Bab 66
Menunggu Dina
Gladys pulang dari kantor pada sore hari. Ia melihat ke dalam kamar dan mendapati Dina belum pulang sementara Oscar sedang berada di kamarnya sambil melihat-lihat ponselnya mungkin sedang berbalas pesan dengan teman wanitanya. Seperti biasanya, ia akan langsung memasak untuk makan malam mereka.
Ketika makan malam telah selesai dimasak dan langit telah sepenuhnya gelap, Dina masih belum juga tiba di rumah. Gladys mengajak Oscar untuk makan malam lebih dulu.
“Os, hari ini Dina berangkat kuliah jam berapa?” tanya Gladys.
“Sepertinya dia berangkat sejak pagi, Ma” Jawab Oscar.
“Tapi sepertinya hari ini jadwal kuliahnya dimulai setelah makan siang.”
“Dina tadi berangkat sekitar jam sembilan atau sepuluh pagi, Ma. Oscar tidak yakin jam berapa tapi yang pasti itu masih pagi.”
Jam telah menunjukkan pukul delapan malam dan Dina masih belum juga pulang. Gladys mencoba menghubungi Dina namun tidak berhasil tersambung. Hal itu disebabkan oleh Dina yang memang sudah memblokir nomor telepon ibunya, sehingga ibunya tidak bisa lagi menghubunginya.
Gladys begitu khawatir hingga mondar mandir tidak jelas di teras depan rumahnya. Ia lalu teringat pada Helen. Sayangnya ia tidak punya nomor telepon Helen. Cara satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah langsung mendatangi rumah Helen.
“Mama berangkat ke rumah Helen dulu ya mencari Dina!” Pamit Gladys kepada Oscar.
“Ma, ini kan baru jam delapan. Lagi pula aturannya kan Dina boleh pulang sampai jam sembilan malam. Mama tunggu saja, dia pasti pulang kok!” Ujar Oscar untuk memenangkan ibunya.
“Tapi nomornya tidak bisa dihubungi, Os.” Bantah Gladys.
“Ya namanya dia keluar dari pagi Ma. Bisa jadi kan ponsel Dina kehabisan baterai!”
Oscar terus membantah pikiran-pikiran negative ibunya. Namun firasat ibunya benar-benar kuat, sehingga ibunya tidak mendengarkan Oscar dan tetap pergi mencari keberadaan Dina di rumah Helen.
Gladys pergi dengan naik angkot. Ia tiba di rumah Helen sekitar empat puluh lima menit setelah menempuh perjalanan. Gladys mengetuk pintu rumah Helen malam itu, seorang pembantu rumah tangga membukakan pintu untuk Gladys, namun ia mengatakan bahwa mereka sekeluarga sedang pergi keluar untuk menghadiri sebuah jamuan makan malam. Mereka baru akan kembali larut malam dan Gladys bisa menunggu kalau ia mau.
Perasaan Gladys tidak menentu, ia tahu kali ini Dina tidak sedang keluyuran karena satu-satunya teman Dina, yaitu Helen, sedang pergi bersama keluarganya dan Dina tidak mungkin ikut dengan mereka jika mereka sedang menghadiri sebuah undangan.
Gladys pulang kembali dengan menumpang angkot. Dalam perjalanan pulang, ia terus berpikir ke mana kira-kira anaknya itu akan pergi, sementara ia tahu kalau anaknya itu tidak punya banyak teman. Gladys sempat teringat kepada Kevin, namun Gladys segera mengeliminasi kemungkinan Dina ada bersama dengan Kevin karena ia merasa sangat tidak mungkin Dina akan berada hingga larut malam dengan pria yang pernah mematahkan hatinya itu. Selain itu Gladys juga tidak tahu di mana Kevin tinggal. Padahal sebenarnya saat itu Dina memang berada di rumah Kevin dan sedang makan malam bersama Kevin dan para pekerjanya.
Gladys terus berdoa memohon petunjuk dari Tuhan agar ia bisa segera menemukan Dina. Ia tiba kembali di rumah saat jam menunjukkan hampir pukul sepuluh. Oscar sudah bersiap-siap untuk berangkat berdinas malam.
“Dina belum kembali, Os?” Tanya Gladys.
“Belum Ma, Oscar juga sudah mencoba menghubungi Dina beberapa kali tapi nomornya memang tidak aktif.” Jawab Oscar.
Tidak hanya nomor ibunya, sebenarnya Dina juga memblokir nomor telepon Oscar, sebab ia tahu bahwa mereka berdua pasti akan bergantian mencoba untuk menghubunginya.
“Oscar mau berangkat untuk bertugas dulu ya Ma. Oscar akan kembali besok pagi. Jika sampai besok pagi Dina belum kembali maka kita sudah bisa membuat laporan orang hilang sebab Dina sudah meninggalkan rumah lebih dari dua puluh empat jam.” Ujar Oscar sembari berpamitan.
“Iya Os. Kabari mama jika kamu mendapat telepon darinya ya!” Pesan Gladys.
Setelah Oscar berangkat untuk bekerja, Gladys mengunci pintu rumah dan masuk ke kamar. Ia memeriksa lemari pakaian Dina dan terkejut ketika menemukan bahwa ada satu rak pakaian dari lemari milik Dina yang sudah kosong. Tidak hanya itu saja, semua buku yang biasa Dina gunakan di kampus yang selama ini hanya ia letakkan di rak kecil di sudut kamar juga ternyata sudah tidak ada.
“Ternyata dia memang kabur dari rumah!” Bisik Gladys.
Tidak sulit bagi Gladys untuk segera memahami keseluruhan masalah ini.
“Ini pasti ada hubungannya dengan pertanyaan Dina kepadaku kemarin malam.”
Gladys mengingat kembali kejadian malam sebelumnya ketika Dina begitu getol untuk mencari pengakuannya tentang kondisi kesehatannya yang sesungguhnya sementara ia terus menyangkal.
“Dia pasti marah kepadaku karena itu.” Kata Gladys kepada dirinya sendiri.
Malam itu Gladys tidak bisa tidur. Ia terus menunggu sambil duduk di ranjang, berharap Dina akan pulang. Ia bertekad untuk menunggu tidak peduli sampai jam berapa pun, asalkan Dina kembali ke rumah.
“Dina bukan tipe pemberontak yang bisa melakukan hal semacam ini. Dia pasti punya alasan tersendiri hingga berani berbuat sampai sejauh ini.”
“Tapi kemana dia pergi, sedangkan dia tidak memiliki uang jika harus menginap di hotel?”
Gladys ingin menghubungi kedua orang tuanya, bisa saja Dina menginap di sana malam ini. Namun ia mengurungkan niatnya itu karena orang tuanya pasti sudah meneleponnya lebih dulu jika Dina memang pergi ke sana. Gladys juga tidak ingin urusannya menjadi melebar kemana-mana jika orang tuanya sampai bertanya ada masalah apa di antara dirinya dan Dina.
Yang Gladys lakukan sepanjang malam itu hanyalah menunggu. Ia bahkan menyeduh secangkir kopi hitam pekat yang sama sekali tidak ia beri gula untuk membantunya tetap terjaga apabila Dina pulang atau ada kabar dari Oscar serta dari siapa pun juga tentang keberadaan Dina.
Malam itu Gladys hanya menghubungi Wanda dan Carlos, sahabatnya sejak lama, untuk menceritakan perihal kaburnya Dina dari rumah. Melalui pembicaraan telepon itu, mereka mengatakan bersedia membantu dan menemani Gladys apabila Gladys ingin mencari Dina lagi pada esok hari atau bahkan jika Gladys memutuskan untuk membuat laporan orang hilang di kantor polisi. Namun Gladys juga tidak menceritakan kepada mereka perihal alasan dibalik kaburnya Dina adalah karena dirinya sendiri.
Ketika sudah lewat tengah malam dan Dina masih belum juga pulang, Gladys mulai menangis. Ia menyesali reaksi yang ia tunjukkan kepada Dina kemarin. Sebenarnya ia bisa menyangkalnya dengan halus, namun ia memilih cara penyangkalan yang berbeda sehingga terkesan seperti mengolok-olok Dina. Hasilnya adalah seperti yang terjadi sekarang ini. Dina mungkin tersinggung dan terluka dengan sikapnya sehingga ia memilih pergi dari rumah.
“Mama tidak mengakuinya karena mama tidak ingin membuat kamu dan kakakmu cemas, Na. Mama akan mengakuinya nanti, saat mama sendiri juga sudah siap. Bagaimana mama bisa mengakuinya dihadapan kalian kalau mama sendiri pun menyangkal kenyataan itu?” Ujar Gladys dengan penuh derai air mata.
Sementara itu di rumah Kevin, Dina sedang serius membahas tentang perasaan Kevin kepada Helen sambil memakan begitu banyak makanan ringan yang disajikan oleh Kevin. Sesekali mereka juga bercanda dan tertawa dengan begitu keras. Sungguh sangat jauh berbeda dengan situasi Gladys yang begitu terpuruk seorang diri di rumah.
“Kev, apakah aku salah meninggalkan rumah?” Tanya Dina ketika ia sudah amat sangat mengantuk sementara Kevin sudah setengah mabuk.
“Tentu salah, tapi tidak apa-apa, Din. Kamu tidak harus selalu benar, bukan?” Jawab Kevin seenaknya.
“Kamu benar-benar mabuk ya!” Balas Dina sambil tertawa.
“Aku mungkin sedikit mabuk tapi otakku masih bekerja dengan baik.” Jawab Kevin, tidak mau kalah.
“Kev, aku mau bertanya satu pertanyaan lagi kepadamu. Kamu harus menjawabnya dengan jujur.” Kata Dina.
“Okay. Siapa takut!”
“Kamu pernah tidur dengan Helen tidak?” Tanya Dina dengan cepat.
“Tentu saja. Dia sering tertidur di sini.” Jawab Kevin dengan jujur, karena telah berada di bawah pengaruh alcohol.
“Maksudku bukan tidur yang itu!” Dina mencoba meluruskan.
“Yang kamu maksud dengan tidur adalah melakukan hubungan badan?” Tanya Kevin untuk memastikan.
“Iya, maksudku yang itu.”
“Kami tidak pernah melakukannya. Asal kamu tahu saja Din, Helen sudah pernah menanggalkan pakaiannya di hadapanku saat ia menolak pernyataan cintaku. Ia mengatakan bahwa ia bersedia memberikan dirinya asal aku tidak jatuh cinta kepadanya. Tetapi karena aku bukan laki-laki b***t, jadi aku tidak memanfaatkannya saat itu.”
Dina kembali terkejut dengan jawaban yang diberikan Kevin itu. Ia tidak tahu apakah Kevin berkata jujur atau tidak, namun Kevin tidak terlihat seperti sedang berdusta. Di tambah lagi Kevin yang sudah berada dalam keadaan mabuk dan orang yang sedang mabuk biasanya berkata jujur.
“Aku bingung dengan situasi Helen, dia berada di antara dua pria yang sama-sama mencintainya tapi memperlakukannya dengan cara yang berbeda. Helen sekali lagi memilih untuk bertahan dengan pria yang tidak memperlakukannya dengan baik. Sebelumnya ada Garry dan kini ada Jeff. Mungkin karena ia membuat perbandingan dan mendapati bahwa Jeff tidak seburuk Garry, makanya ia bertahan bersama pria itu.”
“Iya, mungkin saja.” Jawab Kevin dengan mata yang mulai tertutup perlahan.
“Kamu ingin saranku?” Tanya Dina.
“Saran apa lagi sekarang?” Tanya Kevin dengan nada meremehkan.
“Aku akan menyarankanmu untuk merebut Helen dari Jeff!”
“Kamu mabuk ya?” Tanya Kevin.
“Sebelumnya aku tidak setuju dengan hubungan kalian tapi karena kamu sudah memberitahuku tentang bagaimana Jeff sebenarnya memperlakukan Helen, maka aku pikir akan lebih baik jika Helen bersamamu.”
“Sayangnya Helen yang tidak mau kepadaku…” Balas Kevin, lirih.
“Kita akan urus itu nanti!” Kata Dina kemudian tertawa.
Kemudian Dina tidak mendengar suara Kevin lagi. Ternyata dia sudah tertidur karena terlalu mabuk. Dina pun memutuskan untuk tidur di situ dan tidak kembali ke kamar tamu.
Malam berganti pagi dan Gladys masih duduk di ranjanganya menunggu Dina pulang atau setidaknya memberi kabar. Ia memutuskan tidak akan masuk kantor hari ini karena ia akan pergi mencari Dina ke kampusnya. Ia tahu Dina punya kelas di jam sepuluh pagi hari ini.
Dalam kekalutannya, ia masih mengerjakan pekerjaan rumahnya seperti biasa. Ia menyiapkan makanan untuk dimakan oleh Oscar nanti jika anaknya itu sudah kembali ke rumah dari dinas malamnya.
Ia mengusahakan semuanya tetap terlihat normal, meskipun secara fisik dan perasaan Gladys sebenarnya sedang sangat menderita.