"......Kamu ngapain?"
Jieun sangat bingung. Melihat Raja memelukku, dia pun mulai marah dan berteriak,
“RU, APA YANG KAMU LAKUKAN SEKARANG?!!”
“Jieun, ini- …”
Malu dengan suaranya yang tajam, dia buru-buru menjawab, tetapi Jieun memotongnya dan berkata dengan suara gemetar,
“Kenapa... Kalian berdua tega kepadaku...! ”
"Jieun. Ini tidak seperti yang kamu lihat, kok."
"TERSERAH!" Jieun berteriak dan pergi.
"JIEUN! TUNGGU!! DENGARKAN KATA-KATAKU DULU! JIEUN!!"
Saat Jieun menatapnya dengan marah, dengan cepat berbalik dan meninggalkan ruang audiensi. Raja berdiri dengan rasa sangat malu. Raja yang sangat bingung dengan kejadian ini, bergegas menyusul Jieun sampai lupa kalau dia sedang memelukku yang kehilangan keseimbangan.
GUBRAK
"KYAAA!!"
"PER...? PERMAISURI?!"
Aku hampir tidak bisa bernapas. Aku merasa menabrak sesuatu, tetapi rasanya sangat sakit sehingga aku tidak bisa bernapas. Aku sering meringkuk tetapi ini pertama kalinya aku merasakan sakit yang sangat menusuk di perutku. Aku mengerang tanpa sadar.
“ADUH... PERUTKU...! PERUTKU...!!!”
'Perutku rasanya seperti tersayat!!! Sakit...! Sakit sekali...! '
"HEY! APA TAK ADA ORANG DI LUAR?!! PANGGIL DOKTER KERAJAAN UNTUK SEGERA KESINI! CEPAT!!"
'Dia... Kenapa panik sekali? Entah mengapa.. bukan... Dia yang biasanya '
Segera para pelayan yang datang berlari tercengang melihat kondisiku.
Mengapa? Kenapa menatapku begitu? Apa yang sedang dilakukan para pelayan ini?
Ketika dokter kerajaan datang, Raja memerintahkan dokter untuk merawatku dan meninggalkan ruangan dengan cepat. Sambil menghela nafas panjang, dokter diam-diam menyuruh pelayan untuk membantuku pindah ke tempat tidur.
Saat aku bangun dengan bantuan para pelayan, aku melihat gaun perakku berlumuran darah, gaun yang diberikan ayahku pada saat upacara kedewasaanku.
Aku merasa pusing lagi dan pandanganku mulai kabur. Aku mendengar suara dokter kerajaan dan para pelayan menghilang. Mencium aroma darah yang kuat, aku jatuh ke dalam lubang tanpa dasar.
***
Aku membuka mata karena rasa sakit. Sinar matahari bersinar melalui tirai yang terbuka, dan burung-burung berkicau di luar jendela yang terbuka.
Ini pagi. Pagi yang sama seperti hari lainnya. Tapi mengapa aku merasa hatiku hampa?
“Oh, Permaisuri. Apa sudah bangun? Apakah Anda baik-baik saja, Yang Mulia?”
Ketika aku melihat wajah dokter kerajaan, aku ingat dia memelukku ketika aku hampir tidak seimbang karena pusing. Aku juga ingat bahwa dia ada di sana bersamanya. Dan…
"Uugh... Biarkan aku mengajukan beberapa pertanyaan."
"Tentu, Yang Mulia!"
“... Bayiku, Keguguran?”
“… Maafkan hamba Yang Mulia... ”
“Jadi tebakanku benar?...”
"Hamba benar-benar minta maaf."
Aku sudah menduga sebelumnya, karena begitu banyak darah yang mengalir. Tetapi ketika dokter mengatakan aku keguguran, aku benar-benar bingung bagaimana mengungkapkan perasaanku. Pertanyaan yang paling penting bukanlah ini. Aku sangat takut, jadi aku tidak punya keberanian untuk berbicara, tetapi aku harus mengkonfirmasi beberapa hal lagi.
“Lalu... Apa aku masih bisa mengandung anak lagi?”
Dia tidak mengatakan apa-apa.
“Kenapa kamu tidak menjawabku? aku bertanya padamu.”
“Kalau itu... Hamba... Dikarenakan kondisi tubuh permaisuri dari awal sudah lemah… Maafkan hamba. Hamba sangat menyesal, Yang Mulia. ”
"Aku mendapatkannya."
Begitu rupanya. Jadi ternyata bayiku tidak bisa berjumpa dengan nya. Meskipun aku lebih menderita daripada senang ketika dia b******a denganku, meskipun aku tiba-tiba hamil, meskipun janin tidak bisa tumbuh untuk merasakan cinta ibunya, dan meskipun janin mengganggu ku dengan mual di pagi hari dan pusing, aku tidak bisa melihat diriku dan bayinya. Aku dan bayinya tidak akan pernah ada. Selamanya... Tetapi-
"…Mengerti. Kamu bisa pergi sekarang.”
“Baik, Yang Mulia. Jaga diri anda, Yang Mulia. ”
Tanpa berpikir untuk bangun, aku menatap ke langit kamarku untuk waktu yang lama. Aku tak tahu apa aku harus bersyukur, Tak jadi terlahir seorang bayi dari perempuan yang buruk sepertiku... Seketika saat ini hatiku terasa sakit dengan sosoknya yang lain... Dibandingkan kehilangan bayiku sendiri. Sesuai perkataannya aku benar-benar seorang perempuan kasar yang berhati dingin.
Aku melihat kepala pejabat istana kembali sambil membawa setumpuk kertas, dan para pelayan yang berjaga di luar keluar diam-diam, tetapi aku tidak mampu untuk memperhatikan mereka. Aku menyentuh hatiku ketika aku merasa semakin kosong.
Ketika aku menghibur diriku sendiri, aku melihat seorang pria berseragam memasuki ruangan. Dengan rambut peraknya yang bersinar di bawah sinar matahari, dia menatapku diam-diam dengan mata birunya. Tiba-tiba, mataku kabur.
"Ayah.."
"Apa yang terjadi, Yang Mulia?"
“Seperti yang kamu dengar, ayah. AKU…"
“Saya mendengar Yang Mulia Raja mendorong Anda ke belakang sambil buru-buru berdiri untuk menghapus kesalahpahaman Ratu. Itu sebabnya kamu keguguran bayi. Apakah itu benar? ”
“...Siapa yang menyebarkan rumor sembrono seperti itu. Itu karena aku dengan bodohnya tersandung, jadi jangan dengarkan desas-desus yang tidak berdasar, ayah.”
Ayahku tidak pernah mendengar atau mengulangi desas-desus buruk tentang kerajaan dan keluarga kerajaan.
Aku tidak bisa mempercayai telingaku ketika dia menanyakan pertanyaan itu, jadi aku hanya tersenyum padanya seolah-olah tidak ada yang terjadi.
Tidak peduli siapa yang bergosip tentangku, aku harus memberi contoh sebagai anggota keluarga kerajaan sambil menahan diri untuk tidak mengatakan atau melakukan apa pun yang dapat mempermalukan kerajaan dan keluarga kerajaan.
Ayahku, yang menatapku sebentar tanpa berkata apa-apa, berbicara dengan suara rendah. Ada kesepian di mata birunya. Mata biru lautnya dipenuhi dengan kepahitan.
"Oh, apa yang aku dengar itu benar."
"Ayah."
“… Kamu terluka parah. Istirahatlah dengan baik. ”
Sementara aku melihat ayahku, aku berbaring di tempat tidur, memikirkan pengingatnya bahwa aku harus istirahat.
Tapi bagaimana aku bisa santai sama sekali? Saat aku berbaring diam, beberapa hal muncul di pikiranku. Tatapan dan matanya yang dingin, suaranya yang dingin yang dengannya dia menyatakan bahwa anakku tidak akan pernah menjadi penerusnya tanpa menunjukkan kegembiraan sama sekali, dan tindakannya yang berhati dingin ketika dia hanya memanggil pelayan untuk merawatku bahkan setelah aku jatuh berdarah. lalu mengikuti Ratu.
Aku merasa patah hati. Aku lebih patah hati oleh kenyataan bahwa dia mengikutinya daripada oleh kenyataan bahwa aku kehilangan seorang anak yang belum aku lihat. Mungkin beruntung bahwa anak itu tidak dilahirkan dari seorang wanita sepertiku yang lebih frustrasi oleh kenyataan bahwa dia tidak mendapatkan cintanya daripada oleh kenyataan bahwa dia kehilangan bayi. Kalau dipikir-pikir, mungkin dia benar saat mengatakan aku memang wanita berhati dingin.
Aku merasa seperti aku akan menjadi gila ketika aku hanya duduk diam. Jadi, aku mulai bekerja secara acak. Ketika aku bangun di pagi hari, aku membaca dan membaca koran meskipun kepalaku di awan. Aku terus membaca segunung dokumen sampai semua pelayan pergi tidur dan hari pun tiba. Ketika aku tidak punya kertas lagi untuk dibaca, aku membaca ulang dokumen yang sudah aku tinjau.
Setiap kali aku berbaring di tempat tidur, aku terus mengingat apa yang terjadi hari itu. Setiap kali aku tidur siang, aku mengalami mimpi buruk. Aku tidak ingin berbaring atau tidur.
***
Hari demi hari dan beberapa minggu telah berlalu. Sebelum tenagaku pulih, lagi-lagi aku bermimpi buruk.
'Aku tidak bisa tidur. Insomnia ku bertambah parah saja. Aku mau ke ruang kerja. Pasti banyak kerjaan yang menumpuk selagi aku sakit '
Itu yang ku pikirkan, ketika aku bangun tidur. Tetapi saat aku akan pergi ke ruang kerja aku mendengar para pelayan berbisik di antara mereka sendiri dengan tenang.
"Kamu sudah dengar beritanya?"
"Apa itu benar?"
"Benar, kok! Aku dengar berita ini dari kepala pelayan langsung! Katanya Yang Mulia Ratu hamil!!"
Mereka bilang kalau Jieun hamil?! Aku yang terkejut akan pernyataan itu hanya terdiam mendengar kan percakapan mereka.
"Katanya Baginda Raja sangat senang dengar hal itu! Katanya sebentar lagi akan diadakan perayaan dan para rakyat pun akan diberikan hadiah!! Juga katanya akan diadakan pemberkatan di tempat suci atas kelahiran bayi yang dikehendaki Tuhan!"
"Luar biasa!! Akhirnya pewaris tahta kerajaan akan lahir!!"
Di saat hatiku sudah tenang... Tak ada satu orang pun... Tak ada satu orang pun yang turut ikut senang.
"..... HA. HA HA HA HA (tak ada seorang pun) HA HA HA"
Aku membuat tawa hangat di gosip lucu mereka untuk waktu yang lama. Aku terus tertawa, sambil berjuang untuk bernapas, sampai pelayan yang terpana terkejut lalu berlari keluar
"PERMAISURI!! Permaisuri!! Bukan begitu maksud kami... "
"HAHAHAHA HAMIL! KATANYA DIA HAMIL!! JIEUN MENGANDUNG SEORANG BAYI!! KIKIK HAHA HA HA HA HA HA"
"Permaisuri! Tolong tenanglah!"
Ayahku yang mendengar tawa kerasku berlari ke arahku untuk berbicara.
BRAK!!
"PERMAISURI?! ADA APA INI?!"
"TUAN MONIQUE!" ,Sontak para pelayan yang bergegas keluar ruangan.
"Apa yang Anda lakukan, Yang Mulia?"
“Eh, Ayahanda sudah datang? Apa ayahanda juga datang untuk memberikan selamat kepada Ratu? bukankah itu sangat lucu? Yang Mulia Ratu, wanita yang diduga diberkati Tuhan itu hamil. AHAHAHA. ”
"Yang mulia?"
“Bukankah itu lucu? Bayi ku hilang, tapi dia hamil. Disaat aku dinyatakan tak bisa mengandung seumur hidupku, tetapi perempuan itu malah hamil. Sungguh cerita yang menarik! Bukan begitu, Ayahanda? AHAHAHA... HAHAHAHA!! ”
"KU MOHON TENANGKAN DIRIMU!! PERMAISURI!!"
Ayahku meraih bahuku dan mengguncang ku bolak-balik. Aku memiringkan kepalaku.
Kenapa dia tidak menikmati cerita lucu ini? Kenapa dia menatapku seperti itu?
“Ada apa denganmu, Ayah? Bukankah itu lucu, ayah?”
PLAK!!
Bintang berkelebat di mataku. Aku sadar ketika aku dipukul oleh ayahku untuk pertama kalinya dalam hidupku. Aku tidak punya keberanian untuk melihat wajah ayahku ketika dia terengah-engah, jadi aku sedikit menunduk.
"Apa... Yang barusan telah ku lakukan... Maaf, Ayah karena tadi aku telah berkelakuan tak pantas. ”
"Sekarang, apakah kamu sudah sadar?"
"Ya, aku minta maaf untuk menunjukkan keburukanku."
'Padahal selama ini aku bisa mengontrol emosiku kok... Ayah jelas kecewa. Beliau adalah orang yang tegas kepada siapapun termasuk dia '
"Seharusnya aku tidak menikahkanmu dengannya dan membawamu ke tempat ini"
"......... Apa?"
Sampai sekarang tidak pernah sekalipun ayah membangkang keluarga kerajaan. Apa......... Maksud perkataan ayah barusan?
Aku belajar kursus kerajaan segera setelah aku mengambil langkah pertamaku setelah aku ditunjuk sebagai istrinya.
Seperti kepala keluarga paling setia kerajaan, ayahku tidak pernah menolak keputusan kerajaan untuk mengambil ku sebagai istri putra mahkota dengan memperlakukan ku sebagai anak dari ramalan.
Bahkan ketika ada konfrontasi antara faksi yang ingin menjadikan gadis misterius itu sebagai istrinya dan faksi yang ingin menjadikanku istrinya, ayahku, sebagai pelayan setia keluarga kerajaan, tidak mengajukan keberatan apapun terhadap putra mahkota. keputusan pangeran untuk mengambil Jieun sebagai istrinya. Dan dia dengan rendah hati menerima perintah memalukan sang Raja agar aku, yang awalnya dipilih sebagai Ratu, diterima sebagai Permaisuri.
Meskipun begitu, ayahku sekarang mengatakan bahwa dia menyesal telah menikahkanku dengan Raja. Aku hampir tidak bisa mempercayai telingaku. Apakah aku salah dengar? Ayahku bukan tipe pria yang bisa mengatakan itu.
"Apa yang kamu katakan, ayah?"