Chapter 1

1006 Kata
Pukul 10.00 wib Wilayah Jakarta, Cibubur. Shi Xia menyetir mobil dengan tenang diiringi lagu romantis, Rupanya Shi Xia menyetel lagu dengan keras dan menjentikkan jari di setir mobil dengan mengikuti alunan musik, jalanan menuju Cibubur Junction agak padat siang ini. Shi Xia hanya ingin membeli beberapa makanan kecil yang iya inginkan sedari pagi ketika mendapati dirinya tidak enak hati melihat seorang wanita di depan rumah Andrea Drexler. "Dasar pria jahat. Kalo emang lo ga ada niat serius sama gue ngepain juga lo pake janji-janji harapan palsu sama gue!" Shi Xia mendadak kesal ketika mengingat dirinya melihat seorang wanita berada di rumah Andrea, pria yang selalu ia taruh harapan. Berteriak kesal dan amarah berikut dengan kata-kata kasar yang ia lontarkan. Matanya melirik kaca spion mobil, melihat jalan menuju mall yang ia tuju begitu padat dan ramai, ia trauma akan kejadian Minggu lalu, mendapati mobilnya di serempet oleh motor dan pergi tanpa meninggalkan kata maaf atau tanggung jawab. Mobil menuju pelataran Hall Cibubur Junction untuk mencari parkiran kosong, mobil sedan berwarna hitam terparkir di lantai dasar. Shi Xia memeriksa beberapa clutch c miliknya dan membawa satu buah handphone terbaru yang baru saja ia beli setelah mendapatkan gaji. Shi Xia menuruni mobil miliknya dan menutup mobilnya dengan satu kali klik tombol remote pengunci. Key lock miliknya sudah ia taruh di clutch yang ia bawa. Langkah kaki membawanya memasuki Cibubur Junction. Sangat ramai dan ia tetap serius melewati banyaknya orang-orang pengunjung disana. "Padahal hari biasa tapi kenapa ramai banget begini, ampun deh tau begini bawa si Rha sama Chu Mey." Bagi Shi, Rha dan Chu adalah sahabat terbaik yang ia miliki sedari nol perjuangannya menjadi seorang penulis. Shi Xia memiliki Rha dan Chu ketika mendapati sebuah kelas kepenulisan di sebuah platform yang ia tekuni menjadi bagian sumber penghasilan saat ini. Shi Xia memasuki sebuah outlet brand terkenal. Kedua matanya melihat-lihat banyak tas dan sepatu terbaru yang selalu ia koleksi, koleksi seri terbaru yang tidak pernah ia lewatkan dan ia tinggalkan untuk selalu ingin dibeli. Brakk ... Sebuah tabrakan kecil yang Shi Xia tidak sadari, rupanya clutch miliknya jatuh ke lantai. Hanya jatuh dan Shi Xia mengambil clutch miliknya dengan fokus. Sebuah kaki pria ada di hadapannya kini, "Shi? Ini kamu?" Sebuah suara yang bagi Shi Xia tidak asing. Kedua mata Shi terpejam, ia tidak fokus ketika mengingat suaranya ini menggema di telinganya. 'Andrea Drexler,' gumam hatinya kini berkata. Shi Xia beranjak dari jongkoknya dan mencoba melihat paras wajah yang memanggilnya. "Shi? Ini kamu kan?" Pertanyaan yang tidak ingin Shi Xia dengar ketika pertama kali pertemuan ini kembali. Seorang pria berkulit putih pucat, dengan pipi kemerah-merahan. Bola mata yang bulat serta mata yang sipit. Tinggi seratus delapan puluh centimeter dan berambut hitam legam. Bola matanya berwarna cokelat, wajahnya sangat tampan. Andrea Drexler. "Iya ini aku. Kamu apa kabar Re?" Pertanyaan yang tidak ingin Shi Xia lontarkan. Ia tidak ingin seperti baru pertama kali bertemu, padahal pertemanannya sudah bertahun-tahun dimana Andrea menitipkan seekor anjing kesayangan miliknya dirumah Shi Xia kini yang diberi nama siberian husky. Andrea menatap sendu ketika melihat Shi Xia, "kamu lagi apa disini? belanja lagi? aku temani boleh?" Andrea menawarkan diri ketika Shi Xia melihat dirinya seorang diri. Sebuah kesempatan untuk mencari tahu siapa wanita yang pagi tadi ia lihat dirumahnya. Shi Xia mengangguk, "Boleh.. temani aku ya? Itupun, kalau kamu ga keberatan. Sekalian aku mau beli makanan buat siberian husky milikku yang kamu kasih ke aku sebelum kamu berangkat ke Australia." Andrea mendapati tatapan matanya semakin sendu ketika mendengar nama anjing kesayangannya, Shi Xia sadar bahwa Andrea tidak melupakan Shi Xia, dahi Shi Xia semakin mengerut. Pikirannya penuh dengan negatif, "apa kau mengingatnya, Re?" Shi Xia bertanya kepada Andrea sembaring berjalan melihat-lihat sepatu dan tas yang ia sukai. "Sepatu yang ini cantik Shi. Aku beliin buat kamu boleh? Lagipula warnanya pink, kamu kan suka warna pink nude model seperti ini." Hanya ada rona kaget dan bingung dimata Shi Xia saat ini, rupanya Andrea tidak pernah melupakannya. 'lalu, kenapa Andrea tidak datang kerumahnya ketika ia pulang dari pendidikannya?' gumam kecil Shi Xia semakin menjadi. Ini seperti teka-teki pikiran yang harus Shi Xia temukan jawabannya tidak menunggu hari esok dan harus hari ini ia nyatakan. "Boleh, lagipula aku suka sama pilihan kamu," Shi Xia tersenyum dengan manis dihadapan Andrea. Tak menunggu lama, Andrea memanggil karyawan outlet untuk mengambil sepatu flat nomor tiga puluh delapan untuk Shi Xia. Shi Xia menunggu dengan rona bahagia disana. Ia tidak menyangka akan bertemu Andrea di mall yang ia tuju. "Aku sengaja kok ngikutin kamu kesini," Andrea berbicara terus terang disamping Shi Xia. Kedua matanya terlihat memelas dan sendu ketika berbicara di hadapan Shi Xia. Shi Xia sangat mengenal Andrea sahabatnya yang selalu ia sayangi dan ia harapkan untuk menjadi suaminya kelak. "Kamu kenapa mengikuti aku?" Shi Xia bertanya kepada Andrea dengan rasa penasaran, Andrea mengambil nota dan box yang di berikan ke petugas Outlet yang ia harus bayar. Tangan kanannya merogoh dompet dengan mengeluarkan kartu debit platinum untuk membayar, sudah sangat lama ia tidak merasakan kencan bersama sahabatnya Andrea yang kini berdiri di hadapannya. "Ini pak terimakasih sudah berbelanja," Pegawai Outlet mengucapkan tanda terimakasih kepada Andrea dengan memberikan nota pembayaran lunas kepada Andrea. "Apa kau sudah sarapan? Jika belum apa kau masih menyukai nasi goreng cafe?" Shi Xia menawarkan makanan untuk Andrea. "Belum sarapan, dan boleh sekalian ada yang mau aku omongin sama kamu Shi," Andrea mengambil seluruh papperbag brand sepatu yang ia beli khusus untuk Shi Xia. Kedua matanya selalu mengarah kepada gadis belia yang menjadi sahabatnya kini. Bagi Andrea Shi Xia adalah wanita pertama yang ia temui begitu sempurna. "Shi, kamu yakin ga mau beli apa-apa lagi?" Andrea kembali bertanya kepada Shi Xia sembaring berjalan, Andrea sangat tahu bahwa Shi Xia selalu manja dan banyak sekali keinginan jika ia datang ke mall. Shi Xia mengangguk dengan menjawab, "iya ga ada lagi kok," rambut panjangnya begitu anggun menutupi dress berwarna biru tua yang ia kenakan. Wajah Andrea memerah ketika ia melihat rona wajah Shi Xia yang ceria, ia senang jika Shi Xia bahagia ketika berbelanja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN