Chapter 7

1390 Kata
     “Hei, Celline! Apa yang sedang kau lihat?” tanya Brandon sambil menggoyang-goyangkan telapak tangannya di depan wajah Celline. Celline tetap mengikuti ke manapun Aldi pergi. Brandon mengulangi panggilannya pada Celline hingga akhirnya gadis itu terkesiap.      “Ah… eng… aku… tidak memperhatikan apapun,” jawab Celline sambil tersenyum palsu dan kembali memperhatikan lampu-lampu jalanan daripada harus melihat Brandon. Brandon tiba-tiba mengambil tangan Celline dan membuatnya menoleh ke arah Brandon karena kaget.      “A-apa yang kau lakukan, Brandon?” tukas Celline sambil berusaha menarik tangannya kembali dari tangan Brandon.      “Tunggu dulu.. aku masih mau menggandeng tanganmu. Bukankah itu yang harusnya dilakukan sepasang kekasih?” Brandon tersenyum dengan cengiran khasnya, lalu menarik tangan Celline, mengeratkan jari-jarinya dan mencium punggung tangan Celline. Celline bergidik.      “Hentikan, Brandon!” Celline berusaha menarik tangannya keras hingga tangan Brandon membentur meja. Suara keras Celline membuat seisi ruangan menoleh ke arahnya. Ia jadi menunduk malu. Aldi yang ikut terkejut dengan suara Celline di seberang sana menjadi memperhatikan mereka berdua.      “Kenapa, Celline? Kamu marah ya padaku?” tanya Brandon dengan menunjukkan raut wajah tanpa berdosanya.      “E… aku… aku hanya merasa ini terlalu cepat,” jawab Celline kikuk lalu buru-buru mengalihkan pandangannya keluar jendela. Ia tidak ingin kencan ini berakhir dengan omelan, makian dan tamparan dari ibunya seperti sebelumnya hanya karena Brandon melaporkan ke Ibunya kalau Celline menolak apa yang dilakukan Brandon. Tapi, jujur ia muak dengan apapun yang Brandon lakukan.      Brandon meletakkan siku kanannya di atas meja dan menopang dagunya sambil menatap Celline dan tersenyum dengan cengiran kudanya. Celline merasa risih dengan pandangan itu.      “Tolong, berhentilah memandangiku seperti itu Brandon. Aku sungguh tidak nyaman,” ucap Celline.       Brandon tidak mau mempedulikan kata-kata Celline dan tetap memperhatikan wajah gadis itu, mulai dari ujung kepala, matanya yang sayu, hidungnya yang sedikit mancung, dan bibir tipisnya yang dilapisi pelembab bibir warna pink muda. Hingga akhirnya, Aldi datang kembali ke meja mereka sambil membawa kereta makanan yang sudah berisi penuh dengan berbagai hidangan. Aldi melihat bagaimana risihnya gadis itu dengan pandangan Brandon dan Brandon terus saja seperti menggoda Celline. Hatinya seperti terusik untuk melakukan sesuatu agar pria penggoda macam Brandon tidak melakukan aksinya. Ia hanya ingin membela Celline yang merasa disudutkan.      “Ini pesanan Anda berdua,” ujar Aldi dan membuat Celline sedikit berjingkat dan kembali menoleh ke arah Aldi. Aldi meletakkan satu per satu makanan itu di atas meja dan membuat Brandon menjulurkan lidahnya dan menjilat bibirnya karena tergiur dengan aroma masakan yang begitu harum. Celline? Ia masih menatap Aldi yang entah mengapa makin terlihat tampan saat ia memakai seragam waiter.      Brandon melihat Celline yang lagi-lagi memandangi Aldi. Ia mulai terbakar api cemburu dan berniat melakukan sesuatu yang membuat Celline berpaling padanya. Ia menjulurkan tangannya untuk meraba paha mulus Celline yang sedikit terbuka karena roknya yang agak tersingkap ke atas.      “Nah, sekarang selamat menikmati. Jika ada yang masih diperlukan, Anda bisa memanggil saya kembali,” kata Aldi sambil tersenyum dan agak sedikit membungkuk lalu hendak beranjak pergi dari meja itu sebelum akhirnya ia melihat tangan Brandon yang sudah siap untuk mengelus paha mulus Celline tanpa sepengetahuan gadis itu. Aldi tidak dapat menahan emosinya terhadap Brandon yang hendak menggoda Celline lagi. Ia beranjak dari tempat ia berdiri dan dengan sigap memegang tangan nakal Brandon yang mau melancarkan aksinya.      “Wah… wah, Tuan! Apakah Anda tidak menyadari bahwa gadis di sebelahmu ini sudah merasa jengah dengan kelakukanmu yang melewati batas? Ia sudah hampir kau lecehkan di sini. Hai nona, tidakkah kau sadar bahwa ia akan bertindak tidak senonoh padamu? Berhati-hatilah dengan pakaianmu” kata Aldi serius sambil memegang tangan Brandon yang mau melancarkan aksi nakalnya pada Celline.      Brandon meringis kesakitan karena cengkraman Aldi begitu kuat. Aldi menghempaskan tangan Brandon dengan keras. Brandon yang tidak terima berdiri dengan segera lalu menyiramkan air pada Aldi.      “Kau akan merasakan akibatnya, Dasar Pelayan rendahan! Akan kuadukan pada Mamiku!!!” marah Brandon pada Aldi. Celline berdiri dari kursinya dan menarik tangan Brandon untuk keluar dari restoran itu agar tidak terjadi hal-hal yang membuat kacau seisi restoran yang sekarang sedang menoleh ke arah mereka. Tapi belum sempat mereka melangkahkan kaki, seorang pria berbadan tambun berambut agak botak datang di depan mereka.      “Ada apa ini ribut-ribut? Aldi bisakah kau jelaskan ini padaku?” tanya Mr Graham.      “Tuan ini hendak berbuat tidak senonoh pada gadis itu, Sir,” jawab Aldi      “TIDAK! Justru pelayanmu yang sudah terlalu jauh ikut campur urusan kami. Apakah salah kalau kami bersentuhan fisik? Wanita ini calon istriku,” kata Brandon sambil merangkul Pundak Celline dan membuat gadis itu risih. Aldi hanya tertunduk diam.      “Ah… maaf Tuan dan Nona, sepertinya waiter kami sedikit keterlaluan dengan ikut campur urusan Anda. Maafkan kami… maafkan kami. Sebagai gantinya, kami akan memberikan complimentary special sebagai kompensasi atas pelayanan kurang menyenangkan dari Staff kami-“ kata Mr Graham berusaha meminta maaf atas perilaku Aldi yang basah kuyup. Pandangan pria gendut ini kemudian beralih pada Aldi di sampingnya.      “Dan, kau anak muda! Ikut aku ke ruanganku!” Aldi menunduk dan melangkahkan kakinya sebelum langkahnya kemudian terhenti karena Celline angkat bicara.      “Aku rasa ini hanya salah paham, Pak. Tolong jangan hukum Kak Aldi,” bela Celline setelah sebelumnya ia menurunkan tangan Brandon dari pundaknya. Pria tambun itu hanya tersenyum dan berjalan ke depan.      Aldi mengikuti Mr Graham dari belakang sambil tertunduk melewati meja Celline dan ia mengambil nafas panjang.      “Kak Aldi…,” kata Celline yang sukses membuat Aldi menoleh dan mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum lalu melanjutkan langkahnya. Celline jadi tidak enak hati pada Aldi yang sebenarnya hanya bermaksud membantunya menghindari tangan nakal Brandon. Lagi-lagi pria itu menyelamatkannya.      Di dalam ruangan Mr Graham, Aldi berdiri terdiam di hadapan pria tambun berkebangsaan Amerika itu. Mr Graham mengambil nafasnya dan membalikkan kursinya menghadap Aldi yang berdiri di depan mejanya.      “Aldi…Aldi… perilakumu hari ini sungguh membuat aku kecewa. Bagaimana bisa kau memperlakukan tamu seperti itu?”      “Sir.. aku hanya…”      “Hanya apa? Kau tahu kan di dalam peraturan yang ada di buku itu, kita tidak berhak ikut campur urusan tamu yang datang. Entah mereka nantinya berciuman atau bahkan berhubungan seks sekalipun, kita tidak perlu ikut campur. Paham?”      “Tapi, Sir… “      “Sudah… tidak ada tapi-tapian. Kembalilah bekerja dan sebagai hukuman atas pelanggaran yang kau buat hari ini. Kau bertugas mencuci semua piring dan peralatan dapur hari ini setelah restoran tutup. Paham?”      Aldi tidak bisa membantah. Ia hanya mengangguk sambil mengambil nafas panjang. Ia memang kesal dengan Mr Graham yang tidak mau tahu tentang alasan ia melakukan hal itu. Ia sempat melihat betapa risih Celline tadi ketika Brandon menggandeng paksa tangan Celline. Belum lagi dengan niat Brandon untuk menyentuh paha gadis itu. Bukankah itu sudah masuk kategori pelecehan? Mengingat Celline menolak berkontak fisik dengan pria itu.        Jam sudah menunjukkan pukul 23.00. Itu tandanya restoran saat ini sudah tutup, seluruh lampu di ruangan itu sudah dipadamkan dan tersisa hanya lampu dapur. Pintu depan restoran sudah dikunci dari dalam oleh Mr Graham. Seluruh Staff restoran itu termasuk Mr Graham meninggalkan restoran itu satu per satu. Mereka berpamitan satu per satu kepada Aldi yang tinggal untuk menjalankan hukumannya. Aldi melepaskan vest hitam dan dasi kupu2nya. Ia menarik lalu melipat lengan panjangnya hingga ke siku. Ia memasang apron cuci piring yang ada di hadapannya dan siap beradu dengan sabun cuci piring, spons, air dan tentu saja bertumpuk-tumpuk piring kotor.      “KRIEETTTT…”      Tiba-tiba Aldi mendengar pintu ruangan Mr Graham dibuka seseorang. Ia menyelesaikan kegiatan cuci piringnya lalu membersihkan tangannya cepat. Ia berjalan pelan dan mengendap-endap agar suara langkah kakinya tidak terdengar oleh sosok di dalam sana. Ia mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan yang sudah gelap lalu berjalan perlahan menuju ke ruangan Mr Graham yang sudah kosong dan gelap.      Aldi melihat ada sesosok manusia sedang berdiri di salah satu lemari besi miliik Mr Graham. Wajah orang terlihat memakai slayer untuk menutupi wajah bagian bawahnya dan helm full face warna merah. Aldi tidak bisa melihat lebih rinci karena minimnya penerangan di sana. Ia juga melihat sekilas sepertinya orang itu memakai seragam pelayan yang biasa ia gunakan juga. Orang itu seperti sedang mencari-cari sesuatu di sana. Ia mengambil sebuah amplop coklat dari lemari Mr Graham dan dengan cepat menyimpannya di dalam ransel.      Aldi berdiri di depan pintu ruangan itu dan dengan suara lantang ia berteriak, “HOI!!! SIAPA KAU???” 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN