Pacar istriku

1192 Kata
                “What’s wrong?” Tanya Kirana saat memasuki ruang kerja Ratu. Wanita yang sedang duduk di kursi kerjanya sembari menatap ramainya hiruk piruk kota di siang itu seketika langsung menengok ke arah perempuan yang baru saja masuk ke dalam ruang kerjanya, Ratu menyimpan segelas wine di tangannya, kemudian beranjak dari tempat duduknya, menyusul Kirana yang sudah duduk di kursi tamu.                 “Nothing.” Balas Ratu.                 “I know you lie, gimana sama produk barunya? Lancar?” Tanya Kirana. Ratu mengangguk, Kirana adalah sepupu sekaligus partner bisnis Ratu, mereka berdua lahir di tahun yang sama, bersekolah di sekolah yang sama sejak PAUD hingga SMA, bedanya Kirana melanjutkan kuliahnya di Indonesia sementara Ratu melanjutkan kuliahnya di luar.                 “Seperti biasa, sudah kerja sama juga sama beberapa artis dan selebgram yang sekarang lagi naik daun, hari pertama habis sepuluh ribu kemasan, hari kedua lebih parah, sampai orang produksi ngeluh minta mesin baru.” Sambung Ratu. Kirana mengangguk, ia sudah hapal bagaimana Ratu jika memulai bisnis baru, pasti akan selalu ramai dan berhasil, keahliannya dalam bidang marketing membuat semuanya menjadi lancar, tanpa terkecuali.                 “Kapan mau punya anak?” Tanya Kirana, pertanyaan biasa yang bahkan hampir setiap hari Ratu dengar dari gadis itu, Ratu tersenyum sinis lalu mengambil sepong cokelat di atas meja di hadapannya, lalu di masukan ke dalam mulut. Pertanyaan konyol itu terdengar lagi di telinganya.                 “Nanti, kalau gua sama Rio udah nikah.” Balas Ratu. Rio, Rio Susanto, kekasih enam tahun Ratu, mereka sudah menjalin hubungan sejak mereka masih duduk di bangku perkuliahan, namun hubungan mereka kandas begitu saja sebab orang tua Ratu tidak menginginkan Rio sebagai menantu mereka, alasannya sederhana karena Rio bukan dari kalangan yang sama dengan dengan mereka dan juga Raja dan Ratu sudah di jodohkan sejak kecil.                 “Gila lo ya, Raja mau lo kemanain? Mubadzir banget.” Balas Kirana. Ratu tersenyum sinis “Mau gua ceraiin. Lagian kenapa kasihan banget sama dia? He’s rich, dia bisa cari perempuan mana pun yang dia mau, tentu kecuali gua, buat dia tidurin. Gak usah berlebihan lah, lagian gua sama dia nikah bukan karena suka sama suka, siapa suruh dia setuju buat di jodohin sama gua, kalau aja waktu itu dia nolak mungkin sekarang gua udah gendong anak dari Rio.” Balas Ratu, ia masih kesal dengan Raja di beberapa tahun yang lalu tepat di tahun pernikahan mereka, perjodohan itu bisa batal andai saja Raja tidak menjadi orang yang terlalu penurut, dan akibat dari Raja, Ratu jadi tidak bisa bersama Rio karena mau tidak mau, mereka harus menikah atas kesepakatan orang tua mereka di masa lalu.                 “Emang gila, lo mau sampai kapan kayak gini? Lo gak bisa apa nerima suami lo apa adanya? Lagian lo mau sampai mati juga gak akan bisa sama Rio, gimana kerasnya bokap lo, lo mau apa hidup gelandangan di luar sana cuma karena pertahanin Rio? b***h, open your eyes. Suami lo berlian dan your boyf- ahh udahlah, bukan tandingannya Raja.” Kirana menyandarkan tubuhnya di kursi, memberi wejangan kepada Ratu berharap dari sekian ribu wejangan yang telah ia berikan kepada wanita itu bisa membuahkan hasil.                 Kalau kalian pikir, Rio adalah pria baik-baik, jawabannya TIDAK. Dua kali terjerat kasus narkoba, pengangguran, hidup seperti benalu, dan selalu meminta belas kasihan dari Ratu. Dan Kirana semakin bingung, di mana letak menarik dari sosok Rio? Wajah nya juga tidak terlalu tampan, satu-satu nya yang menarik dari Rio adalah, lesung pipi nya, hanya itu, selebihnya hanya Ratu yang tahu.                 “Someday… gua bakal ceraiin Raja, dan nikah sama Rio. And happily ever after. Gua gak akan bergantung lagi sama bokap, dan… gua bakal hidup tenang.” Jawab Ratu dengan senyum mengembang di wajah nya, Kirana hanya bisa menggeleng pelan, rasanya ia ingin menyadarkan Ratu betapa salah nya pilihannya itu.                 “Terserah lah, tapi someday, if he’s changes. Lo jangan datang ke gua buat ngeluh, manusia punya batas sabarnya, dan Raja adalah manusia, selagi dia masih peduli dan masih welcome sama lo, silahkan di manfaatkan sebaik mungkin. Lo… ngerti kan maksud gua apa?” Ucapan Kirana barusan mampu membuat Ratu bungkam, entah kenapa ia tiba-tiba tidak tahu harus menjawab ucapan Kirana barusan, padahal Ratu juga tidak peduli mau Raja berubah atau tidak, selagi Rio masih ada, ia masih bisa bertahan.                 “Yaaa yaaa whaterver, gua gak peduli, dan gak mau peduli. Anything he want to do.” Balas Ratu. *****                 Gerbang rumah Raja dan Ratu terbuka, secara bersamaan mereka datang dari arah yang berlawanan, seperti biasa, Raja mengalah ia membiarkan mobil Ratu masuk duluan, sudah pukul sebelas malam dan wanita itu juga baru tiba di rumah. Dengan langkah cepat, Raja turun dari mobil, menyelaraskan langkah nya dengan Ratu, Ratu sadar akan kehadiran Raja, bahkan tanpa menengok, bau parfume pria itu sudah ia hapal di luar kepala, parfume yang bahkan tidak pernah ia ganti selama bertahun-tahun.                 “Why you following me?” tanya Ratu tanpa menengok.                 “I’m gong to my room.” Balas Raja, lalu keduanya diam, hingga berada di tangga yang sama.                 “How’s your day? Kayaknya hari ini berat banget sampai bikin kamu pulang malam.” Sambung Raja. Ratu tiba-tiba berhenti tepat di tengah-tengah tangga, matanya menatap Raja dengan tatapan kesal, tubuhnya sudah lelah, namun pria itu sempat-sempatnya mengajak nya untuk mengobrol.                 “Kita gak terlalu dekat untuk pertanyaan seperti itu.” Balas Ratu, dingin.                 “Look at your face, you look so tired. Gak usah kerja terlalu keras, aku tahu kamu takut jatuh miskin, gak kerja pun aku masih bisa kasih kamu apapun yang kamu mau. Jangan paksa diri kamu.” Ucap Raja, ia mengusap keringat yang ada di pelipis Ratu, namun tangannya di tepis oleh wanita itu.                 “Kok kamu nyentuh aku tanpa izin? Ini pelecehan tau gak?!” Bentak Ratu, ia buru-buru merogoh tissue di tas nya, lalu membersihkan bekas tangan Raja, entah kenapa ia merasa jijik dengan suaminya sendiri.                 “Kenapa Rio boleh nyentuh kamu sementara aku gak bisa?” Tanya Raja. Raja tahu tentang Rio, Raja bahkan memberikan apapun yang Ratu mau, dari segala macam kebebasan yang seharusnya tidak ia dapatkan setelah memiliki suami, Raja berikan semuanya kepada Ratu, termasuk izin membawa Rio ke dalam rumah mereka. Memang agak sedikit gila, namun hal itu Raja lakukan agar Ratu merasa nyaman, ia sudah terlanjur berjanji kepada orang tua Ratu bahwa akan membuat anak mereka merasa se nyaman mungkin, apapun yang Ratu inginkan sebisa Raja, Raja akan berikan.                 “Dia pacar ku!” Balas Ratu.                 “ So who am i? I’m your husband. Aku seharusnya lebih berhak nyentuh kamu di banding Rio.” Ucap Raja dengan senyum nya.                 “Jangan pernah senyum kayak gitu lagi di depan aku, aku jijik. Dan stop bicara kayak gitu, kamu sama Rio beda, aku berhak mengatur siapa yang bisa nyentuh aku dan siapa yang enggak, kalau kamu nyentuh aku tanpa seizin aku, itu sama aja seperti pelecehan!” Ucap Ratu, ia begitu emosi, terlihat jelas dari mata nya yang begitu memerah. Raja mengangguk, kemudian tersenyum hangat. Ia melewati Ratu dengan sebelah tangannya yang sempat mengelus rambut gadis itu. “Good night, have a nice dream.” Ucap Raja lalu ia berlalu begitu saja meninggalkan Ratu yang masih mematung di tangga dengan emosi nya yang masih memuncak. ***** 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN