Chapter 4

992 Kata
Selalu pergi ke kamar adalah sebuah kebiasaan Shi Xia. tubuhnya bergetar hebat ketika mendapati dirinya ketakutan berat akan berita yang Andrea Drexler katakan pagi ini di mall. Bi Ijum membawa beberapa kantung belanjaan yang diberikan oleh Andrea di teras ketika hujan, "Non, ini banyak begini belanjaan mau di taruh dimana toh? ternyata Tuan Andrea makin ganteng ya. Bibi kok suka ya non, non! buka pintunya toh?" bi Ijum berteriak di depan pintu kamar Shi Xia dengan nada medok khas Surabaya. "Yaudah bi, taruh saja depan kamar! nanti diambil," teriak Shi Xia dengan nada manja seperti biasanya. Bi Ijum menaruh beberapa kantung belanjaan di depan kamar Shi Xia. "Anak satu-satunya kok manjanya selangit. hadeuh, yasudah non. Bibi taruh semuanya depan kamar nona, nanti bibi antarkan makan siang," Bi Ijum dengan nada bawel didepan kamar Shi Xia. Tangisan Shi Xia kembali pecah ketika mendengar bi ijum mengomel dan pergi ke lantai bawah. Ia tidak ingin menyakiti asistant rumah tangganya lagi ketika rasa traumanya muncul. Shi Xia menutup diri, rasa ingin menulisnya mendadak hilang. telpon berdering dari Huang Li. Shi Xia hanya memencet tombol handphone miliknya, "Ya ge?" Suara Huang Li : "Loh kok suaranya agak serak? apa kau menangis?" "....." Shi Xia hanya terdiam, sesekali dirinya sesenggukan akibat menangis. Dirinya kembali bercerita kepada Huang Li di telepon, "Ge seandainya gw hiatus dari pekerjaan menulis apakah lo akan marah sama gw ge?" Shi Xia kembali bertanya kepada Huang Li. Suara Huang Li : "Lusa gw pulang deh, lo ceritain aja sampai detail. gini Shi, gue tidak pernah memaksa lo untuk memaksakan sesuatu hal yang menyiksa. jika lo ingin hiatus ya silahkan tapi lo kasih waktu diri lo untuk beristirahat. hingga kapan? ya cuma hati lo yang bisa jawab." Shi Xia mengusap air mata dengan sesunggukan, "Lo ga marah kan ko sama gue? gue enggak mikirin fans dan semuanya cuma karena hati. Apa lo enggak marah ko? gue egois kan ko?" Suara Huang Li : "Lo tidak perlu hiatus shi, lo cukup istirahat. lo hanya lelah bukan berhenti. Lo sudah makan? jangan lupa makan. gue lusa pulang dan kalau bisa minggu depan sepulang gereja gue ke rumah lo deh Shi." Shi Xia terdiam, perutnya lapar keroncongan mendengar pembicaraan dari kakak angkatnya. Huang Li. "Ko gue mau makan dulu ya, gue tunggu lo pulang ke Indonesia oke," Shi Xia menutup telepon dari Huang Li. Mendapati dirinya masih bermalas-malasan diatas ranjang dengan berselimut bulu sutra dan rambutnya yang berantakan akibat menangis akan kabar Andrea. Shi Xia beranjak dari ranjang dan berkaca seraya membenarkan rambut serta membereskan sisa-sisa make up yang rusak karena banjir air mata. Langkah kaki Shi Xia menuruni tangga, "Bi.. pesanan Shi sudah ada? Shi lapar bi." Bi Ijum membereskan meja makan dengan menyiapkan pesanan Shi Xia yang baru saja datang diantar oleh kurir, "Ini bibi lagi beresin buat non Shi, oalah Non Shi sudah mau makan toh? padahal, bibi mau antarkan ke lantai atas ke kamar nona muda." "Enggak deh bi, makan disini aja. Bi kayaknya Shi mau hiatus dulu sesaat dan cari pekerjaan baru," Shi Xia menarik kursi di salah satu meja makan dan mengambil kotak box diet pesanan miliknya. "Loh kenapa non? Padahal non sudah dikenal banyak orang. sayang non kalau hiatus. Bibi juga kalo secantik non Shi Xia mungkin mau memilih berkarya terus," bi Ijum mencoba membuat Shi Xia terhibur dengan beberapa candaan dirinya. Shi Xia memakan beberapa sayuran dan beberapa buah salad, mengecap sembaring menjawab bi Ijum. Kedua matanya fokus akan makanan diet miliknya. Pikirannya masih saja terpaku akan hatinya, jika ia memaksakan untuk tidak peduli akan kesehatan dirinya baik itu urusan hati pasti tidak akan benar kedepannya. Shi Xia mengunyah makanan dengan pelan, melihat bi Ijum yang masih menyiapkan segelas s**u dan jus buah untuk Shi Xia minum, "Nanti aku pikir-pikir lagi deh bi." Shi Xia menyapu sisa mulutnya dengan serbet kain di meja makan, membereskan sisa bekas makanan yang ia makan, "Bi aku naik lagi ke atas kamar yah, daddy sama mami sore pasti pulang. Aku sambut mereka seperti biasa aja." "Yo wess non kalau non begitu, intinya bibi pasti cerita ke tuan dan nyonya tentang non mau hiatus dari dunia menulis," bi Ijum membereskan beberapa sisa kotoran di meja makan. Kedua langkah kaki Shi Xia terhenti ketika siberian husky anjing kesayangannya menggonggong dan mengendus kakinya berjalan serta mengibas-ngibaskan ekor agar Shi Xia memeluknya. Shi Xia mengerti akan apa yang siberian husky lakukan dihadapannya kini, Shi Xia berjongkok dan mengusap bulu anjing kesayangannya saat ini. "Nanti kita main ya. Apa kau mengerti hatiku? Anjing yang manis karena mengertiku, Xiexie," Shi Xia mengusap punggung anjing kesayangannya saat inu. Mungkin ingin bermain bola ayun yang biasa Shi Xia mainkan kepada siberian husky. Shi Xia kembali terbangun dan menggendong anjingnya untuk ditaruh di kandang miliknya. "Aku akan mengurus segalanya dan sepertinya aku akan bekerja kedepannya, kau sekarang menjadi milikku jadi jangan pernah merindukan Andrea Drexler lagi," Shi xia mengusap kepala anjing kesayangannya siberian husky saat ini dengan lembut. ia lupa membeli beberapa makanan anjing ketika berada di mall. "Nanti aku akan menelpon beberapa Pet Shop untuk membawa makanan dan membersihkan kandangmu nanti ya, kau bersabar ya," ucap Shi Xia. Shi Xia kembali berjalan menaiki anak tangga. memasuki ruangan kamar miliknya dan bersiap untuk mandi. Sebuah aromatherapy jeruk vanilla dimasukkan kedalam bath tub, tubuh Shi Xia begitu santai disana. Hanya ada bayangan demi bayangan kenangan bersama Andrea Drexler dahulu. Sebelum semuanya kini terjadi. Mungkin semuanya bisa berjalan tetapi perasaan hati miliknya sungguh terikat dengan Andrea, "Gue enggak mungkin kan bakalan jadi perebut suami orang? Ah.. Andrea bodoh. Jika memang mencintai gue kenapa dia harus menikah dengan wanita lain?" Kekesalan Shi Xia memuncak ketika ia mengingat kejujuran Andrea ketika berada di Kedai Long Tea pagi tadi. Dadanya sesak terasa nyeri, yang ia inginkan hatinya bahagia bukan seperti saat ini. Sakit yang teramat tetapi hati ingin bersikap egois untuk memiliki karena cinta memang memiliki, sebuah janji antara Andrea dan Shi Xia untuk selalu bersama dikala kenangan pertemanan kemarin. Tiga tahun yang lalu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN