Pagi ini menjadi pagi yang tidak pernah Cancri harapkan untuk datang, ia masih tak rela jika kedua putrinya harus pergi begitu jauh. Pria itu hanya bisa menatap hutan yang luas dari jendela kamarnya, tak lupa dengan segelas wine untuk menemani kegundahannya. Pikirannya melayang jauh. Ia ingin sekali tetap egois dengan menahan kedua anaknya, tetapi Cancri tak ingin juga mengambil risiko besar yang mungkin akan ia sesali. “Pain, Nona Muda dan Tuan Putri akan segera berangkat. Apa kau tak ingin mengantarnya?” tanya Marcus. Cancri kembali meneguk cairan wine pada gelasnya, ia terdiam beberapa saat. “Jika kau merasa semuanya tidaklah benar, kau bisa menahan mereka untuk tetap tinggal.” “Marcus, apa menurutmu keputusanku kali ini benar?” “Kau melakukan hal yang bena

