"Sa...Samudra." ucap Gweny kaget saat melihat orang di belakangnya
"Hahah iyah,, ciee akhirnya loe ngakuin juga kalau gue ini ganteng,, haha iya sihh emang gue ini ganteng dan hidup loe itu berkah karna bisa nikah sama cowok sekece gue" ucap Samudra pd tingkat dewa
"Dih, songong nih anak, siapa juga yang bilang loe ganteng nggak tuh!" Gwenny kaget kenapa tiba-tiba bisa muncul di belakangnya tepat saat Gwenny khilaf mengagumi wajah Samudra.
"Terus tadi apa coba? iya sih Samudra itu GANTENG nah,, itu, itu apa? Bukan suara Lo? Nggak mungkin kan di sini ada setan."
"Nggak ah loe kali yg salah dengar,,, periksa noh kuping!"
Gwenny berusaha mengelak, sebab tadi dia memang sempat mengatakan bahwa Samudra memang tampan hanya saja sikap lelaki itu menjengkelkan sehingga membuatnya selalu marah.
"Aaahh terserah loe deh kalau nggak mau ngaku juga nggak papa, udah sana mendingan loe masakin makanan buat gue gue lapar!"
"Dhhh ogah, masak aja sono sendiri, siapa juga yang lapar, elo kan jadi masak aja sendiri!"
'Lo itu yah cewe tengil, gue ini suami loe, jadi loe harus masakiin gue dong!"
"Kalau gue nggak mau loe mau apa hah?" tanya Gwenny lantang, sambil meletakan kedua tangannya dipinggang
"Lo harus mau..."
"Nggak,, gue nggak mau...."
"Harus!"
"Nggak nggak,, gue nggak bisa masak puas loe " Gwenny tetap pada pendiriannya tidak akan pernah mau menghabiskan tenaganya untuk memasak makanan hanya untuk seorang Samudra.
"Jadi loe nggak bisa masak?" Samudra tertawa terbahak, "masa cwe nggak bisa masak, gimana mau jadi istri orang kece coba,,, " kata Sumudra berlalu sambil menuju dapur dan mulai masak sendiri
***
kedua orang tua Samudra dan Gwenny datang ke rumah mereka. Sekarang kedua orang tua mereka sedang membahas liburan untuk kedua anaknya sebajagai Hadi apernikahan. Paris, adalah kota pilihan mereka untuk Samudra dan Gwenny. Berharap setelah pulang dari kota sejut cahaya itu, mereka bisa menjadi sepasang suami istri normal seperti yang lain, terlebih mereka ingin segera menimang cucu
"Gmana Sam, Gwen, kalian setuju kan kalau liburan ke paris?" Tanya mama delly
"Hah? Maksud mamah honeymoon?" Tanya Gwenny kaget,, "duhhhh mah jangan dulu deh,,, nggak ucah pake honeymoon honeymoon segalama mah,,, " tolak Gwenny, jangan sampi hal itu terjadi, sebab tidak ada cinta di antara mereka berdua.
"Rasain Lo, Gwen, gue bakal kerjain Lo habis-habisan saat di Paris nanti!" Samudra tersenyum miring, tak sabar membuat perempuan cengeng itu menangis sekencangnya
"sayang, kamu itu gimana sih? kan kita itu harus honeymoon , nggak dengar tadi, mamah sama ibu bilang apa? iya, kan Bu? Tenang aja Mah, Sam setuju kok, aku yakin sebenarnya Gwenny juga setuju kok, tapi dia nya malu, iya kan sayang?"sambil merengkuh Gwenny dalam pelukannya Samudra membisikan sesuatu
"Sayang, sayang, sayang pale lu peyang, enank aja, nggak nggak gue nggak mau!" tolak Gwenny sambil berbisik
"Ouhh jadi loe seris nih, nggak mau, kalau loe nggak mau honeymoon sama gue, gue bilang sama semuanya kalau loe nggak pernah terima gue sebagai suami lo! " ancam Samudra.
"Iya mah, Gwenny setuju deh." Tak ada pilihan lain, Gwenny tak ingin papanya marah, terlebih ayahnya itu memiliki penyakit riwayat jantung.
***
"Ehhh loe apa-apaan sih! Ngapain loe setuju buat honeymoon di Paris, ngapain sih pake honeymoon-honeymoon segala, buang2 waktu aja "
"Ehhh loe pikir gue juga mau? Ogah tau nggak, gue tuh ke sana buat nyari cewe seksi tau nggak, kapan coba gua bisa liatin cewek seksi yang lebih cantik dari pada loe, bohai, lah ini apah nggak enak juga dibpandang! "
"Samudra! sumpah demi apa pun lo itu ngesalin tau nggak " Gwenny menatap tajam kepada Samudra yang ada di sampingnya
"Detik itu juga keduanya sama-sama pernah bantal, membuat seisi kamar berantakan seperti kapal pecah
"Sekarang loe keluar dari kamar gue!"
''OGah loe aja sana!"
''Ini kamar gue, keluar loe, gua nggak mau tidur satu kamar sama loe apa susahnya sih loe tidur di luar"
"Kalau gue nggak mau loe ma apa, hah? "
"Gue bilangin loe sama pacar gue, "
"Apa? tadi loe bilang apa? Pacar loe,, emang ada apa orang yang mau sama cewe ribet kaya loe, ngaco loe,, emang siapa nama pacar loe."
"Yaaa berhubung guee dipaksa nikah sama loe,, yaaa gue putusin aja dia " Sebisa mungkin Gwenny memasang wajah serius agar Samudra mau percaya, padahal ia sama sekali berlum pernah pacaran
"Pasti loe bohong, jangan alasan deh loe, sekarang sih loe boleh menang Gwen, liat aja nanti di Paris gue pastiin loe bakal nangis manggil manggil nyokap Lo! " ancam Samudra sambil memperlihatkan tangan yang ingin membantai lehernya, Gwenny menelan ludahnya, gawat bisa-bisa nanti dia kalah dari Samudra secara Paris kan jauh dari indonesia dan tidak akan bisa mengadu dengan ibunya.
Samudra pun beranjak tidur di atas ranjang, sementara Gwenny hanya bisa diam mematung dan memikirkan nasibnya di Paris nanti.
"Mati gue! Duh, gue harus gimana? Tuhan lindungi hamba mu ini Tuhan " batin Gwenny.
"Ngaapain loe masih berdiri di situ tidur ini udah malem besok kita telat lagi," ucap Samudra sambil menarik selimutnya
akhirnya Gwenny pun tiduran di samping Samudra walaupun iya sedikit risih.
***
Sekarang pesawat yang ditumpangi Samudra dan Gwenny telah lepas lndas sejak 25 menit yang lalu.
"Tumben loe diam aja biasanya juga loe nyerocos aja,, takut loe?"
"apa'an sih loe berisik deh, gue itu lagi ngumpulin tenaga, jadi kalau loe sakitin gue kan gue bisa ngelawan loe! "
"Alasan aja loe, bilang aja loe takut iya kan?" Kata Samudra sambil mencolek dagu Gwenny.
"Don't touch me,,, " Sambil menepis tangan Samudra, Gwenny melempar pandangan ke jendela pesawat.
"Tenang aja, sekarang Lo masih aman."
"Plisss loe jangan apa2in gue, Lo jangan bunuh gue, gue tau pernikahan ini gak bikin Lo senang, tapi dengan cara Lo bunuh gue itu nggak selesiin masalah Lo lupa? Gue anak satu-satunya. "
"Hahah kena kan loe Gwen " Samudra membantin sendiri, sambil menatap Gwenny yang sedang ketakutan.
"Duhhh gimana nih, gimana kalau dia benern berniat bunuh gue, tatapan dia kaya psikopat kelas kakap! " batin Gwenny
***
Sesampainya di Paris, Gwenny memandang megah menara yang menjulang tinggi ke langit yang kini berada di hadapannya. Menara Eiffel, Dulu, Gwenny hanya melihat menara ini di dalam TV atau foto saja, sekarang di benar-benar melihatnya secara nyata. Dihirupnya udara yang terasa dingin, perjalanan kurang lebih 21 jam itu seakan terbayar sudah dengan keindahan kota Paris. Terlebih saat ini sedang turun salju, Gwenny bisa menyentuhnya dengan tangan terbuka.
"Parissss,,, aku di sini!" Gwenny terlihat begitu bahagia, sambil tersenyum lepas, Gwenny merentangkan tangannya dan memutar badanya.
Samudra tersenyum simpul saat melihat sang istri yang tersenyum bahagia tanpa beban, sungguh melihat Gwenny seperti itu semua beban Samudra seolah hilang.
"Sumpah demi apa pun, Gwen. Sampai saat ini gue masih belum percaya kalau loe musuh gue udah jadi istri gue, ini bagaikan mimpi."
"Biasa aja kali, nggak usah lebai, udah mending sekarang kita pulang, loe jangan buang-buang tenaga, ntar loe malah pingsan lagi kalau gue aniaya." ucap Samudra santai sambil menarik tangan Gwenny,
"Lepasin! Samudra, lepasin guee!" jerit Gwenny namun Samudra hanya menghiraukannya dan tetap menarik tangan Gwenny menuju apartemen mereka
Sesampainya di apartemen, Gwenny dibut heran.
"Asataga,,,,, ini kenapa ranjangnya kecil banget, nama mungkin muat buat loe sama gue!"
"ya muat lah, lagian Mama pengertian banget seihh..."
"Lo jangan m***m! nggak kalau kaya gini loe tidur di sofa, masa gue tidur harus dempetan sama loe sih, nggak mau lah gue!"
"Justru itu bagus, jadi gue bisa dengan mudah ngelakuin apa pun yang gue mau sama lo, liat sekarang di sini cuma ada gue, dan lo nggak ada siapa-siapa, jadi lo nggak bisa macem-macem dan berlaku seenak Lo, jangan perintah perintah gue!"
"Kalau Lo macam-macam, gue lempar Lo ke kolam renang!"
"Samudra yang ganteng,, yang baik hati,,, plisss jangan apa-apain gue yahh.... " pinta Gwenny sambil memohon2
"Nggak bisa.... pokoknya loe nggak bisa lari kemana-manq, kalau Lo nurut sama gue, gue pastiin Lo aman!"
Samudraim semakin mendekati Gwenny dan mengunci tubuh Gweny dalam pelukannya.
"Loe jangan macem-macem Samudra! Loe nggak bisa apa-apain gue karena gue nggak akan mau Lo peluk sembarangan!" Gwenny memberonta
kali ini Samudra sukses membuat Gwenny ketakutan, Samudra tahu ketakutan Gwenny seperti apa, dan padahal ia pun tidak akan melakukan hal aneh pada Gwenny sekalipun Gwenny sudah menjadi istrinya.
"Sekarang Lo keluar ya, gue mau ganti baju."
"Kalau mau ganti ganti aja kali, ngapain juga nyuruh gue keluar"
"Gue risih, sekali pun Lo suami gue, tetap aja gue risih, jadi gue minta secara hormat silakan keluar!" ucap m?Gwenny sambil senyum terpaksa,,
''Bodo amat, gua nggak mau kalau loe mau ganti baju ganti aja noh di kamar mandi, gue capek gue mau tidur, awas loe kalau berani macem-macam, loe nggak akan bisa keluar dari kamar ini karna pintu nya gue kunci!" Kata Samudra memperingati lagi, kemudian tidur, Samudra mendegus sebal, sumpah yah,,,, menikah sama Samudra itu mimpi terburuknya, Gwenny beranjak menuju kamar mandi dan menganti bajunya
***
Samudra dan Gwenny masih saja berkurung di dalam kamar. Ia tidak membiarkan Gwennykeluar dari kamar atas alasan apa pun
"Sam, pliss,,, gue bosen di kamar terus lagian loe mau ngapain sih ngurung gue di kamar terus udah kaya burung dalam sangar aja idup gua sama loe "
"Lo berani sama gue? Udah bosan hidup?"
Seakan serius dengan ucapannya, Gwenny pun merasa terancam. Tidak berselang lama, Gwenny memegang dadanya yang terasa panas dan sesak. Jantungnya seakan bekerja abnormal.
"Kenapa Lo? Nggak usah drama!"
Gwenny menghiraukan ucapan Samudra, rasa sakit itu kiat menjalar. Tentu hal itu membuat Samudra panik, sebab wajah Gwenny juga pucat seketika, hal itu menandakan kalau Gwenny tidak sedang bercanda.
"Gwen! Lo kenapa?!"
Ini semua gara-gara Samudra, tadi sebelum masuk ke apartemen, Samudra membuat Gwenny melakukan aktivitas yang cukup berat, beberapa kali juga Gwenny sempat berlari. Ada satu hal yang masih dirahasiakan. Gwenny menderita kebocoran pada katup jantungnya. Hal itu membuat Gwenny di vonis dengan umur yang tidak lama. Penyakit itu membuat kedua orang tua Gwenny sangat tersiksa, dia hanya ingin Gwenny bahagia di sisa hidupnya. Itu sebabnya penyakit sang putri dirahasiakan dari siapa pun.
Gwenny benar-benar tak mampu berkata-kata lagi, apakah ini artinya di akan meninggal sekarang?
"O--obat..." Suara Gwenny mulai lirih, karena panik Samudra mengangkat tubuh Gwemny yang tergeletak di atas lantai, tangan Samudra bergerak bingung entah kemana. Obat? Obat apa? Samudra mengambil Tas Gwenny, di sana dia menemukan botol kaca berisikan beberapa butir obat berwarna putih. Dengan cepat Samudra memberikan obat itu pada Gwenny.
Saat Gwenny tidak lagi sadar, Samudra menjadi bingung, apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa perasannya menjadi tidak tenang seperti ini?
***