Bab 2

1017 Kata
Aluna menatap ke depan. Beberapa meter dari tempatnya berdiri, ia melihat seorang wanita dengan pakaian kantoran sedang dikerumuni oleh beberapa orang pria. Mereka nampak memojokkan wanita itu ke dinding gang. Hal seperti ini adalah hal wajar yang biasa terjadi di tempat ini. Jika seorang wanita, cantik, dengan pakaian bagus, melewati gang kecil yang gelap, akan muncul para peganggu seperti ini. "Apa dia memang sengaja lewat kemari atau apa? Padahal aku sudah menaruh tulisan, jangan masuk di depan gang," Aluna memasukkan uangnya ke dalam saku celana. "Hoi!" Aluna berteriak ke arah mereka. Para pria dan wanita itu menatap ke arah Aluna yang mendekat tanpa rasa takut, "Kalian menganggu orang lagi? Bukannya aku sudah mengatakan kepada kalian, kalau itu tidak keren." "Hah, wanita jelek ini lagi!" "Apa?" Aluna tersinggung, "Hei, siapa yang kau panggil jelek, sialan?" "Tentu saja kau," para pria itu mendekati Aluna. Perbandingan tubuh mereka sangat kentara. Aluna seakan seekor anak tikus yang dikelilingi anjing dewasa. "Girl, dengar," seseorang merangkul bahu Aluna. "Sebaiknya kau tidak ikut campur urusan kami, atau kau akan menyesal." "Kenapa aku harus menyesal?" tanya Aluna. "Ha? Ffftt, hahahaha! Kau sungguh berani, ya? Dengan tubuh kecil ini dan wajah ini." seseorang menarik dagu Aluna, "Hei, kau cantik juga, ya?" "Ya, setelah dilihat lagi, dia cukup cantik." "Bagaimana jika kau bersenang-senang dengan kami?" Aluna tersenyum miring, "Maaf, tapi seleraku bukan orang jelek seperti kalian." "Apa kau bilang?!" Seseorang mengangkat tangannya, hendak menampar Aluna, namun dengan mudah Aluna menahannya, lalu meninju ulu hati orang itu dengan kuat. "Kuaaakhhh!" yang ditinju langsung tumbang sambil memegangi ulu hatinya. "Wanita ini!" Para pria lain langsung menyerang Aluna. Sekali lagi, dengan mudah Aluna menghindari seluruh serangan dan membalas mereka. Semua orang tumbang dalam waktu singkat, sementara Aluna masih baik-baik saja. "Jangan merengek. Aku sudah tekankan pada kalian, kalau aku akan menghajar kalian, jika melihat kalian menganggu pengguna jalan lagi!" Aluna berjalan mendekati wanita yang masih diam di sana dengan wajah takjub. "Apa kau baik-baik saja?" tanya Aluna. "I ... Iya, aku baik-baik saja! Terimakasih banyak!" "Apa kau tidak lihat papan dengan tulisan 'Jangan Masuk' di luar sana?" "Aku melihatnya, tapi aku berpikir itu hanya canda". "Lain kali, kau harus berhati-hati. Banyak lelaki jelek dan mata keranjang berkeliaran di malam hari." "Iya, terimakasih!" wanita itu hendak berbalik dan pergi, kemudian Aluna menahannya. "Hei, apa kau akan pergi tanpa memberiku sesuatu?" tanya Aluna. "Ya?" wanita itu heran. "Aku, kan, sudah menolongmu. Apa kau tidak akan memberikanku sesuatu sebagai gantinya?" "Oh, baiklah!" wanita itu merogoh tasnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang. "Ini dia." "Hm, terimakasih," Aluna menerima uang dan membiarkan wanita itu pergi. Aluna menghitung uang, saat menyadari jumlahnya kurang dari sepuluh dolar, Aluna langsung menghela nafas, "Dasar wanita pelit!" "Tampaknya ada kekacauan di sini, ya?" Aluna menoleh ke asal suara. Di mulut gang, Devan sedang berdiri, menatap Aluna dengan datar. "Siapa kau?" tanya Aluna. Devan tidak menjawab. Sebaliknya, Devan tertarik dengan para pria yang tergeletak tak berdaya di bawah kaki Aluna. "Aku tidak akan berbasa-basi," Devan mendekati Aluna, ia menarik tangan kanan Aluna dan memberi kecupan di punggung tangan wanita itu. "Aluna Miley, jadilah istriku." "Tidak mau." "Kenapa?" "Sialan, apakah kau gila? Kita bahkan tidak saling mengenal, lalu tiba-tiba saja kau memintaku jadi istrimu?" Aluna menghela nafas. Kemudian ia menyadari sesuatu, "Hei, tunggu sebentar, darimana kau tahu namaku?" "Apakah itu penting?" tanya Devan. "Tentu saja, itu penting." Aluna menarik kerah pakaian Devan, "Katakan padaku, apakah si b******n Leon yang memberitahumu?" "Siapa Leon?" "Sekarang kau pura-pura tidak tahu? b******n itu selalu mengangguku, padahal aku hanya menendang pantatnya sekali!" "Aku sungguh tidak mengerti apa yang kau katakan." Devan mengeluarkan kartu namanya. "Devan Wilson?" Aluna terdiam sejenak setelah membaca nama itu. Perasaan familiar memasukinya. " Apa ya? Rasanya aku pernah mendengar nama 'Wilson' di suatu tempat." "Aku ... " "Sttt, tunggu sebentar!" Ucap Aluna, "Biarkan aku memikirkannya sendiri." Setelah beberapa saat, Aluna menemukan jawabannya. Ia terkejut dan menatap Devan dengan mulut terbuka kecil. Devan mengangguk, "Iya, aku adalah ... " "Kau anak pemilik toko kelontong di pertigaan sana, kan?" "Hah?" "Sayang sekali, tapi aku tidak mau menikah dengan orang miskin. Ibuku menyuruhku untuk mencari pria kaya dan hidup bahagia." Aluna menepuk bahu Devan, "Jadi pergilah, orang miskin!" Devan yang lelah dengan ini memberi isyarat pada Jack yang sedari tadi hanya memperhatikan. Jack berjalan mendekati Aluna, kemudian menarik lengan Aluna. "He ... Hei, apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!" pekik Aluna. "Tolong ikutlah dengan tenang," ujar Jack. "Hah?" Aluna mengepalkan tangannya, lalu melayangkan tinju ke wajah Jack, yang dengan mudah ditahan oleh pria itu. Jack mengangkat Aluna, meletakkannya di atas bahu seperti sedang membawa karung beras. "b******n ini, cepat lepaskan aku! Turunkan aku!" Aluna memukul-mukul punggung Jack dengan kuat, namun Jack tak mempedulikannya. Jack melempar Aluna ke dalam mobil. Di sana, Devan sudah duduk sambil menatap layar tablet yang menampilkan informasi mengenai Aluna. "Bung, ayolah! Apa kau sadar sedang melakukan apa? Ini penculikan!" ujar Aluna. "Aluna Miley, tanggal lahir 12 Juni 1996, nama ibu Elani Miley, meninggal 10 tahun yang lalu karena kanker. Ayahmu, Herman Miley melarikan diri dengan wanita lain. Kau keluar dari sekolah 12 tahun yang lalu, untuk merawat ibumu. Kau melakukan segala pekerjaan, bahkan pernah mencuri. Orang-orang di sekitar tempat ini mengenalmu sebagai kucing liar, karena sering berkeliaran dan tidak segan-segan menunjukkan cakar jika ada yang menganggu. Dulu kawasan ini dikenal sebagai ladangnya preman, namun setelah kau menetap di sini, kau menghajar semua preman, sehingga sebagian dari mereka memutuskan pindah. Salah satunya adalah Leon Roger, yang saat ini telah jadi bawahan mafia." Aluna menganga saat Devan menyebutkan riwayat hidupnya dengan tepat, "Ba ... bagaimana bisa kau ... " "Saat kakekku menceritakan tentangmu, kupikir kau adalah wanita lemah lembut. Rupanya aku salah mengira kucing liar sebagai anjing penurut." "Hei, siapa kau sebenarnya?" Devan meletakkan tabletnya, "Devan Wilson. Aku yakin kau pernah mendengar namaku sebelumnya. Dan aku bukan anak dari pemilik toko kelontong." "Lalu, siapa kau?" Aluna menatap Devan dengan lekat, ia mencoba mengira siapa Devan sebenarnya. "Sial, jangan bilang ... " Aluna langsung berhati-hati. "Keluarga Wilson yang itu? Mafia?" "Pengetahuanmu bagus." "Sungguh? Kau sungguh Wilson yang itu?" pikiran Aluna dipenuhi berbagai macam hal. Kenapa seorang Wilson yang terkenal sebagai keluarga kejam, tiba-tiba datang menemuinya?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN