(POV Naima) Asih terlihat menangis sebelum memulai bicara. "Waktu itu anak perempuan saya diculik oleh anak buah Miranda, dia mengancam kalau ga nurutin perintahnya maka anak perempuan saya akan diperk*sa." Ia menatapku sambil sesenggukan, entahlah aku pun tak bisa membedakan itu tangisan sungguhan atau hanya pura-pura karena tak ingin disalahkan. "Saya ga bohong, Bu Naima." "Waktu itu saya bingung antara menyelamatkan anak saya atau memilih Bu Dina." Ia bicara lagi karena menyadari raut wajahku terdapat keraguan. "Mana anak perempuanmu yang dulu diculik Miranda?" tanya Ima dengan ketus. "Ada ... ada di dalam, Mbak." Ia menganggukkan kepala. "Sana panggil," ketus Ima lagi. Asih menganggukkan kepala tanpa bicara lalu masuk ke dalam. Tak lama ia keluar dengan anak gadisnya yang ber

