Kemarahan Justin

1719 Kata
Brak! Setelah mengatakan kalimat tersebut Nicho pun langsung mematikan ponselnya dan ia membantingnya tepat di atas sofa tersebut. Lelaki tampan itu pun langsung menyandarkan tubuhnya di sofa tersebut seraya mengatur nafasnya beberapa kali. Queen tertegun hal yang baru saja terjadi kepada lelaki di depannya ini. Secara perlahan Ia pun memberanikan diri untuk mendekati lelaki tersebut dan duduk tepat di sampingnya sambil memperhatikan raut wajahnya Yang sepertinya ia masih merasa marah. "Nicho." Panggilnya lembut. Perlahan niku pun menoleh ke arah wanita yang duduk di sampingnya itu, ia pun menghela nafasnya. "Sorry ya, pagi-pagi gini udah buat keributan di apartemen lo." "It's oke. No problem. Tapi Lo Kenapa marah-marah kayak tadi gue nggak sengaja dengar kalau lu nyebut nama papa, apa lo lagi ada masalah sama Bokap Lo?" Nicho terdiam sejenak, ia mengusap seluruh wajahnya lalu menarik nafasnya dalam-dalam dan ia hembuskan secara perlahan. "Iya." hanya kata itu yang ia ucapkan kepadaku dengan nada yang singkat. "Okeh, gue nggak mau ikut campur tentang urusan lu dan keluarga lu, tapi lebih baik mungkin lu bicarain hal ini baik-baik dengan bokap lo. bisa aja kalau lu membicarakan hal ini cerah kepala dingin dan baik-baik permasalahannya bisa selesai." Tak menjawab namun kata-katanya tertuju ke arah mata indah milik Queen. 'Nggak bisa Queen. Masalahnya gue mau dijodohin sama seseorang dan gue nggak mau karena gue sayangnya sama lu.' batinnya. Melihat Niko yang hanya terdiam membuatku pun menyentuh punggung tangannya dan memanggil lelaki itu. "Nicho." Sontak panggilan lembut yang dilontarkan oleh Queen membuat Nicho pun langsung membuyarkan lamunan dan ia pun tersenyum tipis ke arah wanita itu. "Em ... Gue mau masak sesuatu dulu di dapur ya. Lo tunggu di sini dulu." "Nggak perlu, Lo nggak usah repot-repot Karena setelah ini gue mau pulang kok." "Kenapa kok buru-buru? nggak papa lu tunggu di sini dulu aja gue sebentar kok nggak akan lama." "Nggak bisa Queen. Gue harus segera pulang dan bicarain hal ini sangat bokap gue biar urusannya cepat selesai." Queen tak bisa berkata lebih mengenai perkataan yang dilontarkan oleh Nicho. Ia pun hanya bisa mengangguk kecil menanggapi hal tersebut. Lelaki itu pun segera memakai sepatunya dan ia pun bangkit dari posisinya bersamaan dengan Queen juga yang bangkit dari duduknya. Mereka pun berjalan menuju ke pintu keluar apartemen dan setelah itu Queen pun membukakan pintunya. Mereka pun berdiri di depan pintu itu dengan Nicho yang menatap ke arah Queen. "Gue Balik ya, Gue janji nanti kalau ada waktu, gue ke sini lagi." Ucapnya lembut. Queen mengangguk. "Iya hati-hati ya." Jawabnya lembut dengan senyuman manis di wajah cantiknya yang di balas senyuman manis pula oleh Nicho. "Yaudah, gue pamit ya." Ucapnya sekali lagi setelah itu. Ia pun hendak pergi dari tempat itu namun secara tiba-tiba Queen menarik pergelangan tangannya dan hal itu membuatmu pun kembali berbalik ke arah wanita tersebut. "Jangan marah-marah lagi ya kayak tadi soalnya gue takut." Ujarnya. Nico terus dengan anggukan kecil ia kembali mendekati garis itu dan berdiri tepat di hadapannya. "Maaf ya. Gue buat lo takut. Lain kali, gue pasti akan lebih hati-hati. Tadi itu gue bener-bener lepas kontrol nggak pernah gue marah-marah sampai ngebangin lu yang masih tertidur pulas." "Nggak, Nicho. Gue nggak bermaksud untuk ngatain Lo tentang hal itu Dan ini bukan masalah tentang tidur pulasnya tapi ini ...." Cup. Belum sempat Queen menyelesaikan ucapannya dan meniko dengan cepat mendaratkan kecupan tepat di bibir wanita itu dengan spontan wanita dengan rambut coklat panjang itu pun langsung terdiam. "Gue sayang sama lo. Dan gue nggak mungkin, buat orang yang gue sayang itu takut sama gue, sekali lagi gue minta maaf ya." Ucapnya lembut dengan tatapan mata yang intens tertuju ke arah mata indah Queen. Perlahan, senyuman manismu dipancarkan oleh wanita itu ia pun mengangguk kecil dan menatap mata Niko dengan tatapan yang dalam. Tak jauh dari sana terlihat seorang lelaki dengan jaket berwarna hitam melihat mereka berdua dan jelas itu adalah Justin mantan dari Queen. 'Ini bukan pertama kali gue melihat mereka ciuman dan jelas hal ini benar-benar buat gue sakit hati. Walaupun Queen udah jadi mantan gue tapi gue masih cemburu kalau melihat Queen ngasih ciumannya kepada orang lain selain gue. Karena yang gue kenal dari dulu Queen itu selalu menjaga apa yang dia punya jangankan untuk dicium bibirnya, dicium pipinya aja dia kadang nolak sama gue.' batinnya. Justin manghela nafasnya sejenak. Ia pun melangkahkan kakinya menuju ke arah mereka berdua dan menghentikan langkahnya tepat di dekat mereka gelas hal itu pun membuat Queen dan juga menoleh ke arah Justin. "Justin, ngapain lagi Lo kesini?" Tanya Queen dengan nada kesal. Bugh! Tanpa ada perkataan apapun Justin langsung mendaratkan kepalan tangannya tepat di pipi Niko dan jelas hal itu membuat semuanya syok. "Justin!!!" Pukulan yang Justin daratan tepat mengenai pipi Nicho, membuat lelaki tampan dengan hidung mancung dan berkulit putih itu pun tersungkur tepat di dekat Queen. Jelas, hal itu pun membuat Queen langsung membantu Nicho untuk segera berdiri dan ia pun langsung menatap Justin dengan tatapan yang tajam. "Justin! Lo apa-apaan sih?!" Bentak Queen tepat didepannya. "Queen, Gue nggak suka lo deket-deket sama dia. Dia itu bukan cowok baik-baik kan?! buktinya dia berani nyium Lo. Dulu, waktu kita pacaran, Lo sama sekali nggak mau disentuh Jangan disentuh, bahkan untuk gue cium pipi aja kadang Lo nggak mau." Deg. Queen terdiam sejenak, ia mencerna perkataan yang dilontarkan oleh Justin memang benar dari dulu ia tak mau disentuh oleh Justin. Entahlah kenapa sekarang ia bisa begitu mudah disentuh oleh seorang Nicho yang dikenalnya belum lama ini. Bugh! Tanpa ada perkataan apapun Nicho yang berada di belakang Queen pun sudah terbawa emosi akan tindakan yang dilakukan oleh Justin tadi kepada dirinya, maka dengan cepat Ia pun menghantamkan pukulan itu tepat di pipi Justin dan membuat Queen pun yang berada di sana lagi-lagi syok. "Argh!" Pekik Justin yang tiba-tiba terbanting didinding. Bugh! Lagi, Nicho menghantam pipi Justin untuk kedua kalinya, kali ini Justin tak tinggal diam, ia pun langsung membalas perbuatan tersebut tepat dipipi Nicho yang satunya. Pada akhirnya, aksi saling hajar pun terjadi di depan kamar apartemen tersebut. Jelas, hal itu pun membuat wanita cantik yang masih berpakaian piyama itu pun bingung. "Aduh, kenapa mereka malah jadi berantem kaya gini sih." Gumamnya dengan panik dan juga bingung. "Stop! Hey! Stop! Nicho ... Justin ... Stop!" Teriak Queen. Queen berusaha untuk memisahkan mereka berdua namun ia bingung harus bagaimana Karena keduanya pun sudah saling emosi dan saling memberikan hantaman satu sama lain dengan amarah yang membara. "Stop! Nicho. Justin! Gue mohon sama kalian stop! Hey! Kalau kalian gak mau berhenti, gue bakalan panggil security untuk memisahkan kalian dan segera diusir dari apartemen ini!" Tegasnya. Beberapa kali Queen mencoba berteriak dan memberi peringatan kepada mereka berdua Tapi tetap saja Kedua lelaki itu pun masih saja bertengkar dan saling menghantam satu sama lain. Jelas hal itu membuatnya pun benar-benar pusing melihatnya ,maka dengan cepat ia mengambil tindakan sendiri dan mencoba untuk menarik tangan Nicho agar segera menjauh dari Justin. Bugh! "Akh!" Pekik Queen yang secara tiba-tiba dan tak sengaja Justin mendorong tubuh Queen hingga Ia pun terbentur di dinding sana. Sontak, kedua mata mereka pun langsung tertuju ke arah wanita tersebut dan sontak hal itu pun membuat Nicho tambah emosi lagi melihat kekasihnya didorong oleh Justin. Dengan cepat, Ia pun menghampiri Queen dan membantu wanita itu untuk segera berdiri dengan memegang kedua pundaknya. "Queen, Lo nggak papa?" Tahya Nicho dengan perasaan yang sangat mengkhawatirkan keadaan wanita tersebut. Queen tak menjawab ucapannya namun ia menggelengkan kepalanya dan menandakan bahwa ia sebenarnya baik-baik saja dengan sedikit merasa sakit di bagian punggungnya karena terbentur dinding Tadi. Ia berusaha untuk mengatakan hal tersebut kepada Nicho walaupun dilihat dari wajahnya ia sedikit meringis menahan rasa sakit. Justin, yang merasa bersalah karena tak sengaja mendorong Queen. Ia pun ikut mendekatinya, namun Nicho yang melihatnya pun langsung mendorongnya dengan kasar. "Anj*Ng Lo! Apa yang Lo lakuin ke cewe gue, hah?! Lo kalau marah sama gue, jangan bawa-bawa Queen!" Justin terdiam sejenak, pandangan matanya masih tertuju ke arah mantan kekasihnya tersebut Namun sekilas ia langsung melihat ke arah Nicho dengan tatapan yang tajam pula. "Heh! Gue memang punya masalah sama lo! Karena lo udah berani nyentuh, Queen. Wanita terindah Yang pernah gue milikin." Desis Justin. "Mungkin dulu Memang Queen adalah milik Lo, tapi sekarang Queen menjadi milik gue dan lo cuma mantan yang udah dibuang sama Queen." Sahut Nicho dengan ledekan dan juga tatapan tajam ke arah lelaki tersebut. Jelas perkataan yang dilontarkan oleh Nicho itu membuat Justin pun langsung tersulit emosi. Ia pun menatapnya tajam dan mendekati lelaki itu selangkah lebih dekat lalu kepalan tangannya pun sudah bulat sempurna dan ia sudah siap ingin menghantam wajah Nicho kembali namun Queen yang melihatnya pun langsung berbicara kepada mereka. "Please, jangan buat keributan lagi disini. Gue nggak mau ada keributan di tempat ini, lebih baik kalian semua pergi." Ucapnya. Kedua lelaki tampan itu pun langsung menoleh ke arah Queen, dan Nicho pun langsung mendekati kekasihnya tersebut. "Gue nggak mungkin ninggalin lu sendirian di sini Apalagi sekarang jelas-jelas ada dia di hadapan Lo." Ucapnya. "Nicho, gue baik-baik aja. Nggak papa gue pengen sendiri mendingan kalian berdua pergi aja Dari sini." Sahutnya yang berbalik dan ia pun langsung masuk ke dalam r kamar apartemennya tersebut dan menutup pintu itu dengan rapat. Hal itu pun jelas dilihat oleh Kedua lelaki tampan tersebut, dan mereka pun saling melihat satu sama lain dengan tatapan yang tajam lalu Justin langsung mendekati Nicho tepat di hadapannya dengan sebuah peringatan dan juga ancaman. "Lo denger baik-baik perkataan gue. Queen, adalah wanita terindah dalam hidup gue, dia sama sekali nggak pernah gue sentuh dan dia adalah perempuan yang punya pendirian. Dan gue peringatin sekali lagi sama lo, kalau Lo berani menyentuh dia atau buat dia nangis lo akan gue buat menghilang dari dunia ini." Nicho tak menjawab perkataan yang dilontarkan oleh Justin kepada dirinya, namun ia mendengar dengan jelas semua peringatan dan juga ancaman yang dilontarkan Justin tersebut. "Camkan itu baik-baik perkata gue!" Desis Justin tepat di hadapan Nucho dan setelah itu lelaki dengan jaket berwarna hitam itu pun segera pergi dari tempat itu. Nicho yang melihatnya pun memperhatikan lelaki itu berjalan menjauh darinya hingga ia masuk ke dalam lift dan setelah melihat bahwa Justin Tak terlihat Lagi, maka Nicho pun langsung mengatur nafasnya beberapa kali ia pun mengusap seluruh wajahnya dan mencoba untuk tetap tenang. 'Gue tahu Perkataan Justin itu memberi peringatan ke gue.' batinnya. .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN