Tok ... Tok .. Tok ...
"Queen ... Queen ... Buka pintunya bentar. Aku mau bicara sama kamu. Aku mau minta maaf karena kejadian tadi. Queen Please, aku mohon sama kamu buka pintunya dulu."
Nicho berkali-kali mencoba untuk mengetuk pintu tersebut ia memohon kepada sang kekasih agar membukakan pintunya supaya dirinya bisa berbicara kepadanya.
Ckelek.
Tak lama setelah itu Queen pun membukakan pintu tersebut dan ia melihat dengan jelas bahwa Nicho masih berada di depan pintu kamar apartemennya.
Nicho langsung menatap mata indah Sang kekasih Ia pun langsung menggenggam kedua tangannya Seraya berkata dengan nada lembut. "Queen aku minta maaf."
"Lo nggak salah Nicho. Gue tahu, Apa yang Lo lakuin tadi itu untuk melindungi gue dari Justin. Jadi gue nggak sepenuhnya menyalahkan lo akan kejadian tadi."
Nicho tersenyum tipis, mendengar perkataan dari Queen. "Terus gimana, kamu ggak papa?"
Queen mengangguk kecil. "Iya, gue nggak papa kok." jawabnya sambil memerhatikan wajah Nicho yang lebam dan juga terdapat setitik berwarna merah tepat disebut bibirnya ia yakin hal itu pasti karena kejadian tadi.
"Muka Lo lebam. Masuk dulu ya, biar gue obatin luka Lo dulu."
"Nggak usah, aky mau pulang. Aku nggak papa kok, aku baik-baik saja yang terpenting kamu nggak kenapa-napa."
"Serius?" Tanya Queen yang meyakinkan kekasihnya.
Nicho mengangguk. "Iya, aku baik-baik aja kok. Yaudah, kalau kayak gitu aku pamit ya kamu jagaa diri ya, kalau terjadi sesuatu kaku cepat hubungin aku. Apalagi kalau sampai Justin ke sini lagi."
"Iya, gue bisa jaga diri kok."
"Fine. Aku balik ya." Pamitnya, yang mengelus lembut kepala Queen lalu mendaratkan kecupan manis tepat di keningnya setelah itu Queen pun memberikan senyuman manis kepadanya dan tak lama setelah itu Nicho pun pergi dan berjalan menuju ke arah lift.
Dilihat, bahwa sang kekasih sudah tak terlihat lagi dan masuk ke dalam lift membuat Queen pun menghelah nafasnya setelah itu Ia pun segera masuk ke dalam kamar apartemen lagi. Namun, ketika ia hendak menutup pintu tersebut. Secara tiba-tiba Justin muncul tepat di hadapannya dengan napas yang naik turun tak beraturan.
Queen pun menghela napasnya dengan gusar. "Justin, Lo ngapain lagi balik kesini? Nggak puas Lo udah buat Nicho babak belur kaya tadi, hah?!" Bentak Queen yang kesal dengan Justin.
"Okeh. gue tau gue salah, gue minta maaf soal kejadian tadi tapi alasan gue ke sini itu mau ngomong sesuatu sama lo."
"Apa lagi sih? Nggak ada yang perlu lu bicarain ke gue, mendingan lu pergi deh dari sini kita itu udah nggak ada hal yang harus dibicarain lagi."
"Queen Please ... Dengerin perkataan gue dulu. Ini penting. ini soal rumah lo yang berada di tangan tante gue mau jelasin semuanya sama tentang hal ini."
Mendengar apa yang diucapkan oleh Justin membuat Queen pun mengurungkan niatnya untuk menutup pintu kamar apartemennya tersebut. Ia memperhatikan lelaki itu secara keseluruhan dan dilihat dari nada bicaranya sepertinya kali ini Justin tidak berbohong kepadanya ia akan mengatakan yang sebenarnya.
"Lo mau ngomong apa soal rumah gue?" Tanya Queen namun masih dengan nada cuek.
"Okeh. Gue perlu bicara sama Lo empat mata tapi apa benar kita bicaranya di depan pintu kayak gini? Kalau nggak menurut gua kita untuk masuk ke apartemen lo?"
"Lo nggak usah modus ya. Masih untung gue itu nggak manggil security untuk ngusir lu dari apartemen ini! Mendingan sekarang lo bicarain aja deh sama gue apa yang mau lu ucapin semuanya." Sahut Queen dengan nada ketus.
Justin langsung mengangguk dia tahu bahwa Queen masih marah kepadanya atas perlakuan dirinya tadi terhadap Nicho. Maka dengan cepat Justin pun mencoba untuk berbicara dengan nada yang tenang kepada Queen.
"Okeh-okeh. Gua akan bicara sama lu sekarang juga."
"Yaudah buruan, waktu gue nggak lama. Gue males kalau harus berlama-lama sama lo. Hal itu buat gue nambah sakit hati."
Justin terdiam sejenak, Ia tahu sampai saat ini perlakuannya terhadap Queen dari dulu memang tak pernah berubah apalagi ia tahu bahwa Queen, pasti masih merasa sakit hati kepada dirinya atas apa yang ia lakukan kepadanya dulu tentang berselingkuh Bahkan ia sampai berhubungan intim dengan orang lain.
Ia memperhatikan Queen yang bersedekap d**a dengan pandangan yang tak tertuju ke arahnya, namun hal itu tak digubris oleh Justin yang terpenting sekarang ini ia ingin mengatakan sesuatu yang ia tahu pasal rumah yang dipercayai kepada tantenya tersebut.
"Queen, gue harap Lo nggak marah atas perkataan gue ini. Karena mungkin apa yang bakal gue ucapin ini agak sedikit sensitif tentang hal yang berurusan sama keluarga lo dan juga rumah lo yang sekarang ini dipegang oleh tante Lo."
Queen masih tetap berdiam diri dia mendengar jelas perkataan dilontarkan oleh Justin namun sama sekali tak menggubris perkataan tersebut.
"Em ... Gue mau jelasin Kenapa gue punya kunci rumah lo. Beberapa bulan yang lalu tante lu bilang ke gue kalau dia mau pergi ke luar kota untuk ngurusin bisnisnya dengan suaminya dan dia bilang mau nyewain rumah lo. Dia bilang butuh banget duitnya untuk melancarkan bisnis suaminya." Justin menghentikan ucapannya sejenak.
"Terus?"
"Dan dia bilang ke gue, kalau mau menyewakan rumah ini ke orang lain, dia takut terjadi sesuatu yang nggak diinginkan Maka dari itu dia minta tolong ke gue untuk gue aja yang nyewa rumah itu."
"Terus? Nggak seharusnya kan Lo yang menyewa rumah itu, dan seenaknya lo bawa cewek ke rumah gue bahkan melakukan hubungan yang menjijikkan itu di rumah gue." Sahut Queen yang kini sudah menghadap kearah Justin.
"Fine, gue salah. Tapi gue pikir itu nggak masalah karena saat itu gue udah bayar lunas ke Tante Lo. Jadi bukan itu hal gue memakai rumah itu untuk dijadikan apa."
Queen menghela nafasnya percuma Jika ia berkata seperti itu kepada dirinya sendiri karena pasti Justin bakal berbicara bahwa dirinya lah yang menang. Maka dari itu wanita cantik dengan bulu mata lentik itu pun langsung menghela nafasnya dan berbicara kepada Justin dengan nada yang pelan.
"Okeh. kalau kita bicarain hal itu itu sama aja membuka luka lama yang udah lo goreskan di hati gue. Maka dari itu kita ganti topik lain. Ok tadi lo bilang kalau Tante gue nyewain rumah itu supaya dia bisa dapat uang untuk menjalani bisnisnya yang di luar kota sama suaminya?"
"Iya, dia bilang gitu ke gue."
"Terus, Apa masalahnya kalau memang dia nggak ngejual rumah itu. Fine ya nggak papa."
"Dengerin dulu penjelasan gue. Jadi kejadian itu udah beberapa bulan yang lalu tapi sebulan sebelum lu datang ke Indonesia tante lu pernah bilang kalau dia memang berniat mau jual rumah itu ke gua Bahkan dia udah ngasih sertifikatnya itu ke gue. Kalau Lo nggak percaya, gue bawa sertifikatnya sertifikatnya."
Lelaki tampan itu pun mengambil sertifikat tersebut yang ia taruh di balik jaket yang ia kenakan tersebut dan ia memperlihatkannya kepada wanita itu. Dengan cepat Queen pun langsung mengambil sertifikat itu dan ia pun langsung membukanya lalu membacanya bahwa benar sertifikat itu adalah milik rumahnya.
Sontak tatapan Jadi wanita itu pun langsung tertuju ke arah Justin. "Lo nggak nyuri kan sertifikat ini di rumah gue?" Tanyanya dengan nada yang menuduh.
"Queen, come on. Kalau gue nyuri udah gue jual rumah itu dari lama, dan gak mungkin banget nggak sih kalau misalkan sertifikat itu ada di rumah kosong karena jelas-jelas sertifikat itu pasti ada di tangan tante lo dan gue nggak mungkin bisa ngambil sertifikat itu kalau bukan tante lu sendiri yang ngasih ke gua." Jelas Justin yang meyakinkan Queen.
Wanita dengan rambut panjang berwarna coklat itu pun terdiam sejenak ia mencerna perkataan yang dilontarkan oleh Justin. Ia mengakui bahwa apa yang dikatakannya itu memang benar. Tidak mungkin Justin mengambilnya di tangan tantenya tersebut karena jelas-jelas dari awal sertifikat itu memang sudah ditangan tantenya.
"Queen, tante lu itu punya niat yang jahat. Dia sama sekali nggak menganggap bahwa lo ini keponakannya, justru dia itu memanfaatkan harta yang ditinggalkan bokap lu termasuk rumah itu. Percaya sama gue, Queen."
Deg.
Jelas apa yang dilontarkan oleh Justin itu membuat dirinya pun berpikir yang tidak-tidak. Hingga ia pun membantin.
'Gue tahu, Tante Tania memang punya hubungan yang gak baik sama papah. Tapi apa Iya dia Mau memanfaatkan hal ini ke gue?' batinnya yang bingung.