"Aku punya bukti kalau omonganku barusan itu benar, Yah, wanita ini pembunuh." Aku menunjuk wajah Tante Miranda dengan hina. Semua orang menatapku, termasuk Nenek yang sampai keluar dari dalam rumahnya. "Zara, kamu ngomong apa sih? siapa yang pembunuh?" tanya wanita tua itu, mungkin saking terburu-buru ia sampai lupa mengenakan kerudung. "Zara, ayo kita pulang, jangan buat kekacauan di sini," sela Tante Miranda sambil berusaha mencekal lenganku. Aku menyeringai sambil menatapnya. "Ngapain pulang?! Takut kebusukannya terbongkar di depan ibu mertua?" Tante Miranda semakin ketakutan melihat keberanianku, ia melihat wajah ayah sebagai kode meminta bantuannya untuk mengajakku pulang. "Zara, Ayah harap kamu ga sembarang mitnah orang ya," sahut Ayah sambil menatap tajam. Namun, aku yakin ia

