Nama itu....

1485 Kata
Pagi yang cerah, secerah wajah mulus artis Korea. Aku siap mengarungi dunia kerja pagi ini. Hari ini, aku begitu bersemangaat menjalani, awal karir dalam hidupku. Awal yang baru untuk semangat yang baru.  Selesai mandi sekitar 20 menit, aku membersihkan seluruh tubuhku dengan benar-benar bersih. Dengan luluran, dan memastikan kulitku bersih, aku tidak ingin anak muridku, mendapatiku jorok atau hal yang tidak dinginkan. Aku ingin, tampil sempurna. Dengan didukung penampilan, anak murid akan menyukaiku, dan mereka bisa menerimaku sebagai guru mereka. Syukur-syukur, jadi guru favorit.  Dan pagi ini, aku juga tidak mau terlambat. Sebagai first impression, semuanya harus serba sempurna.  Hari ini aku memakai setelan seperti baju pegawai yang lainnya, yap baju seragam warna khaki, di tambah sepatu flat shoes warna maroon. Meskipun tinggiku yang hanya mencapai 150cm tapi aku type orang yang tidak suka memakai highheels. Seharusnya memakai highheels berwarna hitam, tapi aku tidak suka warna hitam. Bagiku, warna hitam warna duka. Aku tidak pernah menyukai warna hitam. Dengan mengerai rambut tebalku, kurasa sudah cukup sempurna. Aku berkaca, melihat wajahku yang terkadang masih cocok menjadi murid.  Dengan tergesa, dan mengambil tas tangan berwarna pink. Dan tak lupa, menyemprotkan parfum strawberry ke tubuhku. Aku merasa begitu percaya diri, pagi ini.  Aku harus mengisi perutku. Agar bisa konsentrasi mengajarnya. Tidak lucu kan, aku sedang mengajar dan tiba-tiba, harus izin buat makan. Dengan menuju meja makan, aku melihat Bundaku yang sibuk berkutat didapur. Memang istri idaman. Walau sudah sedewasa ini, aku tidak pernah menginjakan kakiku didapur. Dapur itu, tempat keramat bagiku. Hal yang bisa membuatku mati, karena aku tidak bisa memasak dan memotong-motong. Aku tidak pernah kerja, layaknya anak gadis lain. Semuanya diurus oleh bundaku. Bersyukurlah aku karena bagian itu.  Jika aku pemalas, dan tidak pernah memasak. Pasti kalian mengira, bagaimana aku menikah nanti? Ku kasih jawaban tidak ribet lainnya: aku akan menikah dengan lelaki kaya. Dengan begitu, aku akan mencari Asisten Rumah Tangga. Dan semuanya beres. Aku hanya akan, ngangkang buat suamiku saja. Aku tidak akan pernah kerja. Aku akan memuaskan suamiku diranjang, urusan perut bisa dibeli bukan?  Aku mengambil segelas mile, yang memang telah disiapkan bundaku. Aku meminum secepat kilat, dan membuat perutku terasa hangat dan penuh.  Aku mengambil roti bakar, dan langsung memasukan dalam mulut utuh-utuh. "Yang anggun dikit, anak gadisku tuh makan. Mana ada laki-laki yang suka, cewek makan sembarangan gitu." Tegur Bunda.  "Mhas.... Rangga, nggak maghya." Kataku dengan mulut masih penuh. Aku menelan dengan cepat, dan meminum lagi segelas mile hangat.  "Mas Rangga, suka kok kalau Rara makan model apapun." Ujarku membela diri.  "Terserah! Jangan sampai, Rangga berpaling lihat makan kamu kayak gitu." Bundaku ke belakang.  "Rara kan, mau cari bule. Orang bule kan nggak ribet. Mau makan, mau jungkir-balik juga nggak masalah. Orang bule itu simple. Nggak kayak kita, yang harus tata-krama, sopan-santun, pemali, atau apalah."  "Dih, kayak mau aja orang bule sama kau." Aku mengalihkan padanganku ke arah musuh bebuyutan. Yang hanya memakai boxer berwarna, hitam-putih. Dan rambut kusutnya. Bulu ketiaknya juga kemana-mana, nggak tahu malu emang adikku ini. Kadang, aku ingin mengirimkan balik saudara yang menyebalkan ini ke kandungan bunda.  "Suka sibuk aja kau. Awas kau, suamiku bule beneran. Aku yang akan, melempar batu ke kepala kau."  Aldo hanya membuat wajahnya, menggejekku. Resek memang!  "Ingat! Anak murid jangan digoda. Mereka itu masih polos. Masih kecil." Ejek Aldo lagi.  "Loe pikir gue tante-tante, p***********k kecil? Sorry ye, aing mah suka yang mapan, matang, dewasa, dan bule. Mana ada, di sekolah gitu orang bule."  "Ku ingatkan aja."  "Urus aja, hidup kau. Yang dah jadi jomblo karatan tuh. Kasian, tuh tangan udah jadi sarang laba-laba."  "Tenang kak Rara. Aldo akan mendapatkan pacar paling cantik sejagad raya."  "Macam mau aja, orang-orang sama kau." Ya, beginilah, percakapan unfaedah antara kakak-beradik. Aliando, musuh bebuyutan bagiku. Kami tidak pernah akur, tapi ia juga bisa menjadi tempat curhatku, ketika aku mempunyai masalah, dan tidak boleh bunda tahu.  "Calm aja. Gue, kembaran Zayn Malik, akan mendapatkan pacar secantik Gigi Hadid."  "Mereka udah putus pe'a!" Aku dan Aldo, memang sering berbicara kasar dan saling mengumpat. Dia kadang tidak menganggapku sebagai kakak. Itu yang membuatku, ingin menendangnya.  "Eh.. mulutnya ibu guru." Aku langsung menutup mulutku. Mendengar teguran bunda. Terkadang mulut nih kurang ajar, tidak bisa direm.  "Bunda, Rara pergi dulu ya. Udah mau masuk." Sekarang pukul, 6.32. Aku tidak boleh terlambat.  Aku menyalami bundaku. "Ingat! Itu anak murid, jangan dipacari juga."  "Berisik aja, upil kodok nih."  *** Aku membuka pintu, dan mendapati malaikat maut sudah menungguku. Bukan, malaikat dihatiku. Mas Rangga, menungguku.  Mas Rangga tidak sadar, aku didepannya, karena Mas Rangga sibuk bermain handphone.  "Pagi Mas." Kataku, tersenyum semanis mungkin. Kata Mas Rangga, ia paling suka melihat senyumku. Baginya, senyumku begitu manis, mengalahkan gula sekarung. Dan hal yang paling indah, bagi Mas Rangga adalah melihat senyumku. Lebay memang, tapi begitulah kenyataannya.  "Eh... masa depan Mas. Cantik sekali pagi ini." Mas Rangga mencubit pipiku dengan gemas. Terkadang, aku ini bukan tunangannya, tapi adik kecilnya mungkin. Pipiku memanas, dengan perlakuan Mas Rangga. Untung saja aju tidak pakai blush on. Kalau tidak, akan tambah merah.  Mas Rangga, membuka pintu. Aku masuk, dan menunggu Mas Rangga memakaikan seatbelt. Sedetail itu perhatian Mas Rangga. Membuatku, menjadi cewek manja.  Mas Rangga, memakaikan seatbelt. "Siap menjalani hari pertama kerja?"  Aku mengangguk dengan begitu antusias. "Begitu bersemangat. Semoga hanya terjadi hal-hal yang menyenangkan."  "Pasti itu."  Mas Rangga, yang merekomendasikan agar aku bisa bekerja di Mercusuar. Karena, ada saudaranya yang mengajar disana. Lagi-lagi orang dalam. Hidup dijaman sekarang, apa-apa harus ada orang dalam. Bahkan, masuk surgapun, harus ada orang dalam. "Ngajarnya yang semangat. Harus sabar, menghadapi tingkah anak murid, yang bermacam-macam, dengan berbagai karakter."  "Iya mas bawel."  "Bawel-bawel tapi sayang kan?" Goda Mas Rangga. "Iyalah, kalau bukan mas Rangga,  masa sayangnya sama mimi peri?"  "Emang kamu mau sama mimi peri?"  "Ih.... amit-amit, masa kembaran Selena Gomez, sama turunan jin." Seruku kesal, plus merinding.  "Hush, mulutnya." kata mas Rangga sambil menyetil keningku. "Aww...." ringisku. "Aduh sakit ya? maaf ya Berry." kata mas Rangga sambil meniup keningku dan membuatku terpaku, aku bisa merasakan hembusan napas Mas Rangga dan kami sangat dekat, mas Rangga pun langsung menjauhkan wajahnya.  Dan asal kalian tahu mas Rangga sering memanggilku, Berry karena aku sangat menyukai buah merah strawberry. Banyak sekali koleksiku yang berhubungan dengan buah yang rasanya asam manis itu, mulai dari shampo, sabun, parfum, hand & body, dan masih banyak lagi kalau mau di jelaskan disini.  Tanpa terasa, kami sudah sampai didepan sekolah, mas Rangga membuka seatbelt-ku. "Udah sampai, semangat ya moodbooster-nya mas," kata mas Rangga sambil mengecup dahiku. "Iya mas."  Aku pun langsung masuk dan melihat ada beberapa rekan guru, yang sedang duduk di meja piket. Aku pun langsung mengabsen, ada sekitar 10 menit untuk bersiap-siap karena aku ada jadwal mengajar pagi ini, kelas XII IPS 2, ah semoga anak-anak muridku seperti malaikat semuanya, bukan kayak iblis kelakuanya. *** Tring.......... triing.......  "Selamat pagi anak-anak." kuperhatikan calon murid baruku yang sedang mengalami masa labil ini, tidak ada yang terlalu mencolok diantara semuanya.  Semua juga berbisik-bisik melihat guru baru yang masuk, aku memperhatikan mereka  sambil tersenyum memberi kesan yang baik.  "Baiklah perkenalkan nama saya Rananta Asmira, kalian boleh memangil saya Miss Rara, dan ini nomor handphone saya," aku pun menulis nomor handphone-ku di papan tulis, bukan apa-apa aku hanya ingin berbagi apabila ada kesulitan yang di hadapi jadi aku bisa membantu mereka. Ini memang, hal yang dilakukan guru baru.  "Kalian bisa hubungi Miss jika kesulitan dalam mengerjakan tugas yang Miss berikan," ucapku, sambil memperhatikan semua muridku. "Miss udah punya pacar?" tanya murid yang disebelah pojokan yang terlihat sedikit manis. Aku hanya menanggapi dengan tersenyum. "Miss pulang sama siapa? Biar saya antar, gratis buat miss," goda lelaki di ujung yang kulitnya putih sepertinya dia keturunan chinese.  "Berapa umur Miss?"  "Miss uda nikah?"  "Miss mau ke taman kita kencan?"  ok ini sudah cukup!  Aku langsung menghentakan spidol dan semuanya terdiam.  "Tidak semua masalah orang kalian harus tahu, saya disini bukan mau berdiskusi, apalagi yang nggak ada faedahnya seperti tadi!" semuanya langsung terdiam. "Ada waktunya untuk bercanda, ada waktunya untuk serius, kalian harus melihat kondisi juga, saya juga orangnya nggak terlalu serius, tapi ada waktunya, mengerti kalian?"  "Paham Miss!" jawab mereka serempak. "Baik untuk pertemuan awal kita, sebaiknya kita perkenalan dulu, Miss akan mengabsen nama kalian dan silahkan perkenalkan diri."  Aku pun mulai mengabsen satu persatu dari semua murid yang berjumlah 40 orang, wait! tapi ada satu nama, yang memang dari awal telah menarik perhatianku. Tapi mana orangnya? "Geraldo Willson." semuanya terdiam Aku pun mencari keberadaanya, celinguk-celunguk.  "Biasa miss, Gerald belajar nggak pernah belajar, dia belajarnya di kantin atau ditaman miss." salah seorang anak perempuan menjelaskan.  "Dia pemalas miss."  "Tapi dia cogan miss."  "Tapi dia suka menyendiri Miss, ke sekolah buat kabur aja dari rumahnya tapi nggak pernah masuk miss, dia paling nggak suka belajar matematika, semuanya sih." aku pun mulai memahami maksud anak-anak muridku ini.  Entah kenapa aku menjadi penasaran seperti apa sosok cogan di SMA Mercusuar tersebut.  "Yasudah, kalau nanti masuk kelas, suruh temui miss ya."  Geraldo Willson, baru mengetahui namanya saja, sudah mampu menarik rasa penasaranku.... 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN