Tap
Tap
Tap
Terdengar langkah kaki dari heels yang dipakai oleh Andini. Ia dengan elegannya memasuki pintu utama mansion itu dengan secara tampilan yang berubah.
Untuk pertama kalinya, ia menginjakkan kakinya ke dalam ruangan itu yang beralaskan keramik marmer kualitas nomor 1 yang mengkilap terkena silauan cahaya dari lampu gantung kristal yang mewah.
Semua pandangan tertuju pada tampilan Andini, sang Nyonya di mansion itu.
Maid pun berdecak kagum, "Waw, lihat Nyonya Andini, tampak begitu cantik selepas pulang dari rumah sakit."
"Benar, ini sangat berbeda dengan tampilan sebelumnya, iya gak sih?" bisik lainnya.
Maid berjajar dengan rapi menunduk patuh pada Andini. "Selamat datang kembali di mansion ini, Nyonya Andini. Kami benar-benar bahagia Anda telah bangkit dari keterpurukan," ujar sang kepala maid bernama Kiranti.
"Terimakasih Bi, terimakasih telah menyambut saya dengan sangat baik," jawab Andini dengan tersenyum tipis.
Senyumannya benar-benar tenang dan elegan. "Oh iya, suami saya pulang besok ya?"
"I-iya benar, Nyonya. Tuan Bram akan pulang besok. Mungkin sekitar jam 9 malam."
"Baiklah, tolong berikan sambutan yang bagus. Aku ingin memberikan kejutan untuknya."
"Baik Nyonya Andini."
Andini pun masuk lantas pergi meninggalkan area ruang tamu itu, menaiki lift ke lantai atas.
"Sekarang aku akan berkuasa. Demi semua hartaku yang sudah ku berikan pada Mas Bram, aku akan merebutnya kembali. Harus!" tekadnya dalam hati.
Pintu lift tertutup dengan rapat dan menjalankan mesinnya hingga tertuju ke lantai atas tempat dimana kamar Andini berada.
Andini berjalan beberapa langkah untuk memasuki kamarnya. "Aku akan merubah kamar itu dengan gayaku sekarang, tidak akan ku biarkan semuanya hanya dikuasai oleh Debora, wanita licik j*****m itu," gumamnya.
Andini memasang semua foto pernikahannya dan merubah dekorasi dengan meminta bantuan maid.
Di masa lalu, ia bahkan secuil pun tidak diperkenankan untuk menghias kamar sesuai dengan kemauannya.
Semua atas kehendak Bram yang meminta saran dari Debora, adik ipar dari kakaknya, Mathew yang telah meninggal karena insiden dua tahun yang lalu.
*********
Sementara itu, di hotel milik Andini yang sekarang atas nama Bram, dengan mudahnya Bram mengakali semuanya.
Bram bukanlah dinas kerja, melainkan dinas bercocok tanam dengan istri sirinya, Debora.
Ya! Saat ini Debora telah menjadi istri sirinya kurang lebih 1 tahun yang lalu. "Sayang, aku bosen deh gaya doggy, boleh gaya lainnya gak besok besok?" tanya Debora yang membelai wajah Bram selingkuh itu.
Bram terkekeh pelan, ia mengangguk. "Tentu sayang. Kita nikmati apapun itu. Mumpung si Andini sekarang KO, do'akan dia mati sekalian ya?"
Debora tersenyum manis, ia mengangguk. "Pasti, aku yakin dia gak bakalan bertahan lama, Mas. Kamu gak usah sering nengokin dia, aku cemburu nih!" kesal Debora yang kerap kali Bram bersikap manis pada Andini untuk meraih pundi uang dan memindahkan semua aset yang Andini punyai.
"Tenang aja Sayang, dia udah gak punya apa apa. Sekarang dia benar-benar udah gak ada aset yang atas namanya. Dan satu lagi, dia itu jelek, tampilannya kampungan, wajahnya tidak glowing seperti dirimu."
"Iya Mas, jelas aku lebih unggul darinya. Siapa dulu dong, Debora Alleyarana Putri," ungkap Debora dengan tinggi hati.
"Sayang, kamu ingin tinggal di mansion bareng aku kah? Sepertinya aku tidak bisa berjauhan denganmu, Sayang. Istriku yang sangat cantik dan seksi ini..." rayu Bram dengan mencolek dahu Debora.
Debora mengembangkan senyum manisnya. "Tentu! Ini yang aku tunggu dari dulu, Mas. Kita akan selalu bersama dan mengusir wanita dekil kampungan itu," ujar Debora.
"Tentu, harus setelah aku mengurus semuanya kita akan usir dia secepatnya."
**********
Keesokan harinya...
Tatkala mentari telah menampakkan sinarnya dengan cahaya hangat menerpa tubuh, Andini memulai hidup barunya saat ini.
Di masa lalu, dia hanyalah orang yang tengah sibuk untuk melayani suaminya dengan masak, ngepel, nyapu, dan lainnya sama seperti maid lainnya agar dianggap istri yang baik oleh Bram.
Namun, berbeda halnya. Andini jauh lebih aware pada dirinya dan penampilannya sekarang.
"Tolong masak besar ya hari ini, suami saya mau pulang," ujar Andini yang masuk ke telah masuk ke dalam dapur.
"Baik Nyonya Andini."
Beberapa maid lainnya menyoroti penampilan Andini selepas jogging, dengan jaket sportwear premium warna nude beige dari logo merk ekslusif dipadukan dengan legging abu abu yang fit di jenjang kakinya.
"Astaga, Nyonya Andini lagi keringatan aja sekarang cantik banget ya? Beda kaya kita, keringatan kaya ayam sayur," bisik Tari terkekeh pelan.
"Mas Bram pulang jam berapa kayanya?"
"Tadi sih menurut keterangan pak satpam jam 8 pagi, Nyonya. Pulang lebih awal gitu."
"Baiklah, tolong ya siapin semuanya. Pokoknya yang meriah."
"Baik Nyonya, siap laksanakan!"
Andini mengulas senyum tipis. Ia berjalan menjauh menuju kamarnya menggunakan lift di mansionnya.
Sehabis jogging, Andini memilih untuk segera bersiap-siap mengingat jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi.
"Sebaiknya aku segera bersiap," gumamnya.
Andini berencana untuk tampil totalitas untuk memberikan kesan yang tak terlupakan untuk suami jahanamnya.
"Aku tahu, hari ini lah Bram membawa wanita b******n itu masuk ke mansion ini," ucap Andini yang mulai berendam di bathtube nya.
Di bathtube, uap tipis beraroma white tea dan melati menguar di udara mengenai seluruh tubuh Andini yang berendam. Tak lupa di sisi kirinya terdapat nampan berisikan segelas jus jeruk dan tablet tipis yang menampilkan grafik saham perusahaannya yang memang masih bergerak meroket ke atas berkat bantuan Andini di masa lalu.
"Mungkin saat ini dia masih senang dengan semua yang telah diperoleh saat ini. Tapi nanti, lihat saja. Aku tidak akan tinggal diam, Bram! Kamu harus merasakan apa yang aku rasakan di masa lalu," tekadnya.
*********
Setelah kurang lebih 30 menit berendam dan membersihkan dirinya, Andini berada di walk in closet yang mana ia memilih pakaian yang cocok.
"Aku rasa ini adalah pakaian yang cocok untukku."
Pilihan Andini jatuh pada pakaian yang telah ia belinya lusa. Silk slip dress dengan warna dusty rose dengan potongan yang proporsional membuat dirinya makin seksi tapi elegan disertai dengan aksesoris branded dari ujung rambut hingga kaki.
"Sangat cantik... " puji Andini tatkala melihat dirinya dalam versi terbaru.
**********
Sementara itu, mobil mewah berwarna hitam legam telah terparkir di teras mansion yang megah nan luas itu.
Tidak ada satu pun satpam, maid, atau karyawan lainnya yang memberitahu tentang Andini yang saat ini telah kembali.
"Akhirnya kita sampai, Sayang."
"Iya Mas," balas Debora yang menatap bangunan mansion yang ia impikan.
"Bentar aku bukakan," celetuk Bram.
Debora turun dengan elegan dibantu oleh Bram. Dan tatkala kakinya melangkah memasuki pintu utama mansion. Terlihat Andini yang berjalan keluar dengan elegan menyambut suaminya.
Raut wajah Bram dan Debora yang awalnya berbunga-bunga dan bersemu mendadak terdiam, terhenyak dengan kehadiran Andini dengan penampilan yang out standing 1000x lipat daripada Debora.
"A-Andini? K-kamu... " ucap Bram terbata-bata. Ia kaget sekaligus mengagumi penampilan Andini yang berubah drastis.
"Kejutan, senang gak Mas? Aku sudah keluar dari rumah sakit sejak kemarin. Dan katanya kamu dinas."
"I-iya Andini.. "
Andini melihat Debora yang sok memelas di hadapannya, tengah menyembunyikan muka iblisnya.
Andini bersedekap d**a kemudian mendekat ke arah mereka berdua dengan tatapan yang tenang terarah.
"Katanya kamu dinas Mas, kok ada Debora yang bareng kamu pulang? Kebetulan, kah?" tanyanya lembut.
"Andini, aku bisa jelasin.... "