Bendera kuning

347 Kata
Tak kusangka penyakit yang ada ditubuhnya tidak sembuh-sembuh. kulihat penyakit itu menyiksa tubuh nenek kesayangan kami, kami sekeluarga berharap agar nenek bisa sembuh seperti sedia kala meskipun harapannya sangat minim sekali. "mah nenek kapan sembuhnya" kataku sambil memelas kepada ibuku ibuku hanya tersenyum sambil mengelus rambutku. kulihat nenek yang sedang berbaring merintih kesakitan, aku hanya bisa meneteskan air mata dan memegang erat tangannya. sementara ibuku terus menyuapi air dan yang lainnya memberikan bisikan-bisikan kepada nenek. tak lama kemudian ustadzah datang menjenguk sambil membacakan lantunan ayat suci. "salsa, baca surah-surah pendek yaa " kata ustadzah sambil menepuk pundakku aku hanya mengangguk dan membaca surah pendek dengan sangat pelan, dan yang lainnya masih memberikan bisikan-bisikan. hatiku campur aduk, ketegangan dirumah mulai meningkat. kulihat kakakku menangis melihat kejadian ini, tawa canda berubah menjadi tangisan hari ini. kulihat nenek terbata-bata mengikuti bisikan darii ustadzah,tapi setelah selesai nenek mengucap istigfar tak ada respon lagi dari nenek. ustadzah terus mengecek nadinya. "ʾinnā li-llāhi wa-ʾinna ʾilayhi rājiʿūn" kata ustadzah sambil menutup mata nenekku. tangisan kami menjadi sangat keras ketika ustadzah menutup mata nenek, tak kusangka allah membawa nenek dengan cepat. Aku masih butuh nenek, aku masih pengen perhatian dari nenek, aku gamau nenek pergi. kami tak kuasa melihat nenek kami dibenahi, dimandikan, dikafani oleh orang orang. tangisan kami pecah saat itu, tak bisa terpikirkan apa yang akan terjadi setelah nenek pergi . Aku tidak ikut kepemakaman nenek, karena memang aku tak kuasa menahan tangis ini. " aku sayang nenek, kenapa nenek ninggalin salsa? akuu kangen nenek " Aku menangis sangat keras di kamar, aku rasa aku gabakalan bisa menjalani hari hari tanpa nenek, nenek segalanya bagi kami. kenapa tuhan membiarkan nenek kami pergi secepat ini? kebaikan nenek membuat kami kuat akan ujian ini, kehilangannya adalah ujian hidup terbesar yang pernah ada. keluarga sudah pulang dari pemakaman, kami hanya bisa merenungi kejadian yang menimpa kami. seperti mimpi buruk yang menjadi kenyataan. kami terus mengingat jasa nenek kami, ia mampu memberikan kebahagiaan kedapa anak-anak dan cucu-cucunya . kami semua sayang nenek, kami harap nenek berada di syurganya allah SWT.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN