Mengikat Janji Suci Pernikahan

744 Kata
Vanessa tiba di depan gerbang keluarga Hutama, saat hendak mengetuk ternyata pintu depan terbuka dan dia melihat Prima, Melinda serta Erland sedang duduk di ruang tamu. Belum sempat Vanessa mengetuk pintu, terdengar percakapan mereka. "Mami janji ke Erland, setelah Erland menikah dengan Vanessa, Mami akan mengobati penyakit tumor Mami." "Pasti Erland, Mami akan sembuh dengan cepat sebab Mami berharap bisa menggendong cucu dari kamu dan Antonie." Mendengar percakapan itu membuat Vanessa melangkah mundur. "Tante Melinda mengidap tumor? Aku harus bagaimana? Beliau sudah seperti ibu bagiku sejak ibu tiada. Mungkin impian beliau melihat kedua putranya menikah lalu haruskah aku menghancurkan impian itu? Tapi untuk mewujudkan impian beliau aku harus mengubur impianku. Bagaimana ini?" Vanessa membalikkan badannya lalu melangkah pergi dengan perasaan gundah. Sementara itu, perbincangan Erland dan orang tuanya terus berlanjut. "Baiklah, Erland setuju dengan perjodohan ini. Tapi Erland memiliki 2 persyaratan. Erland minta Papi dan Mami mengabulkannya jika tidak maka Erland tidak peduli lagi mau di usir atau di coret dari kartu keluarga oleh kalian." "Baik, katakan persyaratan kamu." "Pertama, Erland ingin mengelola salah satu perusahaan cabang kita yang berada di Bandung. Dan kedua, oleh sebab itu, Erland akan menetap di Bandung setelah menikah dengan Vanessa." Prima mengerutkan dahinya. "Apa kini kamu mulai tertarik dengan bisnis perusahaan?" "Let's see Pi. Bukankah ini keinginan Papi? Aku mengelola bisnis keluarga kita. Aku tunggu keputusan kalian." Erland meninggalkan ruang tamu, tinggal Prima dan Melinda yang mendiskusikan keputusan mereka. Mereka sepakat untuk menerima persyaratan dari Erland. Toh, mereka tetap dapat saling mengunjungi juga bagus untuk Erland supaya mandiri dan bertanggung jawab. Kembali ke Pernikahan. Mata Vanessa tertuju pada pria berjas hitam namun dia tengah menggandeng pengantin wanitanya yang terlihat anggun dan cantik dengan gaun putihnya. Para tamu juga terpesona dengan pasangan pengantin itu. Di sisi sebelahnya Vanessa dan Erland saling berhadapan namun terasa asing. Sang kakek mempersilahkan Erland untuk menggandeng tangan Vanessa. "Nak Erland, kakek serahkan cucu tersayang kakek satu-satunya ini kepadamu. Jaga dan bahagiakan dia, jangan buat hatinya bersedih. Bila kelak Nak Erland tidak menginginkannya lagi, tolong lepaskan dia dengan baik-baik." "Tentu kakek Barata. Aku akan menjaga dan membahagiakan Vanessa." (Tapi sayangnya itu tidak akan terjadi. Dia hanya akan aku gunakan sebagai alat untuk membahagiakan Cindy, cinta dalam hidupku, batin Erland.) Seorang pendeta membacakan janji suci pernikahan, dimulai dari Antonie dan Kanaya lalu Erland dan Vanessa. Erland mengucapkan janji suci pernikahan dengan tegas. "Saya bersedia menerima Vanessa sebagai istri saya, menerimanya dalam suka maupun duka, melindunginya dan membahagiakannya. Kami akan saling melengkapi dan menyatukan perbedaan yang ada supaya rumah tangga kami kelak menjadi keluarga yang harmonis." Setelah acara pemberkatan selesai, lanjut ke acara resepsi. Vanessa sesekali melirik ke arah Antonie yang tampak bahagia duduk bersama Kanaya dan berfoto bersama rekan dan sahabat dari rumah sakit sedangkan Erland, suaminya beranjak pergi dari pelaminan dan berbincang dengan teman-temannya yang datang. Acara resepsi diakhiri dengan foto-foto bersama keluarga besar. Keluarga besar dari pihak Vanessa tidaklah banyak hanya beberapa anggota keluarga jauh sebab kakeknya hanya memiliki 1 orang putri yaitu mama dari Vanessa namun beliau telah meninggal bersama suaminya dalam sebuah kecelakaan tunggal 10 tahun yang lalu. Malam telah larut, di malam pertama Vanessa kini sah telah menjadi istri Erland. Mereka berada dalam kamar pengantin yang telah di hias dengan indah dengan bunga menciptakan suasana romantis dan wewangian yang segar. Vanessa telah mengganti gaun pengantinnya dengan piyama. Riasan nya juga telah dia bersihkan, dia sudah mandi dan tampil natural. Erland baru masuk ke kamar pengantin mereka saat Vanessa tengah merebahkan dirinya di ranjang. Erland melihat ke arah Vanessa. (Wanita ini istri gue sekarang. Sungguh sama sekali tidak berselera harus melihatnya setiap hari.) Walaupun gugup Vanessa berusaha senatural mungkin menyapa Erland yang kini berstatus suaminya. "Mas Erland, ini pakaian gantimu. Aku sudah menyiapkannya." Erland melepas jas putihnya lalu rompi jasnya juga dasinya. Lalu dia merebahkan dirinya di ranjang. "Aku capek banget hari ini. Aku ingin segera tidur." Tiba-tiba Erland memiringkan badannya ke arah Vanessa. Seketika itu juga jantung Vanessa berdegup kencang. "Besok persiapkan barang-barangmu. Lusa nanti kita tinggal di rumah baru di Bandung." Vanessa melongo mendengar perkataan Erland. "Apa... maksud Mas?" "Apa belum cukup jelas? Lusa kita akan ke Bandung. Kita akan tinggal dan menetap di sana." "Mengapa mendadak? Bagaimana dengan pekerjaan ku di sini?" "Semua sudah diatur, kamu hanya perlu menuruti perkataan suamimu ini. Oke." Lalu Erland membalikkan badannya. "Mengapa Mami dan Papi tidak mengatakan apapun tentang ini? Lalu bagaimana dengan kakek aku tidak mungkin meninggalkan kakek seorang diri di sini. Aku harus membicarakan ini dengan Mami Papi besok", batin Vanessa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN