Bab 2. Manipulasi Si Pelakor

1614 Kata
"Jangan menjerit kalau kamu menjerit maka kamu akan diusir. Aku minta pertanggungjawabanmu sekarang juga. Ayo tanggung jawab," ucap pria tadi yang masih mengejar Airin. Dia tidak terima pusakanya ditendang oleh Airin. Itu aset satu-satunya jika terjadi sesuatu maka apa yang akan dikatakan wanitanya nanti. Dia tidak ingin dikatakan lemah. Pria tampan, mapan dan macho mempunyai perusahaan yang mewah masa dia harus lemah di ranjang. Airin yang mulutnya ditutup menggigit tangan pria tersebut dengan cukup kencang hingga membuat pria tersebut menjerit. "Akh, kamu ini sebenarnya siluman atau apa? Aduh, kenapa kamu selalu menyakitiku. Aku hanya minta pertanggungjawabanmu kenapa kamu tidak mau bertanggung jawab?" tanya si pria dengan wajah yang kesal. Pria yang meminta pertanggungjawaban Airin mendekati Airin. Namun Airin mundur ke belakang dia ingin menjauhi pria yang tidak tahu diri ini. Pria tersebut bernama Verrel Marcello. Seorang pengusaha terkenal memiliki beberapa usaha di bidang properti, batu bara dan banyak lagi dan dia juga anggota Gengster. Walaupun usianya masih sangat muda tapi dia sudah menjadi orang terkaya dan sangat ditakuti. "Aku sudah katakan kepadamu pertanggungjawaban seperti apa yang ingin kamu minta dariku. Aku tidak pernah sedikitpun melakukan apapun yang salah padamu. Dan siapa suruh kamu masuk ke kamar mandi wanita." Airin tetap menolak untuk bertanggung jawab karena dia tidak salah. Namun Verrel tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Airin. "Hei, bocil dengan baik-baik ya. Kamu itu sudah salah masih nggak ngaku. Kamu itu masuk kamar mandi pria dan sekarang kamu masih ngotot dengan katakan tidak masuk ke sana." "Jadi, dalam hal ini aku yang salah masuk kamar mandi begitu? Harusnya kamu itu lihat pakai matamu. Mata atasmu itu dipakai bukan mata kakimu. Keterlaluan sekali. Aku tidak mau kamu harus bertanggung jawab titik. Apa yang aku katakan tadi harus kamu turuti," jawab Verrel yang masih kekeh meminta Airin untuk bertanggung jawab. Airin menatap ke arah Verrel dengan lekat dan tiba-tiba air mata Airin mengalir. Pikirannya mulai membayangkan permainan panas antara ayahnya dan sahabat ibunya. "Kenapa kalian para pria jahat kepada kaum wanita. Kenapa? Apa salah kami kepada kalian, apa ? atakan kepadaku kenapa kalian melakukan ini. Kenapa kalian selingkuh," teriak Airin yang meluapkan emosinya. Airin memukul Verrel dengan membabi buta dia tidak peduli apa yang ada di pikiran Verrel saat ini kepada dia. Yang penting Airin ingin hatinya tenang. Terlebih lagi saat ini kedua orang yang membuatnya terluka ada di sini dan keduanya berpura-pura sedih. Verrel yang melihat Airin memukulnya dan menangis hanya bisa diam. Dia tidak bisa berkata apa-apa saat ini. verrel membiarkan Airin meluapkan emosinya. Hatinya benar-benar sakit melihat Airin menangis. Tapi dia yakin saat ini Airin pasti mempunyai masalah yang cukup berat sehingga dia menangis histeris seperti ini. Verrel membawa Airin menjauh karena dia yakin Airin pasti memerlukan kenyamanan. Airin terus menangis dia memeluk Verrel menumpahkan semua isi hatinya. Airin terus memaki dan berteriak tidak peduli orang-orang melihatnya begitu juga dengan Verrel yang hanya bisa tersenyum saat para pengunjung rumah sakit memandang ke arahnya. "Hehe, maaf ya istri saya sedang tidak enak badan seperti ini biasa dia ngidam menangis. Maklumi ya. Ngidam aneh ini sudah turun temurun," jawab Verrel yang sembarangan bicara saat dirinya dipandangi orang. Dia takut jika dituduh berbuat yang tidak-tidak dengan Airin. Akhirnya keduanya berada di rooftop rumah sakit. Airin duduk dengan posisi menundukkan kepala dan di sebelahnya Verrel yang masih diam. Sesekali melirik ke arah Airin yang tangisannya sudah mulai reda. Verrel menarik nafas dan membuangnya perlahan. "Apa terlalu berat masalahmu sehingga kamu seperti ini?" tanya Verrel. Airin mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Verrel dan tersenyum kecil. "Terima kasih karena sudah membawaku ke sini dan untuk pertanggungjawaban itu aku tidak bisa. Dan aku akui aku memang tidak sengaja masuk ke sana dan melihat itu. Tapi, itu hanya sekilas. Maafkan aku," jawab Airin yang segera berdiri dan meninggalkan Verrel begitu saja. Verrel tersenyum melihat Airin pergi meninggalkannya. Sebenarnya dia tidak serius meminta Airin bertanggung jawab dia tahu kalau Airin pasti tidak sengaja dan yang dia minta ke Airin membuat dirinya malu. Verrel meminta Airin untuk tidur dengan dirinya tapi nyatanya Airin wanita baik-baik. Dan Verrel suka itu. "Hah, Verrel kamu itu keterlaluan wanita seperti itu kamu ajak dia tidur tanpa ada ikatan. Apa kamu tidak punya hati ya. Bagaimana kalau adikmu diperlakukan sama seperti itu. Dasar bodoh," ucap Verrel pada dirinya sendiri. Verrel duduk menatap langit dia menghitung bintang dan saat Verrel tengah melamun panggilan telepon berdering dan Verrel mengambil telepon untuk melihat siapa yang menghubunginya. Sambil tersenyum Verrel menjawab telepon tersebut. "Iya, Pa. Ada apa ?" tanya Verrel kepada si penelpon. Verrel mengganggukan kepala dan lagi-lagi tersenyum. "baik, Pa. Verrel pulang sebentar lagi pulang ya," jawab Verrel yang mengakhiri panggilannya. Verrel menghela nafas kejadian hari ini benar-benar membuat dirinya mulai tertarik untuk mengetahui tahu siapa wanita yang tadi dia temui. "Aku akan mencari tahu siapa kamu dan apa masalahmu, bocil," jawab Verrel yang segera pergi. Sedangkan Airin dengan wajah yang tenang mendekati dua orang yang sangat ia benci. Terlihat ayahnya berdiri ingin mendekati Airin namun Airin menjauh dan mendekati Bibi Sumi yang mengantar ibunya tadi ke rumah sakit. Airin memeluk Bibi Sumi dengan erat. Melihat penolakan dari Airin tentu saja membuat Tuan Bramantyo terkejut karena biasanya Airin begitu manja dengannya tapi hari ini Airin menunjukkan yang berbeda. "Kenapa dengan anakku?" tanya Tuan Bramantyo dalam hati. Kinanti berdiri dia mengusap lengan Tuan Bramantyo sambil tersenyum. "Sudah, jangan di ganggu Airin. Mungkin Airin ingin bersama dengan Bibi Sumi. Biarkan Bibi Sumi dengannya karena hanya dia yang bisa menenangkan Airin. Sudah kamu duduklah dan istirahat. Tadi di kantor banyak klien hingga kamu tidak bisa pulang cepat dan istirahat," ucap Kinanti yang berdalih kalau Tuan Bramantyo di kantor seharian. Sehingga dia tidak bisa datang ke rumah sakit lebih cepat membuat Airin muak dan menatap tajam ke arah sahabat ibunya itu. "Cih, dasar pelakor tidak tahu diri. Dia benar-benar bermuka dua. Dia katakan kalau ayahku bekerja di kantor seharian. Dia memang kerja tapi bekerja di mobil bersama denganmu," gumam Airin yang muat dan jijik melihat sahabat ibu yang berpura-pura baik di depan ayahnya dan dia. Kinanti memandang ke arah Airin dia juga merasa heran kenapa Airin memandangnya seperti itu biasanya Airin selalu manja dengannya dan jika dia datang Airin selalu memeluknya. Tapi kali ini Airin malah menatapnya seperti musuh. "Airin, Sayang. Kamu sudah makan nak? Bagaimana dengan acara ulang tahun teman-temanmu apakah meriah?" tanya Kinanti dengan suara yang lembut dan senyuman yang manis. Namun Airin tidak merespon Kinanti. Dia semakin muak dengan tingkah laku Kinanti. Airin memalingkan wajahnya dia tidak ingin melihat wajah pelakor terlalu lama karena rasa sakit di hatinya lebih besar dari rasa yang dulu pernah ada. Tuan Bramantyo yang melihat sikap Airin ke Kinanti tidak terima. Tuan Bramantyo langsung buka suara. "Airin, kamu tidak punya mulut ya? Tante Kinanti bertanya denganmu kenapa kamu tidak menjawabnya, apa karena ibumu sakit jadi kamu kehilangan sopan santunmu kepada orang yang lebih tua. Apa ibumu mengajarkanmu tidak sopan dengan orang yang lebih tua dari usiamu?" tanya Tuan Bramantyo dengan suara yang cukup besar. Airin yang tadi membuang muka menatap ke arah ayahnya yang membela selingkuhannya dan malah mengatakan kalau ibunya tidak mengajari dia sopan santun. Dengan dendam yang membara Airin tersenyum menyeringai bak iblis. "Anda mengatakan apa ke saya? Anda katakan saya tidak punya tata krama oh bukan sopan kepada orang yang lebih tua ? Apa Anda melihat saya tidak sopan dengan dia? Saya hanya diam bukan berarti tidak sopan. Apa salah jika saya tidak menjawabnya?" tanya Airin yang sontak saja membuat Kinanti dan Tuan Bramantyo terkejut karena Airin memanggil dirinya Anda bukan papa. "Ada apa denganmu Airin? Kalau kamu punya masalah beritahukan sama Papa. Papa mendatangi orang yang membuat masalah denganmu. Papa tidak ingin anak perempuan Papa satu-satunya disakiti dengan pria." "Kalau kamu di sakiti lebih baik jangan pacaran dulu. Dan kamu tidak Papa izinkan untuk dekat dengan pria miskin terlebih lagi pria yang suka menyakiti wanita atau pria yang suka selingkuh. Papa tidak suka dan Papa akan menjaga anak Papa agar tidak diselingkuhi oleh pria manapun," jawab Tuan Bramantyo dengan tegas kalau dia tidak suka anaknya dipermainkan oleh pasangannya. Airin tertawa mendengar pengakuan dari ayahnya. Dia tidak suka kalau dia diselingkuhi, dipermainkan oleh pasangannya tapi bagaimana dengan ibunya yang diselingkuhi dan dikhianati oleh sahabatnya sendiri dan suaminya. "Benarkah seperti itu kalau Anda tidak suka melihat saya di permainkan oleh pria?" tanya Airin yang membuat Tuan Bramantyo terdiam. Tuan Bramantyo sudah salah berucap dan kata-kata dari Airin seolah-olah menuduh dirinya berselingkuh dan menghianati ibunya. Kinanti yang melihat suasana tidak baik segera menarik lengan Tuan Bramantyo yang untuk duduk. "Sudah ... sudah kamu jangan bertengkar lagi. Todak apa-apa aku mengerti kalau Airin saat ini tengah terpukul dia pasti memikirkan ibunya yang sakit jantung itu. "Airin, tante minta maaf kalau tante terlambat datang ke sini sehingga membuatmu marah kepada tante. Tapi, percayalah pekerjaan tante dan papamu sangat banyak di perusahaan jadi tante tidak bisa meninggalkannya semua ini demi kamu demi ibumu." "Kami bekerja keras agar perusahaan itu maju kalau perusahaan itu maju tentu saja kamu yang akan senang kamu bisa berbelanja dan pergi kemana saja yang kamu inginkan bukan begitu, Sa eh Tuan Bramantyo?" tanya Kinanti yang memandang ke arah Tuan Bramantyo. "Iya, uangku akan aku berikan untuk anakku untuk itu aku melarang dia mencari pria yang suka moroti wanitanya. Kamu ingat, ya Airin. Jangan cari pria yang tukang selingkuh," jawab Tuan Bramantyo dengan tegas. Airin tidak peduli dengan ucapan dari ayahnya itu. Dia makin muak dengan dua orang yang di depannya ini. "Kinanti, aku akan membalasmu. Tunggu saja aku akan buat kamu dan papaku bertengkar hebat akan aku tunjukkan kekuatan anak sah itu seperti apa. Tapi pertama aku harus memberikan satu kejutan untukmu Kinanti apa itu kejutannya? Kita tunggu saja," gumam Airin yang sudah menyiapkan balas dendam pertama untuk pelakor yang mengatasnamakan persahabatan itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN