3. Rebirth Desire

1096 Kata
Selama perjalanan yang mereka lakukan bersama penjaga dari klan vampire, tidak ada sedikitpun halangan. Hingga akhirnya sampai di perbatasan desa pada pagi hari. Mereka turun dari atas kuda, dan berterima kasih atas pertolongan dari penjaga itu. Mereka turun tepat di perbatasan wilayah, dan kini kembali berjalan untuk mencari keberadaan rumah yang sudah menunggu mereka. Wilayah Rebirth memiliki kawasan rumah yang cukup padat, bahkan penduduk di sana terlihat berkecukupan. “Moran, di mana rumah kita?” tanya Nezera. “Ada di sebelah timur, dari sana kita bisa melihat kerajaan dengan jelas. Ayo segera ke sana!” Moran terlihat sangat bersemangat untuk bisa sampai di rumah itu. Ya, pria itu juga akan tinggal bersama Nezera dan ibu-nya. Karena Eternal Desire tidak akan memberikan rumah untuk pendatang yang hanya seorang diri masuk ke dalam wilayah mereka. Biasanya para pendatang yang hanya seorang diri akan tinggal langsung di wilayah kerajaan sebagai pelayan. Ada juga yang menumpang dan bekerja bersama para manusia lainnya. Akhirnya … mereka sampai di sebuah rumah dengan pintu pagar yang terbuat dari kayu. Rumah dengan lima kamar itu terlihat cukup besar untuk mereka tempati. Dan di depan rumah terlihat ada kebun kecil untuk menanam sayur mayur. Lalu, di belakang rumah ada peternakan babi, dan juga kolam ikan. “Ibu, rumah ini terlalu besar … aku sangat senang sekali!” seru Nezera. “Kau benar. Moran, apa kita tidak salah rumah?” tanya Philomena. “Aku sudah bertanya pada penduduk sekitar, mereka mengatakan jika rumah ini yang masih kosong di wilayah timur,” jelas Moran. “Baiklah, di mana kunci rumahnya?” tanya Philomena. “Ini,” ucap Moran sembari memeberikan kunci rumah. Philomena berjalan maju dan membuka pintu rumah. Ceklek Pintu yang terbuat dari kayu dengan dua sisi itupun mulai terbuka dengan perlahan. Terlihat jelas di dalam sana, ada perabotan rumah yang tertutup oleh kain putih. Rumah itu memiliki dua lantai, da nada tiga kamar di atas, juga dua kamar di bawah. Moran menyarankan untuk ke tiga wanita itu tinggal di lantai atas, sedangkan dirinya akan ada di lantai bawah. “Baiklah, Ibu akan membawa Demitria ke atas. Kalian cepat bersih-bersih!” ujar Philomena. “Baik, Ibu.” Nezera memulai kegiatan bersama Moran. Mereka mulai membersihkan ruangan di lantai satu bersama. Mulai dari membuka perabot yang tertutup kain putih, lalu menyapu dan membersihkan debu yang menempel di perabot di sana. “Hei, terima kasih. Kau membuat hidup keluargaku sedikit berubah,” ujar Nezera. “Aku tidak memiliki siapapun selain kalian, terima kasih karena masih menerima aku menjadi salah satu dari keluarga kalian,” balas Moran. “Baiklah, kita harus segera membersihkannya dan membagi tugas,” ujar Nezera. Moran tersenyum lalu mengangguk. Saat mereka hampir selesai dengan kegiatan di sana, Philomena terlihat menuruni anak tangga untuk menghampiri ke duanya. “Ibu, apa Demitria tidur?” tanya Nezera. “Tidak, adikmu masih menghafalkan ruang kamar miliknya. Ia akan segera turun saat selesai,” jelas Philomena. “Apa ia sangat bahagia?” tanya Moran. “Tentu saja, Kalian pasti sudah tahu bagaimana Demitria.” Nezera senang sekali melihat Ibu dan Adiknya bisa hidup dengan keamanan yang selama ini tidak bisa mereka dapatkan saat berada di wilayah p*********n Night Lust. Mereka kembali melanjutkan kegiatan untuk membersihkan rumah, hingga akhirnya selesai dengan kelelahan yang luar biasa. Nezera duduk di sofa bersama Moran, sedangkan Philomena menyiapkan makanan untuk mereka. Tidak lama setelah itu, terlihat Demitria berjalan menghampiri mereka dengan menggunakan tongkatnya. “Demetria, kemarilah!” panggil Moran. “Kakak, rumah ini sangat besar. Andai aku bisa melihatnya, aku pasti bisa melompat kegirangan saat ini,” ujar gadis itu. “Hahaha, ya … kau sangat benar. Rumah ini sudah seperti istana, dan kau masih belum melihat halaman di sekitar rumah. Di depan sana ada kebun kecil untuk sayur mayur, lalu … di bagian belakang rumah ada kolam ikan yang bisa kita ternak dan bisa kita makan ikannya jika sudah besar. Sedangkan di samping kolam ikan, ada peternakan babi milik kita,” ujar Nezera. “Benarkah? Astaga … aku senang memiliki banyak sekali hewan dan tumbuhan untuk dirawat,” jawab Demitria. Saat mereka tengah asik mengobrol, Philomena memanggil untuk makan malam. Ya … mereka sudah melewatkan makan siang karena terlalu asik membersihkan rumah itu. Ke-empatnya duduk dalam satu meja makan. Meski hanya makanan seadanya, tetapi mereka sangat senang. “Maaf, aku hanya menemukan ini dalam keranjang milik kita, dan di tempat penyimpanan yang ada di sana.” “Ibu, tidak apa. Besok … kita akan mulai bekerja, kita bisa makan setiap hari tanpa harus kelaparan seperti biasa.” “Kau benar, Sayang. Aku tidak menyangka jika kita bisa tinggal di sini.” “Seharusnya sejak awal saja kita pergi dari desa itu!” gerutu Nezera. “Sudahlah, cepat habiskan makananmu! Kita harus beristirahat untuk kegiatan besok.” “Iya.” Mereka pun melanjutkan kegiatan makan malam hingga selesai. Setelah itu, mereka masuk ke dalam kamar masing-masing. Tidur dan berharap semua akan berjalan lancar untuk tes masuk menjadi pelayan di dalam kerajaan. *** Pagi datang dengan cepat. Makanan sudah tersaji di atas meja makan, dan Nezera juga terlihat sedang memberi makan para babi yang ada di dalam kandang. Demitria kini duduk menunggu semua berkumpul di meja makan. Hanya saja … pria satu-satunya di sana masih belum membuka mata. Dan seperti dulu, Nezera akan masuk ke dalam kamar itu dan membangunkan Moran dengan kasar. Byur … Satu gayung berisi air kamar mandi membasahi wajah Moran, hingga akhirnya pria itu terbangun dengan napas yang sedikit memburu. “Sial! Apa yang kau lakukan?” tanya Moran, kesal. “Apa kau tidak tahu sekarang jam berapa? Kau bisa membuat aku batal masuk menjadi pelayan di sana!” omel Nezera. “Maaf, aku tidak bisa tidur semalam.” “Ha? Kenapa?” “Entahlah … aku seperti mendengar ada beberapa penjaga yang datang. Tetapi mereka tidak masuk ke dalam rumah. Hanya di depan halaman, dan seperti berbicara dalam bahasa mereka. Aku bahkan tidak mengerti apa yang mereka katakan,” jelas Moran. “Kenapa kau tidak memberitahu aku? Aku bisa berbicara dalam bahasa mereka.” “Maaf, aku tidak ingin mengganggu tidurmu. Ah … sial! Kenapa sangat dingin! Kau sengaja ingin aku sakit.” “Hahaha, maaf, cepat mandi! Ibu sudah menyiapkan makanan untuk kita!” “Baiklah, kita akan pergi ke tempat dilakukannya tes masuk.” “Oke.” Setelah memastikan Moran masuk ke dalam kamar mandi, Nezera melangkah kembali menghampiri ibu dan adiknya. Ia pun duduk dan mulai menyantap makanan yang sudah tersedia di atas meja. “Nezera, kenapa kau tidak menunggu Moran untuk makan?” tanya Philomena. “Tidak, karena ia pasti sudah tahu jika aku enggan menunggu.”  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN