Chapter 5

1096 Kata
Desir air membasahi wajah belia Shi Xia dari dalam air bath tube. Membenamkan tubuhnya didalam bath tube dengan berendam sejenak menahan nafas. Kedua mata Shi Xia terbuka. Sudah 30 menit ia membenamkan diri didalam air hanya untuk menenangkan pikiran mengingat kenangan bersama Andrea Drexler sahabatnya sedari ia sekolah menengah pertama di Cibubur. "Sayang, Shi," suara wanita yang masih terlihat energik memasuki ruangan kamar Shi Xia seraya mencari keberadaan Shi Xia didalam kamar. "Mami? Shi masih mandi mi, wait me mami, sebentar lagi kok," teriak Shi Xia seraya beranjak dari rendaman air aromatherapy yang ia sukai dari dalam bath tube. Shi Xia merapihkan rambut dengan memakai handuk kecil untuk menyingkap rambutnya yang panjang. Memakai bathrobe miliknya untuk keluar dari kamar mandi. Shi Xia membuka pintu kamar mandi dengan tercengang. Mendapati ibunya yang membawa beberapa kantong papperbag untuk Shi Xia. "Mami.... Ah kangen, udah mau masuk dua minggu mami di Thailand sama daddy," teriak Shi Xia dengan manja sembaring berlari memeluk ibunya. Pukul 17.00 wib Jam dinding menunjukan waktu wilayah Cibubur dan sekitarnya. Shi Xia memeluk ibunya dengan penuh kerinduan. Meriana Xi seorang ibu rumah tangga yang berusia tiga puluh lima tahun. Masih muda dan cantik dengan memeluk erat anaknya, kedua tangan Meriana mendapati kedua mata Shi Xia yang sembab. Kedua mata Meriana sangat jeli ketika mengetahui penyebab mata sembab anaknya Shi Xia karena menangis. "Mam.. maafin Shi ya mam, kayaknya Shi bakalan hiatus deh dari dunia media. Mau cari kerja aja," peluh Shi Xia ketika memeluk Meriana. Kening Meriana mengerut dengan raut wajah berubah yang berawal bahagia berubah menjadi sendu. Kedua mata Shi Xia kembali berair, ia tidak tahu bagaimana dirinya kini ketika ibunya mengetahui kabar dari seorang Andrea Drexler. "And.. Andrea mi," ucap lirih Shi Xia dengan kembali meringis. Tubuhnya kembali bergetar ketika ia harus menceritakan sebuah kabar dari Andrea. "Ssssttttt, sudah jangan bercerita. Daddy sudah menunggu kamu di ruang keluarga. Yuk, banyak hadiah buat kamu," Meriana memberikan jari telunjuknya disana menghentikan ucap bibir anaknya yang ingin menceritakan kabar Andrea Drexler. "Shi pakai baju dulu ya mi, mami keluar aja duluan temui daddy. Shi nyusul kok mi," Shi Xia tersenyum dengan memegang kedua tangan ibunya yang begitu teduh. "Janji sama mami jangan nangis, oke? Oke dear. Cupp… i love you my sweety. Mami tunggu kamu ya di ruang keluarga. Daddy juga sayang sama Shi kok," Meriana mendaratkan sebuah kecupan kening untuk anaknya disana. Dengan sentuhan ciuman ibu kepada anaknya membuat Shi Xia tenang. Meriana keluar dari kamar Shi Xia dengan raut wajah cemas. Wajahnya sendu ketika melihat kondisi Shi Xia yang kehilangan semangat. Pintu kamar tertutup dan kini Shi Xia membuka lemari untuk memilih beberapa dress merah polkadot putih disana. Memilih pita rambut berwarna merah. Shi Xia memakai seluruh pakaian dan membenarkan riasan rambut disana. Wajahnya begitu anggun ketika dirinya membuat ikatan rambut dengan pita berwarna senada disana. Shi Xia menaruh handphone miliknya di atas meja rias. Baginya berkumpul keluarga adalah nomor satu dengan sikap disiplin ayahnya Ryan Xi terapkan. Ia adalah seorang ayah sekaligus seorang pengusaha klinik kesehatan di beberapa wilayah Jakarta yang berusia 45 tahun. Dirinya sukses ketika bertemu para sahabat yang menjadi seorang dokter dan membangun bisnis klinik bersama. Ryan Xi begitu disiplin dalam memberikan ajaran kepada Shi Xia. Kedua mata Shi Xia mengarah ke pintu kamarnya. Langkah kaki Shi Xia membawa dirinya ke sebuah ruang keluarga. Wajah Meriana begitu masam. Pikiran Shi Xia sudah negatif ketika memeluk daddynya Ryan Xi yang duduk menatap layar ponsel dalam genggaman. "Ah Shi sayang, kamu apa kabar nak? Baik-baik saja kan selama kamu dirumah?" Tanya Ryan Xi kepada putri semata wayangnya. Shi Xia melepas pelukan kepada Ryan Xi dan duduk didekat Meriana. Warna merah pada dress nya begitu mempesona, Shi Xia semakin cantik dengan tatanan rambut yang manis. "Dad, kayaknya Shi mau kerja aja deh. Tapi, Shi ga mau kerja sama daddy. Shi mau cari kerja sendiri. Bukannya Shi ga mau terima pemberian jabatan dari daddy. Tapi Shi pengen mandiri aja. Begitupun dengan karir Shi yang jadi penulis kan. Shi bisa nunjukin kemampuan Shi depan mami sama daddy," Shi Xia berbicara lirih suaranya pelan manja dengan kepala yang menunduk dan bermain jari-jemari lentik disana. Ia takut akan ekspresi daddynya ketika mendengar penuturan jujur Shi Xia. "Lalu bagaimana dengan akunmu? Orang-orang pihak media sudah tau kalau kamu pengen istirahat sejenak? Kamu wajib memberitahu pada mereka loh Shi, daddy tidak mau rumah di telpon dan di hampiri pihak sana karena kamu sudah menerima kontrak," Ryan Xi memberikan petuah saran dan masukan kepada Shi Xia. Shi Xia baru teringat akan kontrak, "tapi dadd beberapa bab lagi selesai kok, dan sepertinya Shi mau mulai melamar kerja. Buat istirahat sejenak ditambah kali aja Shi dapat inspirasi dari pengalaman Shi," Shi Xia menoleh melihat Ryan Xi yang melihat wajah anaknya serta memegang ponsel. Genggaman Meriana memegang jari-jemari Shi Xia. Bi Ijum membawa beberapa minuman teh rosella dan beberapa biskuit untuk menemani percakapan keluarga Xi di ruang keluarga. Bi Ijum tersenyum ketika mendapati majikannya berkumpul bersama dengan kehangatan cinta di dalamnya, "Diminum dulu tuan dan nyonya, non silahkan." "Terimakasih ya bi, oh iya bi. Nanti malam tolong bantu saya buat rapihkan semua oleh-oleh yang dibeli dari Thailand yah," Meriana mengambil cangkir dan meminum seteguk teh bunga rosella. "Baik nyonya, anu tuan dan nyonya. Non bibi mau pamit lagi ke dapur," bi Ijum kembali berbicara. "Oh iya bi silahkan," jawab Ryan Xi dengan meminum teh bunga rosella dan menaruh ponsel di atas meja. Perasaan Shi Xia begitu berdebar ketika suara bel pintu berbunyi. Bi Ijum membuka pintu dengan lirih. Shi Xia masih berbincang-bincang percakapan kecil bersama Meriana dan Ryan Xi. Bi Ijum menghampiri keluarga Xi di ruang keluarga. Wajah Bi Ijum terlihat tidak enak ketika ingin berbicara, bibirnya getir, "anu nyonya, ada den Andrea dan wanita yang katanya istrinya. Kedua mata Meriana melihat wajah suaminya, Ryan Xi tersedak ketika meminum teh bunga rosella dan mendengar jawaban bi Ijum. Meriana beranjak dari sofa, "biar saya saja yang menjamu mereka ya bi," ucap Meriana dengan memegang bahu bi Ijum dan berjalan menuju ruang utama rumahnya. Kedua mata Meriana begitu terperangah melihat wanita disamping Andrea yang sedang berbadan dua. Walaupun kandungannya masih kecil tetapi terlihat jika dia seseorang yang mengandung. "Sore Tante," sapa Andrea dengan lembut. "Ah Andre? Oh hai, ternyata sudah disini saja ya. Padahal kemarin masih pesta kecil loh. Maaf tante ga nyangka kamu sudah ada disini bersama Andrea. Kamu sudah ketemu dengan Shi Xia? Kamu wajib menjelaskan kepadanya loh Andrea bahwa kamu sudah menikah."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN