Cinta pertamaku hilang
Audi Safira gadis kecil yang berusia 10 tahun terduduk bersandarkan tembok menatap sang ibu yang menangis tersedu di pelukan kakak laki lakinya, dengan menatapnya terdiam tanpa expresi akan membuat setiap orang yang melihatnya pun ikut merasakan kesedihan yang mereka alami. Pagi itu rumahnya di penuhi para tetangga yang mulai berdatangan memenuhi ruang tamu rumahnya sebagian dari mereka tengah sibuk dengan tenda dan meja kursi sedang sebagian yang lain sibuk di dapur. Audi yang masih samar dengan keadaan yang terjadi mulai mengerti seusai mendengar perbincangan para tetangga yang tidak sengaja di dengarnya di tengah tangisan histeris sang ibu.
"pak Rudi akhirnya meninggal yu" Kata tetangga ikut prihatin
"iya yu katanya sakit diabetes" kata tetangga yang lain
"apa maksud mereka? ayah meninggal? bukankah ayah di Surabaya karna dinas kantornya?" gumam Audi dalam hati
Perlahan akhirnya di mengerti situsinya ternyata selama ini keluarganya menyembunyikan mengenai penyakit sang ayah darinya, karena yang Audi ketahui sang ayah sedang dinas di Surabaya karna mutasi dari perusahaan sang ayah dan kini ia mengetahui kenyataanya bahwa sang ayah telah meninggal dunia. Seketika seluruh tubuhnya seakan tidak memiliki kekuatan bahkan untuk bertanya kepada sang kakak pun mulutnya tak mampu berucap.
"ini ngga mungkin kan?" gumamnya lirih
"ngga mungkin ayah meninggal" gumamnya lagi kemudian menangis histeris bahkan ia nyaris pingsan menahan rasa sesak yang memenuhi dadanya
"Roni adikmu" ibu menyadari sang putri mulai kehilangan kesadaranya
"dii... Audi" panggil Roni sembari menggoncang kan tubuh Audi
"mas, apa yang sebenarnya terjadi?" Audi bertanya lirih
"yang kuat ya dek"
"tapi kata ibu ayah sedang di Surabaya" Audi mulai menangis
"maafkan kami karna tidak memberitahumu lebih awal"
"masssss" Audi semakin histeris, rasanya dadanya tengah di timpa sebuah batu besar yang mengimpitnya
"nak" ibu menghampiri kemudian memeluknya erat
"bu" Panggil Audi merintih
"maafkan kami sayang"
Mereka bertiga larut dalam kesedihan, Audi yang begitu terluka karna tak sempat menatap sang ayah di hari hari terakhirnya, Roni yang sedih karna harus kehilangan sosok yang begitu ia hormati dan sang ibu yang harus kehilangan sandaran hatiya
"yah bagaimana aku harus menghidupi anak anak" gumam ibu dalam hati saat menatap kedua anaknya kini hanya bisa bersandar padanya sedang ibu sendiri selama ini hanya seorang ibu rumah tangga yang hampir dua puluh empat jam waktunya ia habiskan untuk menjadi istri dan ibu yang baik bagi orang orang Ia cintai
setelah beberapa saat berlalu semua persiapan untuk pemakaman ayah telah selesai disiapkan oleh para tetangga. Banyak ungkapan Bela sungkawa yang disampaikan tetangga dan sanak saudara sehingga ssetiap prosesinya berjalan lancar dan cepat.
Hari berlalu begitu berat bagi keluarga kecil itu, kesunyian begitu terasa saat sanak saudara telah pulang kerumah mereka masing masing dan menginggalkan mereka bertiga yang di balut kesedihan
Audi memilih berdiam diri di kamarnya dan Roni sang kakak pun melakukan hal yang sama. Banyak kenangan yang kini berputar di ingatan mereka seakan menyampaikan pasan sang ayah untuk mengingat ayah dengan semua kenangan indah bukanlah kesedihan.
"ayah maafkan aku karna saat di hari terakhirmu aku tidak menemanimu" gumam Audy sedih
" tidak apa Sayang Ayah akan tetap melihat dari jauh doa ayah selalu yang terbaik untukmu"
"ayah" Panggil Audi
" Ingat pesan Ayah rajinlah belajar dan raihlah apa yang menjadi cita-citamu bahagiakan ibumu dan hidup rukun lah dengan kakakmu Hanya itu yang membuat Ayah bahagia nak" Lanjut Ayah sembari ia berjalan semakin jauh semakin jauh dari jangkauan Audi, Audy hendak melangkahkan kakinya untuk mengejar ayah namun Entah kenapa kakinya tak sanggup bergerak, ia Melambaikan tangannya ingin meraih tangan ayah namun rasanya tangannya tak cukup untuk meraihnya
Ayah berjalan Semakin Jauh sembari Melambaikan tangan dan tersenyum kearah Audi Seraya mengatakan "Hiduplah dengan baik anakku"
" ayah" Panggil Audi setengah berteriak
namun dia tersentak dari tidurnya
"apa tadi aku sedang bermimpi?kenapa mimpi itu terasa begitu nyata?apa Ayah benar-benar sedang melihat ku?"gumam Audy dalam hati dan melihat sekeliling tak ada siapapun di ruang di kamarnya
" jika memang kau sedang melihatku ayah, aku ikhlas engkau pergi dan aku akan berusaha menjadi putri yang kau banggakan dari atas sana,Aku mencintaimu ayah" gumam Audy lega ia menyadari bahwa ayahnya pun tak ingin dia bersedih terlalu lama