Aku gemetar mendengar suara dingin seseorang. Rupanya baginda Raja dan Ratu disampingnya, dia melihat sekeliling, mengerutkan kening dalam-dalam. Tiba-tiba, dia menatapku dengan jengkel dan jijik. Matanya yang dingin sepertinya bertanya padaku apakah aku akan berani merusak pesta untuknya, yang membuatku mundur.
"Saya merasa terhormat untuk melihat Matahari Kerajaan dan Bulan Kerajaan.”
"Apa yang sedang terjadi?"
"Tidak ada, baginda Raja. Tidak terjadi apa-a... HOEK!!"
"....?"
"HOEK......"
Ya Tuhan! Aku tidak ingin terlihat buruk di depannya, tetapi aku merasa sangat mual. Lampu warna-warni dan berbagai warna berputar-putar di depan mataku. Aku merasa seperti akan memuntahkan apa yang aku alami di pagi hari, jadi aku menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri.
Duke Lars, memandang Baginda Raja dan aku secara bergantian, melangkah maju. Setelah menatap Ratu dengan dingin, dia dengan enggan tersenyum padanya.
“Selamat, Yang Mulia!”
"Selamat? Duke Lars, apa maksudmu?"
“Meski belum dapat dipastikan, tetapi sepertinya permaisuri hamil. Jika itu benar, ini merupakan anugerah bagi kerajaan dan juga keluarga kerajaan. Seperti yang Anda ketahui, hanya ada beberapa keturunan dalam keluarga kerajaan dari generasi ke generasi. Apa yang harus ku lakukan selain mengucapkan selamat? ”
Semua orang yang ada disana mulai gaduh mendengar berita tersebut
"HAMIL?"
"Padahal ada Ratu tapi dia malah hamil duluan..."
"Kalau gitu jangan-jangan..."
Aku... mengan... dung...? Anaknya. Dia menatapku dengan terkejut, tetapi Duke Lars tersenyum tipis. Beberapa menatapku dengan gembira, beberapa dengan heran, dan yang lain dengan tidak percaya dan marah.
Pada saat itu, seseorang berjongkok sambil berteriak.
"TIDAK!!"
"JIEUN?!"
Tiara yang menghiasi rambut hitamnya berguling ke lantai. Dia sekarang menatapku dengan tatapan kosong.
"JIEUN! KAMU BAIK-BAIK SAJA?"
Sikapnya yang arogan mengalahkanku. Tidak bisakah dia merasakan orang lain memandangnya dengan jijik dan hina?
Aku tidak dapat menemukan jejak kebanggaan dan martabat sebagai wanita paling mulia di kekaisaran.
"YANG MULIA RATU...!!"
Sontak para tamu undangan
"Jieun. Yuk, berdiri. Mari ku antar"
Raja memeluknya, yang menjatuhkan diri, dan mengangkatnya. Lalu dia langsung tersenyum tipis ke arahku. Aku senang melihat senyum pertamanya padaku. Jantungku mulai berdebar ketika aku berpikir bahwa dia mungkin akan merawatku sedikit lebih dari sebelumnya.
“Sepertinya kamu hamil. Acara yang menyenangkan!”
"Saya merasa terhormat mendengarnya, Yang Mulia."
Hatiku tergetar oleh kata-kata dan tindakannya yang tak terduga untuk sesaat, tetapi begitu aku bertemu matanya yang dingin, aku segera menyadari bahwa dia tidak mengatakan itu karena dia benar-benar bahagia.
Dia adalah penguasa Kerajaan Castina dengan populasi 20 juta. Sama sepertiku yang menerima pelatihan sebagai istri Raja, dia menerima pendidikan yang lebih ketat sebagai satu-satunya penerus Raja segera setelah dia lahir. Jelas, dia, satu-satunya pewaris kerajaan, berbicara kepadaku dengan hangat, sadar akan keluarga dan fraksi ku, berdasarkan pemikiran logisnya. Aku bisa memastikannya di matanya yang dingin, berlawanan dengan bibirnya dengan senyum hangat.
“Apakah hari ini akan menjadi hari yang paling membahagiakan? Karena permaisuri dinyatakan hamil di saat hari peringatannya Ratu? Aku sangat bahagia."
Para bangsawan di sekitarnya membungkuk dan meneriakkan ucapan selamat kepada Raja dan aku.
“BAGINDA RAJA! SELAMAT, YA!! ”
"PERMAISURI!! SELAMAT, YA!!"
"SELAMAT YA!!!"
Tapi aku tidak bisa menunjukkan reaksi apa pun karena tatapannya yang dingin dan membingungkan padaku.
Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari matanya yang dingin dan matanya Jieun bercampur dengan kecemburuan dan pengkhianatan.
Memandangku sebentar, dia berkata dengan suara yang tidak mengandung emosi sama sekali,
“Tampaknya kamu lagi tak enak badan. Bukankah lebih baik kamu pergi istirahat?"
"Baik, Baginda... Kalau begitu aku permisi.”
“Para tamu kehormatan tidak boleh meninggalkan tempat duduk masing-masing. Sekarang aku akan mengantar Ratu ke istanaku, setelah itu aku akan segera menemuimu."
“…Saya merasa terhormat mendengarnya, Yang Mulia.”
"Jaga kesehatan mu, ya."
"... Terimakasih Baginda."
Sebuah penolakan yang sangat jelas... dia membiarkanku keluar dari tempat ini. Aku kembali ke istana setelah membungkuk padanya, yang masih dingin padaku, dan dia melirikku dengan dingin. Aku mendengar dari dokter kerajaan yang dikirim oleh Raja bahwa aku secara resmi hamil.
Melepas gaun beratku, aku berbaring di tempat tidur mengenakan sesuatu yang nyaman dan mengelus perutku.
Aku sangat bingung. Hamil? Aku merasa tidak enak badan karena aku terlalu banyak bekerja akhir-akhir ini. Aku pikir, aku kehilangan nafsu makan karena beban kerja yang berat dan ketegangan yang meningkat. Aku pikir aku merasa pusing karena aku tidak makan dengan baik. Semua asumsiku ternyata salah.
Jadi, apakah ada bayi dalam kandunganku sekarang?
Sayang… Bayinya dan bayiku.
Aku tak pernah memimpikan ini sebelumnya. Sebuah mimpi yang mustahil dan juga kekanak-kanakan. Meskipun dia menghina dan sangat membenciku. Dan apabila anak ini lahir, aku berharap dia akan sedikit mempertimbangkan kehadiran diriku. Tapi mimpi hanyalah mimpi.
Karena Baginda Raja anak tunggal makanya dia pasti juga merasa kesepian seperti diriku. Tetapi kenyataannya... Dia begitu dingin padaku.
Aku merasa sangat bodoh karena aku tidak bisa melepaskan secercah harapan yang ku miliki untuknya. Aku menjadi sangat skeptis tentang diri ku karena aku mendapati diriku masih menunggunya dengan sungguh-sungguh, meskipun aku tahu tidak punya hak atas derajat posisi itu. Tetapi akan terus ku tunggu meski harus menunggu berapa kali pun.
***
Sudah 2 Minggu sejak hari peringatan Ratu... sekalipun dia tidak menengokiku. Meskipun dia mengatakan bahwa dia akan menemuiku cepat atau lambat. Aku sedikit bingung karena aku tahu bahwa dia menepati janjinya, apa pun yang terjadi.
Aku percaya bahwa dia pasti akan datang menemuiku, tidak peduli betapa dia membenciku dan kehamilanku. Dia perlu berbicara denganku setidaknya sekali untuk mengatasi situasi ini entah bagaimana.
Aku terus menunggunya, tapi dia tidak datang.
Sebaliknya, orang yang tidak terduga mengunjungi ku. Meskipun dia sudah lama tidak melihatku, dia hanya menatapku tanpa berkata apa-apa. Dia tidak lain adalah ayahku, salah satu pendiri kerajaan, dan kepala keluarga Monique, yang disebut tombak kerajaan dan subjek paling setia dari keluarga kerajaan.
Sebagai kepala keluarga, ayah ku pernah memimpin ksatria kerajaan biasa, tetap setia kepada keluarga kerajaan selama beberapa generasi. Tidak seperti bangsawan lain yang terkadang mengkritik dan memeriksa tirani Raja berikutnya, keluargaku menunjukkan kesetiaan mutlak kepada keluarga kerajaan, apa pun yang terjadi. Sebagai kepala keluarga Monique, ayahku juga seorang ksatria yang sangat kuno dan blak-blakan. Sehari setelah aku memasuki istana sebagai permaisuri, dia mengajukan diri untuk dikirim ke daerah perbatasan, mengatakan bahwa kenaikan anggota keluarganya tidak baik untuk pemerintahan Raja.
Ayahku, yang datang menemui ku setelah mendengar bahwa aku hamil, tidak mengatakan apa-apa ketika dia melihat aku kuyu karena mual di pagi hari yang semakin parah. Dia hanya mengambil beberapa pekerjaan ku. Meskipun aku tidak berharap banyak, aku tidak bisa menyembunyikan kepahitan ku karena dia tidak menunjukkan perhatian kepada ku.
Suatu hari di suatu pagi, 3 minggu setelah hari peringatan Ratu, Raja akhirnya menghubungiku.
Karena mual di pagi hari dan pusing, aku benar-benar ingin beristirahat, tetapi aku tidak punya pilihan selain pergi ke Istana Raja untuk menemuinya.
Aku melihat ke langit di mana awan gelap berkumpul. Ketika aku melewati taman yang gelap karena tidak ada cahaya, aku melihat sebuah bangunan besar yang tampak abu-abu di bawah naungan.
Apakah karena mendung? Aku merasa luar biasa berat hari ini.
ZRAAAAASSS...
"Baginda, permaisuri telah datang."
.....
"Permaisuri datang menghadap Baginda Raja, Sang Matahari Kerajaan."
“Duduk di sana.”
"Baik, Yang Mulia."
Saat aku duduk, aku merasa pusing lagi. Karena pusing, aku mulai merasa mual.
Aku nyaris tidak bisa menahan diri. Setelah menarik napas dalam-dalam, aku menatapnya.
"Aku tak mau berbelit-belit dan akan langsung ke intinya."
DRAK-
".... . "
“Aku tak pernah menganggap bahwa bayi yang ada di kandunganmu itu adalah anaku.
Dan kamu juga beranggapan demikian karena harga dirimu yang tinggi."
“…”
'Tenangkan dirimu. Aku tidak boleh terlihat menyediakan. Dia akan membenciku '
“Camkan kata-kataku ini selalu. Aku hanya memilih seorang pewaris tahta dari anak yang dilahirkan oleh Ratu. Apakah kamu mengerti? ”
Suaranya dingin. Setiap kata yang dia keluarkan terasa dingin di telinga. Ketika aku tersentak, dia melanjutkan dengan dingin,
“Mengapa kamu tidak menjawab? Mau berapa kali kamu melahirkan pun. Jelas aku tidak peduli dengan semua anak-anakmu. Mereka tidak akan pernah menjadi pewaris tahtaku. Kamu mengerti, kan?"
'Suaranya terdengar sangat dingin... Sampai menusuk ke tulang... '
"Kenapa malah diam? Aku tanya kamu mengerti atau tidak."
"Baik... Saya akan mengingatnya, Yang Mulia."
'Mengapa membenciku hingga seperti ini... Hatiku sakit...'
"Jika kamu mendapatkannya, keluarlah. Aku harap kau tidak akan membuat keributan tentang masalah ini. ”
"Baik, Yang Mulia. Kalau begitu, biarkan aku pergi…”
Aku tidak bisa membalas ketika dia menggunakan bahasa kasar seperti itu. Aku hampir tidak bisa berdiri ketika aku merasa pusing lagi. Pada saat itu, dunia berputar-putar di depan mataku.
Oh tidak. Saat aku jatuh, kehilangan keseimbangan, seseorang dengan cepat meraihku.
'Ah.... Sepertinya... Ini pertama kalinya aku melihat ekspresinya yang seperti ini...'
BRAK-
"RU! Aku datang karena bosan menunggumu! Hari... Ini... ."
"... Ru? ... Tia? ”