Pintu itu dibuka tanpa menimbulkan suara. Bian kira, kalau saat ini Mala sedang tertidur, sehingga dia tak ingin mengganggu penampilan wanitaa itu. Namun, dugaannya salah, Mala justru tengah bersama dengan seorang pria. Saat itu, Bian merasakan napasnya menjadi sangat panas. Ingin sekali, Bian menghabisi pria itu secara langsung, memberikan luka yang akan membekas sampai kapanpun. "Apa yang kalian lakukan!" Suara Bian begitu datar sekali. Dia melangkahkan kakinya, melihat tangan Andre yang berada di bibir Mala. Hati Bian terasa panas. Dia saja tak pernah melakukan hal tersebut dan justru pria sialan yang ada di depannya ini, justru memegang bibir Mala. "Lepaskan tangan mu." Seperti biasa, Andre tak peduli. Dia masih membersihkan beberapa noda makanan yang tersisa, berbeda dengan Mala

