihan.
"Bisa beritahukan saya di mana kamar ibu Marcella?" tanya Airin dengan suara yang bergetar.
"Oh, ibu Marcella ya. Ada di lantai 5 ruang ICU," jawab resepsionis dengan sopan.
Airin menganggukkan kepala dia segera berlari menuju ke lantai 5 dimana ruangan ICU ibunya berada.
"Mama bertahanlah aku mohon. Bertahan lah demi aku. " Airin terus mengusap air matanya yang jatuh.
Airin tidak kuasa untuk bertemu ibunya di saat dia ingin menjauh terlebih dahulu. Situasi dan kondisi ibunya tidaklah memungkinkan untuk dia menjauhi ibunya terlebih lagi peristiwa yang tadi dia lihat. Sesampainya, di lantai dimana ruangan ibunya berada terlihatlah para pelayan dan supir yang tadi mengantar ibunya menunggu di depan ruang ICU.
"Pak Kim bagaimana dengan ibuku? Apa kata dokter?" tanya Airin kepada sopir keluarga mereka yang sudah lama bekerja dengan mereka.
"Jantung ibumu kumat lagi Airin, sepertinya ibumu banyak pikiran. Bapak tidak tahu apa yang ibumu pikirkan tapi kamu jangan khawatir besok pagi ibumu sudah mulai sadar. Dokter sudah mengatakan kalau besok pagi ibumu sadar dan baik-baik saja. Katanya ini hanya serangan jantung mendadak, tapi harus hati-hati juga," jawab Pak Kim yang mengusap rambut Airin.
Sedari kecil Airin sangat dekat dengannya dan dia sudah menganggap Airin sebagai anaknya. Melihat Airin seperti ini tentu dia merasa sedih. Airin mendekati kaca dimana ibunya berada. Airin menatap ibunya, dia menangis memikirkan ibunya yang dikhianati oleh ayahnya.
"Di saat Mama terbaring pria itu malah berduaan dengan sahabatmu, Ma. Apakah Mama masih bisa menerimanya lagi jika Mama mengetahuinya dan apakah Mama kuat untuk menerima kenyataan bahwa pria yang Mama cintai itu selingkuh ? Kalau aku sudah tidak kuat, Ma. Aku lebih baik menyerah daripada harus bersama dengan pria yang berbagi hatinya dengan wanita lain," gumam Airin yang terus memandang ibunya.
Puas memandang ibunya Airin pergi ke toilet untuk mencuci wajahnya. Airin yaki wajahnya pasti sangat tidak baik. Saat Airin masuk ke dalam toilet terdengar suara teriakan.
"Ahh! Apa yang kamu lakukan, keluar," teriak seorang pria yang terkejut melihat Airin masuk ke dalam toilet pria.
Airin yang terkejut dan segera berbalik. Airin lari keluar dengan wajah pucat. "ya tuhan apa yang terjadi? Tidak...tidak, aku tidak melihatnya. Aku bersumpah atas nama ibuku. Aku tidak melihatnya," jawab Airin yang terus menggelenggkan kepala meyakinkan dirinya kalau dia tidak melihat apa yang ada pada pria tersebut.
Airin yang ingin pergi tapi terhenti karena bajunya ditarik oleh seseorang dari belakang dan Airin berbalik melihat siapa yang menarik bajunya.
Airin melotot melihat pria yang tadi di toilet tersangkanya. "mau apa kamu?" tanya Airin.
"Aku mau pertanggungjawabanmu," jawab pria tersebut.
"Pertanggungjawaban apa? Apa yang kulakukan denganmu?" tanya Airin yang mulai nyolot tidak terima dengan perkataan dari pria tersebut.
Pria tersebut mendekatkan dirinya dengan Airin dan membisikiki sesuatu di telinga Airin hingga membuat Airin kesal dan marah dia langsung mengangkat kaki dan menendang bagian bawah yang tadi dia lihat sekilas hingga membuat pria tersebut mengerang kesakitan dan jatuh ke bawah.
"Ah, dasar wanita barbar. Wanita tidak tahu diri, aku akan menangkapmu. Aku tidak peduli siapa kamu. Kamu harus bertanggung jawab," teriak pria tersebut yang menjerit kesakitan.
Namun Airin tidak peduli dia segera lari meninggalkan pria tidak tahu diri tersebut.
"Kenapa aku bisa bertemu dengan pria tak tahu diri itu. Enak saja dia meminta pertanggungjawaban dan mengatakan itu. Dasar pria kesepian." Airin terus memaki pria yang tadi.
Dia tidak terima dengan apa yang pria itu katakan kepadanya. Airin memilih kembali ke tempat dimana ibunya berada. Saat Airin hendak berbelok Airin berhenti sejenak dan perlahan mundur ke belakang menyembunyikan dirinya agar tidak terlihat oleh orang yang saat ini ingin dia hindari.
"Buat apa mereka datang," ucap Airin yang tidak terima jika kedua orang yang sudah berselingkuh itu datang dan terlihat sahabat dari ibunya menangis.
Saat Airin termenung pundaknya ditepuk oleh seseorang hingga membuat Airin yang ingin berteriak langsung ditutup mulutnya oleh orang tersebut.