bc

Vendetta (Indonesia)

book_age18+
2.4K
IKUTI
8.8K
BACA
murder
revenge
dominant
bitch
drama
bxg
multi-character
city
enimies to lovers
affair
like
intro-logo
Uraian

Menjadi seorang wanita pendendam bukanlah keinginan Ravena Hollie. Namun apa daya disaat usianya yang baru menginjak 8 tahun, ia mengetahui kedua orangtuanya telah dibunuh oleh kelompok pembunuh bayaran. Dan semenjak saat itu, setelah 20 tahun berlalu Ravena memiliki keinginan untuk balas dendam.

Bersama sang suami yang ia cintai Sebastian McWallen, seorang pemimpin kelompok pembunuh bayaran juga. Yang sama ingin melakukan balas dendam terhadap rivalnya, Venezio Evans. Namun selama pernikahan itu berlangsung rasa cinta Ravena justru dibalas oleh pengkhianatan dan kebohongan oleh Sebastian.

Bagaimana Ravena bisa menghadapi pria yang ternyata tidak pernah mencintainya? Dan apakah Ravena akan menerima rasa cinta yang ia harapkan, namun justru ada pada pria yang sudah membunuh kedua orangtuanya itu?

***

- Cover by Pinterest

- Fonts & Edits by Picsart

chap-preview
Pratinjau gratis
The Beginning
Happy Reading . . . *** Roma, Italia ~ Di sebuah ruangan yang berukuran cukup luas, dengan penerangan yang hanya berasal dari sebuah lampu lantai yang menyala di sudut ruangan dan sinar bulan yang tidak terlalu terang karena terhalang oleh hujan yang turun dengan sangat lebat di luar sana, masuk menembus kaca-kaca jendela ruangan tersebut. "Jadi, kapan kita akan memulai puncaknya?" Tanya seorang wanita dengan begitu angkuhnya. Sambil membawa segelas whisky, wanita itu mendudukkan dirinya di atas pangkuan sang kekasih yang sedang menghisap 'weed' yang baru saja ia nyalakan. "Aku masih belum bisa banyak bertindak." "Tetapi kau sudah diberikan kekuasaan." "Baru satu Minggu yang lalu." "Intinya kau sudah menjadi bos dan kau penguasanya. Dan yang memberikan kekuasaan itu adalah Daddy-mu sendiri." "Diamlah! Aku sedang tidak ingin membahasnya." "Lalu, kau tidak tertarik dengan semua harta yang aku beritahukan kepadamu? Ayolah, aku sudah sangat tidak tahan dengan Gio sialan itu. Dia selalu memerintahku layaknya aku ini bukanlah adiknya." "Apa yang bisa aku dapatkan? Karena aku menginginkan lebih dari yang pernah kau ucapkan," ucap pria itu dengan begitu angkuhnya. "Ravena. Dia memiliki sesuatu yang sangat langka dan begitu berharga. Jika kau memiliki benda itu, kau bisa mendapatkan apapun yang kau inginkan. Karena hartamu tidak akan pernah habis." "Bagaimana kau bisa tahu?" "Aku punya banyak mata-mata di rumah itu." "Akan aku pikirkan." "Jika kau tidak ingin membantuku, aku akan datang kepada rivalmu." "Kalau begitu datanglah kepadanya. Kalau perlu memintalah  kepadanya agar kau bisa dijadikan p*****r untuk mereka," balas pria itu yang langsung bangkit dari duduknya, dan hampir membuat sang wanita terjatuh karena masih berada di atas pangkuannya. "What the f**k? Apa maksudmu?!" Seru wanita itu dengan emosi. "Kau ingin datang kepada mereka, bukan? Maka dari itu datanglah, aku tidak akan melarangnya." "SEBASTIAN!" "Hubungan kita selesai." "Apa?" "Hubungan kita selesai dan kau bisa pergi dari sini." "Tidak, aku tidak ingin kita selesai. Aku tidak mau!" Teriak wanita itu tidak terima. "Diamlah! Suaramu sangat menggangu." "Aku tidak ingin kita selesai, Sebastian." "Pergilah. Aku tidak ingin melihatmu lagi." Pria itu pun langsung meninggalkan wanita yang masih berteriak-teriak karena masih merasa tidak terima atas keputusan yang diucapkan oleh seorang pria yang bernama Sebastian McWallen. Sedangkan wanita itu tidak terima dengan sang kekasih yang sudah memutuskan hubungan dengannya. Dan ia adalah Megan Hollie, adik dari seorang pengusaha retail perhiasan mewah terbesar di Italia. Wanita itu ingin menguasai Hollie’s Shiner, karena merasa sakit hati atas setiap perlakuannya yang tidak pernah baik Megan ingin melakukan hal di luar akal sehat. Dan bersama kekasihnya yang seorang pemimpin kelompok pembunuh bayaran, Megan ingin menghabisi Gio dan juga istri beserta anaknya, yaitu Corrie dan Ravena. Wanita itu ingin membunuh keluarga Gio. Dengan menghabisi seluruh nyawa keluarga kakaknya sendiri, perusahaan itu pasti akan jatuh ke tangannya dan tanpa ada yang bisa menghalangi ambisinya itu. Namun setelah sang kekasih memilih untuk mengakhiri hubungannya, Megan tetap tidak berhenti dengan rencananya itu. Ia tetap ingin melakukannya dengan menyewa kelompok pembunuh bayaran rival mantan kekasihnya, seperti yang diinginkan pria itu. Megan ingin membuktikan jika dirinya yang sudah dicampakkan itu tetap bisa melakukan hal yang diinginkannya. Setelah keluar dari mansion mantan kekasihnya itu, Megan melangkahkan kaki menuju mobil sambil ia yang sedang menghubungi seseorang. "Wow... kau menghubungiku? Aku tidak terkejut lagi," suara seseorang di ujung sana yang langsung menyapa pendengaran Megan. "Kita bertemu sekarang juga," balasnya dengan singkat tanpa menghiraukan sindiran itu. "Kau tahu dimana tempatku, Sayang." Dengan cepat Megan mengakhiri panggilan tersebut dan ia bergegas memasuki mobilnya. Setelah berada di balik kemudi, ia langsung melajukan mobil menuju tempat yang sudah berada di luar kepalanya. Dari Roma, ia rela pergi menuju Santa Marinella ditengah malam dan di bawah guyuran hujan seperti ini hanya untuk membuat rencana kejinya itu menjadi kenyataan. Kurang lebih selama satu jam ia mengendarai, akhirnya ia memarkirkan mobilnya tepat di depan sebuah bangunan rumah yang terlihat cukup mewah. Suara deburan ombak karena rumah tersebut tidak jauh dari pantai, langsung menyambut indera pendengaran setelah ia keluar dari dalam mobilnya. Langkah kakinya itu memasuki sebuah rumah yang begitu dijaga dengan sangat ketat layaknya sang pemilik adalah sosok yang begitu penting di negara itu. "Aku membutuhkan beberapa anak buahmu," ucap wanita itu setelah ia melihat sosok yang sedang ia cari dan ternyata sedang sibuk dengan dua wanita penghibur di kedua sisinya. "Ternyata kau datang cepat." "Langsung ke intinya saja." "Ayolah, tidak perlu terburu-buru. Aku memiliki banyak minuman, tinggal-lah sebentar di sini." "Bisakah kau usir jalang-jalangmu itu agar aku bisa sedikit leluasa," balas Megan sarkastik. "Well, kalian sudah mendengarnya ladies. Si bos sudah berbicara, dan kalian tahu apa yang harus dilakukan." Ucap pria itu kepada kedua wanita dimaksudkan oleh Megan tadi yang kini sedang saling menatapnya tajam karena telah mengganggu kesenangannya itu. "Ayolah, sampai kapan tatapan tajam itu akan berakhir?" Sambungnya saat melihat perang tatapan tajam di antara wanita-wanita itu. Dengan berat hati, akhirnya kedua wanita yang sejak tadi sudah menemani pria itu pun meninggalkan tempat itu. "Kau ingin minum?" "Tidak. Aku menyetir," balas Megan singkat atas tawaran pria itu sambil mendudukkan dirinya di sofa. "Ayolah, sejak kapan kau begitu memikirkan hal-hal seperti itu." Pria itu pun beranjak dari duduknya, lalu ia melangkah menuju sebuah bar dimana ia menyimpan segala macam dan jenis minuman alkoholnya. "Atau kau ingin cocktail?" "Cocktail buatanmu tidak pernah ada yang enak, Vin." Pria yang dipanggil Vin itu langsung tertawa ketika mendengar ucapan Megan itu. "Jadi, kau benar tidak ingin minum?" "Vin, aku datang ke sini tidak untuk minum atau sekedar bermain-main." Ujar Megan yang mulai cukup kesal. "Baiklah. Kau ini selalu saja naik darah ketika berbicara denganku,". "Memangnya apa yang ingin kau inginkan? Selalu saja, jika ada butuhnya kau baru datang kepadaku," keluh Vin sambil mendudukkan dirinya di samping wanita itu. "Sebastian tidak ingin membantuku, dan ia justru memutuskan hubungannya denganku." "Kau tahu pria itu memang b******n, bukan?" "Ini bukan waktu yang tepat untuk menyela-nya." "Lalu?" "Aku sedang membutuhkan anak-anak buahmu." "Kau bisa memintanya kepada Venezio." "Huh?" Tanya Megan sambil mengernyitkan kening karena ucapan Vin yang membuatnya cukup bingung. "Kau mengenalnya, bukan?" "Anak buahmu itu?" "Ya." "Kenapa aku harus meminta kepadanya?" "Karena aku sudah menyerahkan kekuasaanku kepadanya." "Apa? Kau sedang tidak bergurau, bukan?" Tanya wanita itu dengan cukup terkejut. "Tentu saja tidak." "Kenapa? Kau yang sudah membangun The Rogue's, Vin. Lalu setelah semuanya sudah menjadi besar, kau rela menyerahkan kekuasaanmu itu?" "Aku ingin berhenti. Hampir dua puluh lima tahun aku tidak terasa sudah berada di dalam lingkungan bisnis ini. Dan aku rasa ini sudah waktunya bagiku untuk berhenti dengan segala kekayaan yang aku miliki dan aku yakin tidak akan ada habisnya itu." "Jerk!" Cibir Megan yang membuat pria itu langsung dibuat terkekeh. "Tetapi sudah semenjak aku bertemu dengannya, aku percaya dengan Venezio yang benar-benar menjadi anak buah yang bertanggung jawab. Buktinya saja setelah aku angkat menjadi tangan kananku, ia tetap menjadi pribadi yang sama seperti ketika ia menjadi penjaga pintu di depan sana. Aku percaya dengan pria itu, dia benar-benar bisa aku andalkan." "Karena hal itu kau bisa sampai menyerahkan kekuasaanmu kepadanya? Lalu bagaimana dengan orang-orang yang sudah lama menjadi pengikutmu." "Mereka tidak pernah bisa mengambil hatiku dengan cara kerja mereka. Aku bosnya, dan mereka harus menurut dan menerima apapun itu keputusanku. Kau tahu, satu kali aku menyuruh Venezio untuk ikut denganku melakukan eksekusi. Dalam jarak 5 meter, ia bisa menjatuhkan beberapa korban." "Dan kenapa kita jadi membahas anak buahmu?" "Untuk meyakinkanmu jika anak buahku itu ternyata lebih hebat dari pada bosnya. Dan sekarang kau percaya jika Venezio orang yang hebat, bukan?" "Ya sudah, yang terpenting dalam Minggu ini aku membutuhkan beberapa anak buahmu." "Untuk misi apa?" "Mengambil hak milikku." "Dari Gio?" "Kau tidak perlu tahu, karena hal itu bukanlah urusanmu!" Balas Megan sambil beranjak dari duduknya dan melangkahkan kaki keluar dari ruangan itu. "Kau ternyata masih sama arogannya seperti dulu, Meg!" Teriak Vin kepada Megan yang sudah menjauh. "Dan kau pun tahu jika hal itulah yang menjadi salah satu alasan kita sampai bercerai." Melihat mantan istrinya yang masih saja memiliki sikap seperti itu, membuat Vin merasa tidak heran lagi kenapa pernikahannya dulu yang baru saja menginjak usia 3 tahun langsung hancur dengan seketika. Namun Vin tidak pernah menyesal akan perceraiannya itu, justru ia merasa lebih baik dengan kehidupannya yang sekarang karena ia tidak harus menghadapi sikap arogan Megan yang menjadi salah satu alasan dan penyebab hancurnya pernikahan mereka. *** To be continued . . .

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Super Psycho Love (Bahasa Indonesia)

read
88.6K
bc

Perfect Revenge (Indonesia)

read
5.0K
bc

Accidentally Married

read
110.1K
bc

Rewind Our Time

read
168.7K
bc

Sweetest Pain || Indonesia

read
73.9K
bc

Istri Simpanan CEO

read
214.5K
bc

ISTRI SATU JUTA DOLAR

read
438.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook