Bab 11. Apa Salahku?

1285 Kata
"Temui keluargaku. Hanya itu saja. Sisanya aku tidak akan ganggu. Bagaimana? Aku undang ibumu, ayahmu untuk datang. Kamu tidak keberatan? Kalau tidak minggu ini datang aku akan kasih alamatnya melalui pesan setelahnya aku tidak akan menjauh darimu," jawab Verrel yang tersenyum walaupun hatinya tidak rela untuk menjauh dari Airin tapi dia tidak akan ganggu Airin. Airin terdiam dia menatap ke arah Verrel terlihat Verrel serius mengatakan itu dan akhirnya Airin menganggukkan kepala dia setuju untuk pergi menemui keluarga Verrel. "Baiklah aku akan datang bersama keluargaku beritahukan alamatnya saja," jawab Airin yang segera berdiri dan meninggalkan Verrel. Verrel tersenyum akhirnya Airin bisa ikut dengannya. Sebenarnya Verrel ingin menggagalkan perjodohan yang keluarganya berikan kepadanya dia sudah katakan kalau dia punya kekasih dan keluarganya tidak percaya dan malah memintanya untuk membawa kekasihnya ke rumah. Karena tidak ada yang bisa dia bawa Verrel memilih mengulur waktu. Namun karena tidak juga kunjung dia bawa keluarganya marah terutama ayah yang merasa anaknya berbohong. Dan neneknya harus berpura-pura sakit dan meminta dia menikah dengan anak teman ayahnya dan akan dilakukan minggu ini. "Baiklah, aku akan kirim alamat ke kamu." Verrel pun ikut bergabung dengan yang lainnya. Verrel pamitan dengan warga dia sudah selesai melihat proses peresmian pembangunan yang akan dilakukan di tempat tersebut. Dan peletakkan batu pertama juga sudah dia berikan kepada Airin. Dan sekarang mereka kembali ke kota untuk menyelesaikan pekerjaan mereka masing-masing. Tidak ada yang berbicara sama sekali. Ketiganya hanya diam menikmati pemandangan di sekitar jalan. Sore harinya Verrel mengantar Airin ke kantor karena mobil Airin ada di sana. Jadi dirinya meminta diantarkan ke kantor saja. "Jangan lupa ya minggu ini aku akan kirimkan alamatnya," jawab Verrel yang dianggukan oleh Airin. Tidak ada satu kata pun keluar dari mulut Airin sama sekali. Airin segera masuk ke dalam mobil untuk segera bertemu ibunya. Sedari tadi dia melihat pesan dari anak buahnya yang mengatakan kalau ibunya dan kedua orang yang berselingkuh sudah diketahui oleh ibunya namun ayahnya masih mengelak kalau mereka ke hotel bertemu dengan klien. Saat Nyonya Marcella datang ke hotel untuk mengambil barang milik Airin dia melihat suaminya dan juga Kinanti berjalan bersama sambil bergandengan tangan terlihat suaminya sangat bahagia. Begitu juga dengan Kinanti. Ada perasaan curiga dihati Nyonya Marcella akan tetapi perasaan curiga dihati mencoba untuk ditahan oleh Nyonya Marcella. "Mereka tidak melakukan itu," gumam Nyonya Marcella. Nyonya Marcella tidak boleh berpikiran negatif karena belum tahu apa yang terjadi. Dan saat Nyonya Marcella muncul di depan keduanya yang baru saja berbagi keringat keduanya terkejut melihat kedatangan dari Nyonya Marcella terlebih lagi mereka merasa heran agaimana bisa Nyonya Marcella tahu keberadaan mereka. "Marcella. Kenapa kamu di sini apa yang kamu lakukan di hotel ini?" tanya Tuan Bramantyo yang segera melepaskan tangan dari Kinanti. Dia mulai gugup karena tatapan dari Nyonya Marcella terlalu dingin dan berbeda seperti biasanya. "Marcella. Kamu kenapa di sini kamu lagi bertemu dengan seseorang ya? Siapa ? Apakah dia seorang pria? Ya ampun Marcella kamu mau selingkuh ya?" tanya Kinanti yang balik menuduh Nyonya Marcella selingkuh. Mendengar apa yang dikatakan oleh Kinanti Tuan Bramantyo menoleh ke arahnya dia ingin tahu kenapa Kinanti berkata seperti itu. Namun Kinanti yang terlanjur keceplosan berbicara seperti itu tersenyum ke arah Tuan Bramantyo. Nyonya Marcella melihat interaksi keduanya yang dekat dia semakin curiga akan tetapi lagi-lagi Nyonya Marcella masih tetap berpikiran seperti di awal yaitu positif. "Ada apa ya sampai kalian menuduhku selingkuh. Apa kalian ingin membalikkan fakta yang sebenarnya?" tanya Nyonya Marcella. Dia tidak bodoh dia hanya mencoba untuk mengendalikan diri dan juga penyakitnya dan dia juga berpikir bagaimana bisa Airin memintanya datang ke sini dan di saat dia menemui orang yang mengantarkan barang untuk Airin tiba-tiba dia bertemu dengan keduanya seperti sudah direncanakan. "Tidak, aku tidak mengatakan apapun aku hanya berkata apa yang ada di pikiranku saja. Siapa tahu saja kamu bertemu dengan seseorang mungkin kamu bosan dengan Mas Bramantyo jadi kamu mencari orang untuk berbicara empat mata. Kalau kami ke sini ketemu klien. Jadi wajar kalau berdua. Dan kamu jangan malu-malu lah Marcella katakan saja. Aku yakin kamu mencari seseorang untuk bertukar pikiran bukan?" "Terkadang kita tidak bisa bertukar pikiran dengan pasangan kita dan lebih cocok bertukar pikiran dengan orang lain. Sama denganku. Aku juga nanti ..." Kinanti menghentikan ucapannya karena Nyonya Marcella langsung menyahut apa yang dia katakan. "Kamu juga akan mencari pria lain untuk menceritakan keluh kesahmu begitu dan sayangnya pria yang kamu cari itu sudah memiliki istri. Kinanti kamu harus belajar dari pengalaman. Kamu tidak bisa terus-terusan seperti ini Kinanti ada kebahagiaan yang kamu hancurkan demi keegoisanmu itu." " Coba bercerminlah, Kinanti. Di sana kamu bisa melihat seperti apa dirimu. Aku bukan mengguruimu aku hanya mengatakan yang sebenarnya jika kamu memang mempunyai pikiran seperti itu berarti kamu tidak punya perasaan. Jangan pernah mementingkan diri kita sendiri tapi lihatlah orang yang ada di depan mata kita apakah kita menyakiti dia atau tidak," jawab Nyonya Marcella yang segera pergi meninggalkan keduanya. Kata-kata dari Nyonya Marcella benar-benar menusuk membuat Kinanti. Dirinya marah dan tidak terima dengan ucapan Marcella. Kinanti mengepalkan tangannya ingin sekali menjambak Nyonya Marcella dan menampar Nyonya Marcella karena sudah membuatnya terhina seperti ini. "Kamu lihat istrimu itu dia sudah tidak pantas lagi untuk menjadi istrimu lebih baik kamu ceraikan dia buat apa kamu pertahankan dia, Mas. Kamu sudah punya perusahaan sendiri jadi tinggalkan perusahaan itu kalau perlu buat perusahaan itu bangkrut dan dia jatuh miskin." "Apa susahnya kamu melakukan itu kamu itu lemah Mas selalu saja ada di bawah kaki Marcella si wanita penyakitan itu. Aku benci kamu," teriak Kinanti yang segera pergi meninggalkan Tuan Bramantyo. Kinanti menumpahkan amarahnya kepada Tuan Bramantyo sedangkan Tuan Bramantyo yang mendengar kemarahan dari Kinanti murka dengan Nyonya Marcella dia tidak terima kalau Kinanti kekasihnya marah padanya. "Marcella, kamu benar-benar keterlaluan. Aku tidak akan memaafkanmu Marcella. Tunggu saja aku akan membuatmu menderita beruntung hari ini Airin tidak ada di rumah aku bisa menghukummu." Tuhan Bramantyo yang sudah murka segera pergi. dia akan menyusul Nyonya Marcella ke rumah dan memberikan pelajaran untuk Marcella. Sedangkan Nyonya Marcella masih tetap tenang walaupun hatinya hancur dia tetap tenang terlebih lagi dia memikirkan kesehatan jantungnya dan Airin. Dia tidak boleh membuat Airin sedih dan kecewa dengan rumah tangga kedua orang tuanya. Takut Airin trauma dan tidak mau menikah. "Airin tidak boleh tahu masalahku ini. Aku tidak ingin Airin punya masalah dengan pria. Dan juga aku tidak sanggup untuk mengatakannya. Anakku itu masih butuh sosok ayah," ucap Nyonya Marcella. Dan pada akhirnya Nyonya Marcella menangis dengan cepat dia masuk ke dalam mobil dan mobil meninggalkan hotel tersebut. Sopir yang melihat Nyonya Marcella menangis hanya bisa diam dia sebenarnya kasihan dengan majikannya ini. Tapi dia bisa apa. Sebenarnya, dia pun sudah tahu kelakuan dari majikan prianya tapi dia diminta untuk tidak mengatakan apapun tepatnya dia diancam dan sekarang melihat Nyonya Marcella yang sudah mengetahui kebenarannya membuat sang supir menjadi ikutan sedih. "Nyonya, kita mau ke rumah atau ke mana ?" tanya sopir yang melajukan mobil dia ingin tanya kemanakah Nyonya Marcella ingin pergi. "Aku mau pulang saja bawa aku pulang," jawab Nyonya Marcella. "Baik, Nyonya," sahut sang supir. Nyonya Marcella kembali ke rumah dan saat di rumah dirinya naik ke lantai atas untuk istirahat tapi tangan Nyonya Marcella ditarik hingga Nyonya Marcella terhuyung. Satu tamparan mengenai wajah Nyonya Marcella dengan cukup keras. "Ini hukuman kamu karena sudah membuat aku malu dan marah di depan umum. Beraninya kamu menurutku selingkuh. Apa buktinya aku selingkuh hah? Apa?" tanya Tuan Bramantyo dengan wajah penuh amarah. Nyonya Marcella memegang pipinya. Sejak dirinya sakit Tuan Bramantyo tidak lagi lembut dengan dia dan sejak sahabat Kinanti datang ke dalam hidup mereka dan sejak itulah dia diperlakukan tidak baik. Airin tidak pernah tahu jika dia disiksa ayahnya. Fisik tidak apa asal jangan batin. Tapi, dia mendapatkan keduanya. "Kenapa memukulku? Apa salahku padamu?" tanya Nyonya Marcella.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN