"Wah. Mainan Ken banyak sekali, Mama habis beliin, ya,” kata Petir..
“Bukan, Paman, ini yang beli adalah Paman baik,” jawab Ken.
“Paman baik? Jadi, Ken sudah menemukan Paman yang lain?” tanya Petir.
“Paman cemburu?” tanya Ken.
“Hehe. Tidak, Ken, Paman tidak cemburu, hanya saja baru mendengar Ken mengatakan Paman baik.”
“Paman Petir juga baik banget sama Ken dan Mama. Jadi, Paman juga adalah Paman baik,” kata Ken tersenyum.
“Emang siapa Paman baik itu?” tanya Ola. “Kalau paman baik itu masih jomblo, boleh deh sama Tante Ola, ya.”
“Ehh jangan, Tante, Paman baik itu buat Mama cocoknya.” Ken melanjutkan.
Petir jadi tak enak mendengarnya, Ola langsung menoleh melihat Petir yang terlihat memalingkan wajah sesaat lalu kembali menatap Ken, karena tak mau terlihat sedang cemburu.
“Ken, kok ngomong gitu ke Tante Ola?” geleng Nata.
Ken langsung menyadari perkataannya akan mengecewakan Petir. “Paman Petir juga cocok buat Mama, jadi Paman Petir dan Paman baik itu cocoknya sama Mama, bukan Tante Ola, kan tante Ola udah punya pacar di Surabaya.”
Ola tersenyum mendengarnya, Nata masih menyuapi Ken.
Aeron berdiri didepan kamar perawatan Ken, sebelum kemari ia menemui dokter yang menangani Ken dan menanyakan kondisi Ken saat ini, Aeron juga sudah menyuruh Jeri untuk mengurus biaya administrasi, dan melunasi semua biaya rumah sakit Ken.
Aeron melihat Ken sedang berbincang dengan Nata, Petir dan Ola, mereka tertawa bahagia, jadi Petir mengatakan akan menengok anak dari temannya adalah Nata? Kenapa bisa sekebetulan itu?
Petir juga tidak tahu jika Ken adalah anak kandung Aeron.
Petir langsung masuk ke kamar perawatan Ken, membuat Ken tersenyum melihatnya.
“Paman baik? Ini dia paman baik Ken,” seru Ken.
Petir membulatkan mata dan bangkit dari duduknya, melihat Aeron menghampiri Ken.
“Aeron? Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Petir.
Aeron tidak menjawab pertanyaan Petir, ia masih menatap Ken yang saat ini tersenyum menyambutnya. Aeron merasakan getar dihatinya, pantas saja ketika bertemu Ken, ia merasakan kedekatan yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan, ternyata Ken adalah darah dagingnya.
Ola memberi kode kepada Nata, dan Nata mengangkat kedua bahunya karena tak tahu kenapa Aeron kemari, Nata juga baru memberitahu Ola jika ia dan Aeron bertengkar hebat dan Nata belum sempat memberitahu Aeron tentang Ken.
Aeron menghampiri Ken, Ken lalu memeluk perut Aeron, seolah mereka sangat dekat padahal baru dua kali bertemu.
“Apa Paman baik kemari karena mau bertemu dokter?”tanya Ken mendongak menatap Aeron.
Aeron menggeleng dan berkata, “Paman kemari mau menengok Ken.”
“Paman kan tadi baru bertemu dengan Ken, kenapa mau ketemu lagi?” tanya Ken.
“Paman rindu sama Ken,” jawab Aeron lagi.
“Ken juga rindu sama Paman baik,” ucap Ken lalu kembali memeluk Aeron.
“Jika kamu datang mau bicara denganku, ayo bicara diluar,” kata Nata.
“Aku kemari bukan mau bicara dengan kamu,” kata Aeron menatap Nata.
“Ada apa ini? Kamu mengenal Aeron, Nat?” tanya Petir menatap Nata yang juga tidak menjawab pertanyaannya.
Aeron duduk dihadapan Ken, ia meraih kedua tangan Ken dan mengecupnya. Semuanya heran melihatnya, Petir hendak mendekati Aeron, namun ditahan oleh Ola.
“Paman adalah Papa kandung Ken,” ucap Aeron membuat semuanya terkejut.
Nata menatap Aeron, darimana Aeron tahu jika Ken adalah anak kandungnya? Nata menoleh melihat Ola dan Ola menggeleng, karena ia pun takt ahu.
“Apa? Paman baik adalah Papa kandung Ken? Benarkah itu, Ma?” tanya Ken menatap sang Mama.
Nata menoleh melihat Aeron yang tidak melihatnya lalu Nata mengangguk pelan, sementara itu Petir masih penasaran mengapa semua ini terjadi. Banyak sekali pertanyaan dikepalanya. Namun, ia belum mendapatkan satu jawaban pun.
“Pantas saja Papa sangat mirip Ken,” kata Ken memeluk Aeron.
Aeron membelai rambut Ken, mengecup puncak kepala Ken dan mengelus punggung Ken, Aeron sudah menangis ketika mendengar kondisi Ken dari dokter, bahkan bagaimana Ken bertahan selama ini tanpa operasi. Perasaan Aeron hancur berkeping-keping.
“Ken senang, kalau Paman baik adalah Papa kandung Ken, ini artinya Ken sudah bisa di operasi kan, Ma?” tanya Ken mendongak menatap mamanya.
Nata mengangguk lagi dan belum mengatakan apa pun.
Ola mengajak Petir untuk keluar, agar ketiganya bisa bicara. Ola tahu perasaan Petir saat ini, jadi Ola meminta dengan baik pada Petir untuk keluar bersamanya.
Sepeninggalan Ola dan Petir, Nata lalu duduk di kursinya kembali.
“Papa senang bertemu dengan Ken,” ucap Aeron lagi.
“Papa sudah menyelamatkan Ken dua kali,” ujar Ken. “Terima kasih ya, Pa, karena Papa mau menemui Ken.”
“Iya, Ken. Sejak saat ini, papa akan selalu ada di sisi Ken, Ken tidak usah khawatir masalah operasi. Ken akan mendapatkan penanganan yang baik sejak saat ini, Ken akan papa pindahkan ke kamar yang lebih besar, di kamar yang ada televisinya dan banyak mainan. Jadi, Ken bisa melakukan apa saja di kamar itu.” Aeron tersenyum menatap putranya lagi.
“Yang benar, Pa?” tanya Ken.
“Iya, jagoan Papa. Papa janji akan selalu ada di sisi Ken dan menemani Ken.”
“Sama Mama juga, ‘kan?” tanya Ken menatap Nata.
Nata mengangguk perlahan.
“Ken jadi ingat sama teman Ken yang dirawat di kamar yang besar, kami sempat berbicara.” Ken melanjutkan.
“Benarkah? Saat ini juga Ken akan pindah ke kamar yang lebih besar dari kamar teman Ken itu,” sambung Aeron.
Nata tidak mengatakan apa pun, ia membiarkan Aeron berbincang berdua dengan Ken, Aeron hanya menoleh sesaat melihatnya lalu kembali fokus pada Ken. Ternyata begitu tanggapan Aeron ketika mendengar punya anak darinya, Nata senang, karena tanpa harus memberitahu Aeron, Aeron datang sendiri dan mengetahuinya sendiri.
Suara ketukan pintu terdengar, beberapa saat kemudian Jeri datang dan menghampiri bosnya.
“Pak Jer?” tanya Nata.
“Malam, Bu,” ucap Jeri. “Saya asisten Pak Bos Aeron.”
“Benarkah?”
Jeri mengangguk.
“Ada apa, Jer? Bagaimana?” tanya Aeron.
“Tuan Muda Ken sudah bisa pindah ke kamar VVIP, semua sudah disiapkan.”
“Baiklah. Kita pindah sekarang juga,” kata Aeron lalu menggendong Ken.
Tak lama kemudian, suster datang dan membawa kursi roda untuk Ken.
“Tidak perlu, Sus, saya gendong saja,” kata Aeron membuat suster itu mengangguk dan menggeser kursi roda itu.