Kembali ke Sangkar Emas

1167 Kata
Kepulangan dari vila Don Moretti terasa lebih tegang daripada kedatangan mereka. Meskipun negosiasi sukses besar sebagian besar berkat kecerdasan Isabella. Sal tidak menunjukkan kelegaan. Sebaliknya, dia tampak lebih dingin, lebih tertutup. ​Mereka kembali ke vila terpencil mereka sendiri saat tengah malam. Begitu pintu kamar tidur utama tertutup di belakang mereka, Isabella melepaskan gaunnya dan menjatuhkannya ke lantai. Kelelahan terhadap perannya sendiri membebani bahunya. ​"Aku mau mandi dulu," ujar Isabella, bergerak ke kamar mandi tanpa menunggu persetujuan. ​"Tunggu," perintah Sal. Dia berdiri di sana, melepaskan dasinya, matanya terpaku pada Isabella. "Kau berani. Dan cerdas. Kau menyelamatkanku dari Don Moretti." ​Isabella berbalik. "Aku melakukannya untuk Marcus dan perusahaannya, bukan untuk menyelamatkanmu, Sal." ​"Motivasimu tidak relevan," balas Sal. Dia melepas kancing manset nya. "Yang relevan adalah hasilnya. Kau menunjukkan kepada mereka bahwa aku tidak hanya memiliki kekuasaan, tetapi juga memiliki aset yang langka. Itu adalah poin kehormatan yang tidak ternilai harganya bagi Giudice." ​Dia mendekatinya perlahan. "Kau membuatku terlihat kuat, Bella. Dan itu harus dihargai." ​"Aku tidak butuh penghargaan mu," tukas Isabella. "Aku hanya butuh kebebasanku." ​Sal meraih pergelangan tangannya, menghentikan gerakannya. "Kebebasan? Kau tahu kau tidak akan pernah mendapatkannya dariku. Itu adalah ilusi yang ku izinkan kau nikmati selama dua tahun. Sekarang, realitas telah kembali." ​Dia menarik Isabella mendekat, menempelkan tubuhnya yang keras dan hangat ke tubuh Isabella. Aura whisky dan Sisilia menyelimutinya. ​"Kau harus ingat harganya," bisik Sal, menundukkan kepala. "Kau melayani nafsuku karena kau berutang padaku. Dan kau berutang karena kau ingin melindungi orang lain. Kau adalah wanita yang penuh kelemahan emosional, Bella." ​Isabella mendongak, matanya menantang. "Dan kau pria yang terlalu takut untuk sendirian. Kau tidak menginginkan aku, Sal. Kau menginginkan bayangan Adriana yang kau ciptakan dari diriku." ​Kata-kata itu menghantam Sal. Matanya, yang selalu tampak seperti es, tiba-tiba berkilat dengan kemarahan. Itu adalah kelemahan yang singkat dan berbahaya. ​Sal mencengkeram dagu Isabella, memaksa tatapannya bertemu matanya. "Jangan pernah menyebut namanya lagi untuk membelamu, Bella." Suaranya bergetar karena emosi yang terpendam. "Malam ini, kau adalah dirimu sendiri. Bukan kenangan. Kau hanya jaminan." ​Sal menciumnya dengan paksa bukan ciuman cinta, tetapi ciuman kepemilikan dan hukuman Ciuman yang menuntut sangat dominan dan dalam, memaksa Bella untuk membuka dan menyerahkan mulutnya tanpa perlawanan. Tangannya menyelam ke dalam mahkota Bella, dan jemarinya menjadi suluh yang menyentuh akar gairah. Seketika, tubuh Bella bergetar, didera ombak besar yang menghempaskan yang meledak dari dalam jiwanya, membuat Bella gemetar di bahunya. ​Tanpa jeda, Sal membawanya ke kasur, menanggalkan kainnya, menampakkan tonggak hidup yang tegak. Ia menuntunnya, memberikan perintah agar Bella menerima tonggak itu. Bella menyerah menciptakan irama yang menuntut, maju mundur membuat pria itu mendongakkan kepala dalam kepuasan yang memabukkan. ​Seraya menikmati irama yang teratur wajah Sal menunduk, menemukan lembah Bella. Ia memulai meneguk madu di sana dengan rakus. Sebelum penyatuan, ia menggigit pucuk mahkota Bella, memaksanya mencapai hujan yang hebat. Sal menelan buktinya hingga lembah itu bersih. Lalu, tanpa aba-aba, ia melesakkan tonggak itu lurus seperti peluru melesat tajam. Di selingi teriakan Bella menggema mengguncang kamar. ​Isabella memejamkan mata. Dia merasakan hasratnya yang meledak dan tidak bisa dibantah, dan yang paling membuatnya takut bagian kecil dirinya yang mengenali sentuhan itu dan meresponsnya. ​Dia menyalurkan seluruh kekuatannya untuk membangun tembok di dalam dirinya, menjaga pikirannya tetap terpisah dari tindakan tubuhnya. Ini adalah akting. Ini adalah bagian dari perjanjian. ​Malam itu terasa lebih berat daripada malam pertama. Itu adalah harga dari keberaniannya, harga dari kecerdasannya, dan harga dari kembalinya dia ke dunia Giudice. *** Penerbangan kembali ke New York terasa lebih sunyi dan dingin daripada perjalanan ke Sisilia. Sal tertidur pulas, tetapi Isabella tidak bisa memejamkan mata. Sekarang, setelah perjanjian itu ditegaskan di Italia, dia resmi menjadi Nyonya Giordano yang baru atau lebih tepatnya, yang lama dan yang lebih mengerikan, sandera seks pribadi Sal. ​Begitu jet mendarat, Sal kembali mengenakan persona Bos Mafia modern yang rapi dan tanpa cela. Di depan pengawal dan pengacara yang menyambut mereka, dia tersenyum, meletakkan tangan posesif di pinggang Isabella. ​"Perjalanan yang sukses, Bella," katanya, suaranya terdengar ramah dan akrab bagi siapa pun yang mendengarkan. "Kontribusi Isabella sangat penting. Dia sudah kembali ke tempat seharusnya." ​Setibanya di penthouse Manhattan yang mewah, Isabella segera mencari Marco dan Lucio. Kehadiran anak-anak itu adalah satu-satunya pelipur lara dan satu-satunya senjata yang ia miliki melawan Sal. ​Dia menemukan mereka di ruang bermain, disambut dengan pelukan riang. ​"Tante Bella kembali! Papa bilang Tante bekerja sangat keras!" seru Marco. ​"Aku merindukanmu, Tante Bella," bisik Lucio, memeluknya erat. ​Isabella menghabiskan sore itu dengan anak-anak. Dia membantu mereka mengerjakan pekerjaan rumah, membacakan dongeng, dan menanyakan tentang setiap detail kecil hidup mereka. Di saat-saat ini, dia bisa melupakan dirinya adalah sandera, dia hanya Bella yang dicintai oleh dua malaikat kecil ini. ​Malam itu, setelah anak-anak tidur, Isabella kembali ke kamar tidur utama. Sal sedang duduk di tepi tempat tidur, mengganti pistol yang tersembunyi di balik bantal sutranya. Dia tidak menyembunyikan sisi gelapnya darinya lagi. ​"Kau terlihat sangat senang hari ini," komentar Sal tanpa menoleh, memasukkan magasin baru ke dalam pistol. "Anak-anak sangat menyukaimu." ​"Mereka adalah satu-satunya alasan aku tidak berjalan kaki dari Sisilia ke New York," jawab Isabella terus terang. ​Sal tersenyum sinis. "Sentimen yang manis. Tapi itu juga alasan kau tidak akan pernah bisa meninggalkanku. Aku tahu kelemahanmu, Bella." Dia mengunci pistolnya dan meletakkannya di laci nakas yang terkunci. ​"Besok," lanjut Sal, bangkit dan berjalan ke kamar ganti. "Kau akan memulai peran resmi mu. Akan ada pesta penyambutan kecil di rumah malam lusa. Kau akan menyusun daftar tamu, bekerja dengan Event Manager, dan yang terpenting bertemu dengan Komite Wanita Mafia." ​Isabella tertegun. Komite Wanita Mafia - kelompok istri dan janda Bos yang menjalankan amal, tetapi sesungguhnya menjalankan mata-mata dan menjaga garis keluarga. Dipimpin oleh Under bos, Sofia Mancini. ​"Aku tidak mengenal Sofia Mancini dengan baik," kata Isabella. ​"Tentu saja tidak," jawab Sal, berjalan keluar hanya dengan celana tidur sutra. "Adriana yang berurusan dengannya. Sekarang, itu tugasmu. Sofia adalah wanita yang setia kepada Keluarga, tetapi dia tidak pernah menyukai kenyataan bahwa aku menikahi mu, terutama setelah Adriana meninggal." ​Sal naik ke tempat tidur dan menepuk bantal di sebelahnya. "Selamat datang kembali ke dunia mafia, Bella. Jangan buat kesalahan. Terutama dengan Sofia. Dia akan mencabik-cabik mu jika dia berpikir kau mengancam stabilitas ku." ​Isabella menanggalkan pakaiannya. Dia tahu bahwa peran ini jauh lebih berbahaya daripada negosiasi dengan Don Moretti. Di Sisilia, dia menghadapi musuh yang jelas. Di New York, dia menghadapi wanita-wanita yang bersembunyi di balik keanggunan, bersaing untuk mendapatkan kekuasaan dan dia harus tidur di samping pria yang menuntut banyak darinya. ​Dia mematikan lampu. Saat dia berbaring, Sal menariknya ke dalam pelukannya. ​"Kau milikku," bisik Sal di telinganya. Itu bukan pertanyaan, melainkan pernyataan yang kuat. Dan saat Sal memenuhi perjanjiannya, Isabella tahu bahwa perjuangannya baru saja dimulai. Dia harus menggunakan semua kecerdasan yang ia tunjukkan di hadapan Don Moretti untuk bertahan hidup di balik tirai sutra New York yang mematikan ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN