Chapter 2

2255 Kata
KRRIIIIIING...... Bel tanda istirahat pun berbunyi, para siswa berhamburan keluar menuju kantin sekolah untuk makan siang. Tony bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah Dee, diikuti Hendrick yang berjalan perlahan mendekati mereka. "Makan?" tanya Hendrick pendek "Hmmm" Dee membalas dengan gumaman pendek, "Mas Tony mau makan di kantin?" sambung Dee. Spontan kening Hendrick berkerut, Tony yang melihat itu nyengir kuda, lalu menjawab, "Makan, tapi mau ke ruang OSIS dulu, mau serahin proposal buat pertandingan antar kelas, kalian berdua duluan aja, ntar ketemu di kantin. Oh iya, pesanin aku lotek cabai 7 ya Dee." terocos Tony "Okay" jawab Dee seraya tersenyum manis dan mengedipkan sebelah matanya ke Tony. Hendrick mendengus kesal lalu menarik tangan Dee untuk segera menuju kantin, "Apa-apaan sih Hend, tarik-tarik, sakit tau!!" bentak Dee kesal. "Maaf" gumam Hendrick, "Ayo lekas ke kantin, keburu ramai" sambungnya lembut. "Mmm" jawab Dee, lalu mereka berduapun berjalan beriringan menuju kantin. "Dua orang itu kira-kira sampai kapan akan bertahan seperti itu.... Menahan perasaan masing-masing.... Hmmmm..... Bakal ada persaingan nih, moga aja persahabatan kami ga rusak gara-gara ini" gumam Tony sambil menatap punggung mereka berdua sampai hilang dari pandangannya, kemudian dia berbalik dan melangkahkan kakinya ke ruang OSIS. Sesampainya Dee dan Hendrick di kantin suasana kantin sudah penuh sesak, antrian panjang di gerai dan meja yang hampir semua penuh terisi menjadi pemandangan rutin setiap jam istirahat sian dimulai. Hendrick menepuk lembut bahu Dee lalu bergumam, "Mau makan apa? Aku pesankan, kamu cari meja buat kita berlima duduk, oke?" Dee menatap Hendrick dan menjawab, " Aku makan soto babat saja biar cepat ga usah antri masak, minumnya air mineral aja, untuk mas Tony...." Belum lagi Dee selesai bicara Hendrick sudah balik badan melangkah ke arah gerai makanan sambil bilang, "Tau, lotek cabai 7, minum teh tawar ala bapak-bapak tua" serunya sambil melambaikan tangan. Dee terkekeh geli melihatnya. Entah mengapa akhir-akhir ini Hendrick seperti menyimpan sentimen pribadi terhadap Tony. Dee mengangkat bahunya, lalu berbalik dan mulai mencari meja kosong untuk mereka makan nanti. Setelah hampir sepuluh menit Dee menunggu Hendrick selesai memesan makanan sambil bermain ponsel, akhirnya yang ditunggu pun datang bersama 3 orang sahabatnya, Tony, Yetnu dan Freddy. "Yooo Dee, katanya kamu tadi dijegal Intan ya?" tanya Freddy tiba-tiba. "Bukan dijegal, kesandung kaki Intan, gara-gara aku ga lihat jalan tadi pas ngejar mas Tony" jawab Dee santai sambil membantu Hendrick menurunkan makanan dari nampan dan menatanya di meja. "Ya ngejegal itu namanya Dee" sahut Yetnu. "Anggap aja kesandung. Wes wes, ayo makan, lapar aku" balas Dee sembari menambahkan sambal dan perasan jeruk ke dalam kuah sotonya. Dan ketiha hendak mengaduknya dia tertegun menatap sotonya. "Nggg... Hend, kuning telurku kok hilang?" tanya Dee pada Hendrick. "Ini..." jawab Hendrik sambil menunjuk 1/2 butir kuning telur di mangkuk sotonya. "Tadi aku bilang bu Cip buat keluarin kuning telurmu dan taruh di mangkukku, kamu kan ga doyan kuning telur" imbuh Hendrick panjang lebar disambut tatapan takjub dari 3 orang lelaki di hadapannya... Rekor MURI, seorang Hendrick ngucapin lebih dari 4 kata dalam sekali nafas, WOW.... "Oh.... terima kasih" balas Dee sambil menunduk malu, dan menyibukkan diri mengaduk soto babatnya. "Hafal bener kamu sama kebiasaan Dee" celetuk Yetnu. "Ho.oh" timpal Tony. "Berlagak" gumam Freddy lirih. Hendrick hanya diam sambil menikmati sotonya seolah ga dengar kalau ketiga sahabatnya sedang meledeknya. Freddy menatap tajam ke arah Hendrick dengan tatapan geram. "Awas copot matamu nanti" celetuk Hendrick. "Ck" sahut Freddy yang melanjutkan mengunyah lontong sayurnya. Untuk beberapa saat hanya terdengar dentingan alat makan mereka. "Dee..." panggil Freddy memecah keheningan. "Ya?" tanya Dee "Nih...." Freddy mengulurkan satu lembar kertas persegi ke arah Dee. "Apaan ini?" tanya Dee penasaran sambil menerima kertas itu dari Freddy. Kemudian dibacanya tulisan yang tertera disana. Seketikan matanya membelalak terkejut, lalu dia meloncat kegirangan sambil berteriak, "Kyaaaa.... makasih Fred, makasih banyak, dah lama pengen nonton ini akhirnya kesampaian juga" pekik Dee dengan girangnya, lalu tanpa sadar dia memeluk Freddy dari belakang. Tindakannya spontan membuat keempat temannya tercengang terlebih Freddy yang saat ini rasanya seperti melambung menuju langit ke tujuh. BRAAAKK... tiba-tiba mereka dikagetkan dengan suara hentakan di meja, seketika Dee tersadar dan melepas pelukannya ke Freddy. "Ehem, maaf Fred, aku terlalu seneng, hehehehe...." ujarnya sambil tersenyum malu lalu melangkah kembali ke kursinya. "Ga apa, santai" sahut Freddy lembut lalu melemparkan tatapan tajam ke arah Hendrick. Ya, Hendrick lah yang menggebrak meja menggunakan gelasnya. Merasa dirinya ditatap Freddy, spontan Hendrick mengulurkan tangannya ke arah Freddy. "Apa?" tanya Freddy bingung. "Tiket" jawab Hendrick pendek. Freddy berkedip kebingungan, Tony yang menyadari ada api di hati Hendrick, "Bro, masa beliin buat Dee doang, sahabatmu kan ga cuma Dee, kita bertiga kamu anggap apa? Masa kalian berdua nonton kita bertiga engga? Kita kan pengen nonton juga" seru Tony sambil mengedip ke arah Yetnu. "Ho.oh, ini Avenger yang terakhir lho, The End Game, tega kamu ga ngajak kita" timpal Yetnu dengan wajah dibuat secemberut mungkin. Dee terkekeh geli, "Hehehehehehe... Iya Fred, buat mas Ton, Hend dan Nunu ada kan? Kan lebih seru kalau nonton rame-rame" tambah Dee sambil mengerjap genit ke arah Freddy. Alhasil Freddy mendengus kesal, "Iyo iyo, nanti tak beliin tiket buat kalian bertiga, tapi ga janji dapat soalnya laku keras tiketnya kalau akhir ming...." sahut Freddy, tapi belum habis dia bicara Hendrick menyodorkan ponselnya, Freddy pun terbelalak melihatnya. " Sudah book, bayar!" seru Hendrick datar. "Sialan kau Rick!!" sahut Freddy kesal, lalu mengeluarkan ponselnya dan melakukan pembayaran via M-Banking. "Sudah tuh" gerutunya. "Hmmmm" Hendrick pun tersenyum puas, Tony dan Yetnu terkekeh geli melihatnya. Hanya Dee yang berdebar ga karuan melihat senyum Hendrick yang menurutnya luar biasa manis. "Ya Allah, manisnya...." batin Dee dalam hati sambil terus menatap Hendrick, tapi Dee buru-buru mangalihkan pandangannya, takut ketahuan para sahabatnya... ya, ini rahasia, dia tidak ingin merusak hubungan persahabatan yang telah lama dibina hanya karena perasaan cinta. Tony bukannya tidak menyadari tingkah laku Dee yang serba salah dan gugup. Tony tersenyum simpul melihat Dee yang menunduk malu menyembunyikan pipinya yang merona merah. "Jadi besok lusa kita kumpul di rumah Dee ya, kita ijin rame-rame ke bapak dan ibu Dee, plus pulang jangan kelewat malam, bapak kalau marah gawat, hehehe..." seru Tony. "Ok" serentak 4 orang sahabatnya mengiyakan. "Dee, sholat!" celetuk Hendrick. "Libur Hend, kalian kalau mau sholat aku ke kelas dulu" sahut Dee sambil tersenyum manis kepada keempat sahabatnya. Freddy yang melihat senyuman Dee auto gemas, spontan dia bangkit dan mencubit pipi Dee dengan gemasnya,"Oyoyoyoyo.... siapa ini yang manis banget senyumnya bikin jantung eikeh berdebar ga karuan?" godanya sambil memanyunkan bibirnya tepat di depan wajah Dee. Mendapat perlakuan seperti itu Dee melotot marah dan sedikit takut, pasalnya jarak wajahnya dan Freddy begitu dekat. Melihat kelakuan Freddy yang di luar kendali, serentak Tony, Hendrick dan Yetnu meraih bahu dan kepala Freddy dan menariknya untuk menjauh dari Dee. Mendapat perlakuan tiba-tiba dari ketiga temannya Freddy mengamuk, "Apaan sih kalian, sakit tau!! Kamu juga Rick, ngapain pakai tarik-tarik kepalaku kenceng banget gitu, berasa mau lepas ni kepala!!" bentak Freddy. "Woi, Dee itu cewek tau ga si, bukan pacarmu bukan adikmu, pantes emang kamu kaya gitu ke dia? Tuh lihat, Dee sampai pucat karena takut!" bentak Tony. Freddy memalingkan wajahnya menatap Dee yang gemetar ketakutan di dalam rangkulan Tony, memang di antara mereka berempat hanya dengan Tony, Dee merasa nyaman dan aman dipeluk, karena hubungan mereka sudah seperti kakak beradik. "Maaf Dee", gumam Freddy lirih. Dee hanya membalas dengan anggukan kecil dan tersenyum. "Aku antar Dee ke kelas dulu kalian ke mushola aja duluan, ntar aku nyusul." Tony menggandeng lembut tangan Dee dan mengajaknya pergu ke kelas mereka. Setelah mereka menghilang dari pandangan ketiga sahabat mereka yang masih di serambi kantin, Hendrick berucap, "Jaga kelakuanmu ke Dee, biarpun kamu suka dia ga sepantasnya kamu ngagetin dia sampai seperti itu" ucapnya dingin. "Huh, sok ga ada perasaan sama Dee aja." sahut Freddy. "Punya perasaan bukan berarti harus vulgar, ditambah lagi Dee ga tau perasaan kita ke dia, aku juga ga mau persahabatan kita rusak hanya karena perasaan suka kita ke Dee, jadi lebih baik tahan perasaanmu dan jaga kelakuanmu, jangan buat dia takut dan menjauh dari kita!" balas Hendrick yang segera berlalu pergi meninggalkan Yetnu dan Freddy. "Cih, munafik" gerutu Freddy. "Bro, omongan Hendrick ada benarnya, aku tau kamu dan dia ada perasaan ke Dee, tapi tolong jangan terlalu ditunjukkan dan diumbar di depan Dee, aku juga takut kalau Dee menjauh, biar bagaimanapun kita sudah bersahabat selama 5 tahun, please jangan rusak itu, Dee itu adik sepupuku yang harus ku jaga. Ok bro?!" urai Yetnu panjang lebar seraya menepuk bahu Freddy kemudia berlalu pergi menuju mushola. Sementara itu Dee yang diantar Tony menuju kelas, tiba-tiba menghentikan langkahnya, "Mas Ton, Dee ga papa kok, bisa jalan ke kelas sendiri, mas Tony sholat dhuhur aja dulu, tinggal 8 menit lho waktu istirahatnya." ucap Dee. "Beneran?" tanya Tony ragu. "Iya mas, Dee ga papa, cuma kaget aja tadi, kan ga pernah digituin sama cowok" jujur Dee sambil menunduk. "Hmmm... Ya wes, Freddy g ada maksud apa-apa tadi, mungkin saking gemesnya ke kamu, aku juga kan sering gemes-gemes ke kamu Dee" balas Tony. "Lain mas, kan mas Tony sudah kaya kakakku sendiri." jawab Dee, "Tapi Dee beneran ga papa kok mas, sudah tenang juga, Dee tahu kok kalau Freddy ga ada maksud aneh-aneh" sambung Dee sembari tersenyum polos. "Ya wes, cepat ke kelas, mas sholat dulu ya" balas Tony, setelah mengusap kepala Dee, Tony pun berbalik dan bergegas menuju mushola. Setibanya di kelas Dee duduk termenung, jujur dia masih kaget dengan kejadian tadi. Tapi dia berusaha berpikiran positif, Freddy hanya bercanda seperti layaknya Tony yang selalu bercanda dengannya. Di tengah renungannya mendadak ada bayangan yang jatuh tepat di depannya. Dee pun mendongak dan tertegun melihat Intan sudah berdiri di depan mejanya. "Ada apa Tan?" tanya Dee penasaran dan waspada, karena kalau Intan mau bicara dengannya, endingnya selalu buruk. "Jujur deh Diane, Tony itu apanya kamu?" tanya Intan dengan nada penuh kejengkelan. Dee melengos dan memutar bola matanya tanda dia bosan. Kenapa bosan? Ya karena pertanyaan itu bukan hanya sekali dua kali Intan lontarkan bahkan dari sejak kelas 1 dia kerap mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut Intan, dan kerap kali pula dia menjawab dengan jawaban yang sama. "Tan, kamu tuh gampang banget amnesia ya?" Dee balik tanya. "Maksudmu apa??" bentak Intan. "Berapa kali kamu tanya pertanyaan ini, aku aja jawab sampai bosan lho Tan, aku sama mas Tony ga ada hubungan apa-apa, cuma teman sejak masih orok." beber Dee dengan nada malas. "Ga usah bohong, kalau cuma teman masa iya dia seperhatian dan sesayang itu sama kau, pasti ada apa-apa antara kamu dan Tony, kan?" sembur Intan. "Ya ampun Taaaan, aku jawab jujur kamu ga percaya, yo wes tak jawab aku sama mas Tony pacaran, PUAS?" balas Dee dengan geram, capek meladeni ratu rempong kelas 2.4, yang walau cantik, bermake up tebal, berpakaian ketat dan mini, tapi otaknya di p****t. "Dasar pembohong, kenapa ga dari dulu kamu bilang kalau kamu pacar Tony??" amuk Intan dengan suara keras mengagetkan penghuni kelas 2.4. "Bodo ah Tan, cape ngomong sama keledai, jujur dibilang bohong giliran bohong dianggapnya jujur, otakmu kebalik kali ya sambungan syarafnya" balas Dee. "Kurang ajar kamu!!!" bentak Intan sambil melayangkan tangannya hendak meraih rambut Dee. Tapi belum sampai tangannya menyentuh rambut Dee, sebuah tangan besar menepisnya. "Aaaw...." pekik Intan, "Hendrick..." seru Intan ketakutan. "Mau apa kau? Lupa dengan peringatanku pagi ini?" desis Hendrick dengan mata merah menyala. "A a aku ga ngapa-ngapain Diane kok" gagap Intan. "Tan, mending berhenti gangguin Dee, ga usah cari gara-gara. Asal kamu tau aku sama Dee ga ada hubungan yang seperti kamu pikirkan, tapi aku sayang sama Dee, karena dia sudah seperti adik buatku jadi jangan macam-macam terus." tiba-tiba Tony muncul dan memberikan peringatan kepada Intan. "I iya Ton, aku cuma ga suka dia dekat sama kamu" balas Intan lirih. "Apa masalahmu, toh aku ga ada hubungan apa-apa denganmu, dan yang jelas aku ga suka kamu!!" skak Tony membuat hati Intan hancur berkeping-keping. Intan pun berlari meninggalkan kelas sambil menangis, lelaki yang sejak kelas 1 dia cintai telah menghancurkan hatinya sampai tak bersisa. Dee ternganga mendengar ucapan sadis Tony. "Mas, kok jahat ngomong kaya gitu ke cewek, kasihan" kata Dee. "Ben wae, pancen aku ga suka dia kok, eneg juga lihat muka menornya yang full make up gitu." sahut Tony acuh tak acuh. "Karepmu wes mas!!" dengus Dee kesal yang dibalas dengan kekehan Tony dan Hendrick. Tony mengusap kepala Dee kemudian melangkah menuju mejanya, sedangkan Hendrick berdiri di depan meja Dee, perlahan dia membungkukkan badannya. "Kamu sudah ga papa Dee?" tanya Hendrick lembut. "Hah?" kaget Dee yang buru-buru mendongak tapi malah kepalanya membentur dagu Hendrick. Dee meringis kesakitan, "Aduuuuuh, tuh dagu apa pisau sih, tajam banget" gerutu Dee, matanya berkaca-kaca menahan sakit. "Hehehehe... maaf, lagian ngapain kamu pakai acara kaget gitu" balas Hendrick seraya menusap lembut kepala Dee. DEG DEG DEG... jantung Dee berdebar ga karuan karena usapan tangan Hendrick. "Ehem ehem... sudah tu kalian, bentar lagi pak Eko datang lho" seloroh Tony membuyarkan debaran jantung Dee, yang dengan cepat memundurkan kepalanya menghindari sentuhan Hendrick. Hal itu jelas membuat Hendrick mendengus kecewa dan melemparkan pandangan mautnya ke arah Tony. Tony pun terkekeh geli dan dengan bahasa isyarat dia bilang ke Hendrick, "Tahan diri, bro!" Hendrick pun memutar bola matanya dan mendengus kesal sambi berjalan menuju mejanya. Tak lama pelajaran pun dimulai karena pak Eko sang guru Matematika sudah masuk ke dalam kelas. Intan masuk ke dalam kelas tepat di saat pak Eko memulai absen kelas, matanya bengkak dan sembab, hidungnya merah, dan setelah dia diijinkan masuk oleh pak Eko, Intan berjalan lunglai sembari melirik tajam ke arah Dee. Tapi dia buru-buru menundukkan pandangannya karena Hendrick melemparkan tatapan membunuh ke arahnya. SYEREM gaes. Chapter 2 ~end~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN