Pertemuan mengejutkan

1706 Kata
Beruntung rapat berjalan dengan lancar dan para bawahan yang bekerja di perusahaan H.A Express juga tidak memiliki masalah saat dipimpin oleh Jingga yang notabennya masih sangat baru di dunia bisnis. Tidak ada protes maupun opsi keberatan, yang tentu saja buah kalau ada yang keberatan adalah dipersilahkan mengundurkan diri. Karyawan yang bekerja di perusahaan H.A Express juga sangat tahu seperti apa sejarah keluarga Broto. Lebih tepatnya seperti apa rumah tangga ayah Jingga. Mereka tahu benar sang bos sudah terjerat dengan wanita yang pernah bekerja di klub malam dan membuang istri sahnya sekaligus menelantarkan putrinya. Rasa simpati mereka pada Jingga begitu besar, apalagi saat tahu Jingga saat ini tinggal bersama dengan Mei. Ada kekhawatiran di benak mereka akan keselamatan Jingga saat bersama Mei, walaupun wanita itu menunjukkan sikap baik pada Jingga. Mana ada yang percaya Mei menyayangi Jingga dan tidak menginginkan harta keluarga Broto saat wanita muda sepertinya menikah dengan pria berusia lima puluh sembilan tahun. Akan tetapi bukan itu alasan sebenarnya kenapa para karyawan dan kepala bagian devisi tidak ada yang menentang, faktor utama kenapa para karyawan bisa dengan mudah menerima Jingga menjadi pimpinan mereka adalah dukungan dari perusahaan Pratama. Gosip hubungan Jingga dengan bos dari perusahaan Pratama sudah menyebar luas. Semua orang berpikir Jingga dan Kevin memiliki hubungan lebih dari teman sekaligus mengira jika mereka kemungkinan besar akan menikah. Jelas tidak ada satupun dari karyawan H.A Ekspress yang mau mencari masalah dengan pemilik perusahaan raksasa yang sudah bertaraf Internasional tersebut. Begitu rapat selesai, Jingga langsung menjatuhkan tubuhnya di kursi. Yang dilihat dengan rasa geli oleh Lisa. "Akhirnya rapat pengenalan sudah selesai. Ya Tuhan, aku benar-benar sangat gugup Mbak Lisa... " guman Jingga. Kedua tangannya ia tekuk menyilang di atas meja, sementara dahinya ia benamkan di antara mereka. "Anda memimpin rapat dengan baik Bu Jingga," puji Lisa. Ia terkikik geli melihat Jingga yang nampak seperti melepaskan beban satu ton dari pundaknya. Ia memang menyadari bagaimanapun kuatnya dan tegarnya gadis itu, usia Jingga masih di bawah umurnya dan masih baru dalam dunia bisnis. Lisa bahkan kagum melihat Jingga yang nampak tenang di dalam rapat. Sesuatu yang tidak mudah dilakukan oleh gadis yang masih belum berkedalaman. Jingga mengangkat wajahnya, bibirnya manyun ke depan dengan pipi yang menggelembung. "Mba Lisa jangan panggil aku ibu jika berdua donk. Juga jangan pake bahasa formal padaku ya?" ucap Jingga. Dia sangat risih melihat Lisa yang kelewat sopan di depannya meski tahu alasannya, yaitu menjaga wibawanya di mata karyawan lain. Tapi kan itu tidak diperlukan jika mereka hanya berdua. "Baiklah... sekarang Mba Jingga makan siang dulu. Saya eh maksudnya, aku akan memesankan makanan untuk mba Jingga..." ucap Lisa. "Tidak perlu. Aku akan makan siang di luar dengan Jingga," ucap Kevin yang tanpa aba - aba nyelonong ke ruangan Jingga. Dia mendekat ke arah Jingga dengan senyum tipis. Lisa juga mendengar gosip mengenai mereka dan mengira itu bukan gosip belaka. Sikap yang ditunjukkan Kevin pada Jingga bukanlah sikap seorang teman semata. Kevin memberi isyarat pada Lisa, dan wanita itu tahu benar maksud dari isyarat Kevin. Dia mengangguk hormat lalu pergi keluar dari ruangan Jingga dan membiarkan kedua sepasang kekasih itu memadu kasih. Menurutnya Jingga memang butuh vitamin hati setelah tegang dengan rapat yang baru selesai. "Ayo kita keluar makan siang," ajak Kevin. Jingga menggeleng, "Aku takut nanti keblablasan kalau makan siang sama Daddy. Lihat ini... gara gara tadi pagi kita sms- an, filenya yang belum aku cek jadi tersisa banyak sekali," keluh Jingga. Dia menatap sedih pada tumpukan map di atas mejanya. Kevin mengusap mengambil tangan Jingga lalu menaruhnya di bibir. Jingga bahkan terkesiap akan perlakuan yang belum pernah ia rasakan seumur hidupnya. Efeknya tidak main - main bagi Jingga, getaran domino dari ciuman Kevin tak hanya membuat pipinya merona tapi jantungnya juga tak bisa berdetak dengan tenang. "Daddy..." Jingga hendak menarik tangannya tapi Kevin dengan gigih enggan melepaskan tangan Jingga. "Tidak Jingga. Kau boleh menolak jika kita ada di rumah, tapi tidak di kantor..." "Tapi Daddy... daddy adalah suami Mei," lirih Jingga Kali ini matanya dipenuhi genangan jernih sehingga Jingga menjadi jauh lebih cantik. Yang mana membuat Kevin maju untuk memeluk gadis yang menangis ini. Dia membenamkan tubuh mungil Jingga ke dalam pelukannya yang hangat dan lebar. 'Oh nyaman sekali tubuhnya. Lembut dan hangat, aku tidak sabar membayangkannya berada di bawah tubuhku,' batin Kevin. "Tolong jangan menangis Sayang. Aku memiliki alasan menikahi Mei, Jingga. Yang pasti alasan itu bukan karena cinta. Percayalah... aku juga tersiksa dengan pernikahan ini," bujuk Kevin. Dia agak terkejut mendapati dirinya begitu lembut seperti ini. Dia juga tak habis pikir kenapa ia bisa begitu berhati - hati pada Jingga seolah dia adalah gelas kristal yang mudah retak. Jadi harus dijaga dan diperlakukan hati - hati. 'Ah pasti karena aku menginginkan menidurinya secepatnya,' batin Kevin. Jingga begitu senang mengetahui alasan pernikahan Kevin dan Mei meski tidak mendetail. Mengetahui kalau Kevin tidak mencintai Mei merupakan kebahagiaan tersendiri baginya. 'Akhirnya aku tahu kenapa Kevin nampak begitu membenci Mei. Rupanya mereka terikat karena faktor keterpaksaan belaka. Mei membuat Kevin terpaksa menikahinya, tsk wanita yang mengerikan,' batin Jingga. Akan tetapi dia kini mulai mempertanyakan apa alasan kenapa Kevin bisa dipaksa menikah dengan Mei. Bagi Jingga sangat tidak logis jika keluarga Kevin menjodohkan pria itu dengan wanita seperti Mei. Pasti ada alasan yang membuat Kevin tidak berdaya. "Boleh aku tahu kenapa Daddy bisa terpaksa menikahi Bibi Mei...?" tanya Jingga hati - hati. "Suatu saat aku akan menceritakannya Jingga. Dan pada saat itu aku pasti sudah membereskan masalah dan akan bercerai dengannya. Percayalah padaku..." Dengan begitu banyak pertolongan yang Jingga dapatkan dari Kevin, Jingga tidak mungkin mencurigai Kevin. Dia mengangguk patuh. Bukan tindakan mengherankan jika pria itu mendapatkan kepercayaan Jingga dengan mudah. Apalagi Jingga sebenarnya karakter yang polos tentang laki - laki meski dipenuhi rencana balas dendam pada Mei. Kevin menyeringai, tahu jika rencananya sudah berhasil. Mangsa sudah dalam kendalinya, sehingga tujuannya membuat Mei menggila karena sakit hati mudah diwujudkan. "Terima kasih sudah mempercayaiku, Jingga. " Keduanya akhirnya kembali ke rencana awal Kevin, yaitu makan malam di luar. Kevin membawa Jingga ke pusat mall yang mana banyak terdapat stand makanan yang bermacam - macam. Keduanya saling bergandengan tangan layaknya sepasang kekasih, dan memang itulah hubungan mereka sekarang. Meski dalam kategori ini mereka bukan kekasih yang akan direstui khalayak ramai. Sebab hubungan mereka bisa dikategotikan perselingkuhan. Tidak semua hal berjalan mulus. Untuk Kevin, dia dan Tiara tanpa sengaja bertemu di mall. Mereka menuju ke tempat yang sama dan kursi yang sama. Masing - masing dari mereka juga membawa pasangan yang berbeda. Keduanya saling menatap, mata mereka dipenuhi emosi dari hati. "Maaf bung. Temanku yang duduk di sini lebih dulu, " ucap rekan dari Tiara. Dia memiliki penampilan yang tak kalah amazing dari Kevin. Matanya yang coklat hampir seperti keemasan sangat indah. Melihat Kevin yang nampak marah pada wanita yang duduk di kursi restoran, Jingga segera membujuk Kevin agar mengalah. Tidak lucu membuat wanita menangis hanya karena kursi restoran. "Kak Kevin, nona ini yang lebih dulu duduk di kursi ini. Ayo kita memilih tempat yang lain," ajak Jingga. Dia merasa tidak enak pada pria yang siap bertarung dengan Kevin hanya karena kursi. Dia juga merasa kasihan pada wanita tinggi di depannya yang menunduk diam. Apalagi wajah gadis itu nampak seolah akan menangis. Kevin yang memperhatikan Tiara duduk dan menunduk merasa marah. Dia tidak terima wanita yang ia klaim bersama pria lain. "Kak Kevin..." panggil Jingga yang tak dihiraukan oleh Kevin. Sayangnya Kevin masih melototi gadis di depannya. Jingga menyerah dan memilih pergi. Dia merasa tidak mengenal Kevin sama sekali. Menyadari sudah membuat kesalahan, Kevin akhirnya mengalah. "Baiklah. Kami akan pindah," ucap Kevin. Kevin yang memperlihatkan sikap galaknya membuat Jingga kembali menarik diri dari pria itu. Dia sepertinya harus memikirkan ulang hubungannya dengan Kevin karena ia baru sadar jika belum mengenal Kevin sepenuhnya. Kevin melihat Jingga yang agak menjauh darinya. Dia agak bingung dengan perubahan sikap Jingga yang mendadak. "Jingga," panggil Kevin. "Nah, itu ada kursi kosong. Kita makan di sana ya?" ucap Jingga tanpa memperhatikan panggilan Kevin. Dia melenggang ke kursi dan duduk, lalu mengambil menu. Kevin tahu dia berada dalam masalah. Sikapnya yang emosi di depan Tiara tadi kemungkinan besar membuat Jingga curiga jika ia mengenal Tiara yang menunduk tadi. "Jingga... " panggil Kevin lagi. "Kak Kevin pesan apa? Aku sudah menulis pesananku... " ucap Jingga sopan. Kevin agak frustasi melihat Jingga yang menjadi sangat sopan padanya. Dia tidak bisa membiarkan hal ini berlarut - larut. "Jingga tolong jangan seperti ini. Maafkan kekasaranku tadi. Aku bukan orang yang mudah mengalah, okey?" Ucap Kevin. "Tidak apa. Aku hanya berpikir hubungan kita terlalu terburu - buru. Aku bahkan tidak mengenal kak Kevin sepenuhnya. " Sudah jelas jika Kevin benar - benar mengacau hari ini. "Tidak Jingga. Tolong jangan seperti itu. Aku tidak bisa menerimanya jika karena emosiku kau menarik diri dariku," tolak Kevin. Dia merutuki dirinya yang mengacaukan hubungan yang baru benerapa menit berlangsung. "Hanya untuk saling mengenal kak Kevin. Aku ingin mengenalmu dengan baik sebelum benar - benar memiliki hubungan denganmu..." ucap Jingga. Kevin tidak mau mengalah. "Tidak ada bedanya bagiku kita mengenal dengan status kekasih atau tidak, sebab pada kenyataannya kau adalah milikku." "Kak Kevin..." Rupanya satu lagi yang perlu Jingga ketahui tentang Kevin, yaitu dia tidak mudah menyerah dan gigih. Tanpa kompromi dan mendominasi. Sangat keras kepala. Di kursi lain, tepatnya di tempat Tiara berada. Suasana hati Tiara juga tak kalah buruk dari Jingga. Menyaksikan pria yang menghabiskan waktu selama bertahun - tahun dan tiap malam bersamanya, sedang menggandeng dan merayu gadis lain tepat di depan matanya begitu menyakitkan hati Tiara. Ia bahkan hampir tak bisa membendung air matanya karena rasa sedih. "Dia kan kekasihmu?" ucap Irvan sambil melirik Kevin. Dia memang rekan Tiara yang datang dari luar negeri. Ayahnya orang Jerman sedangkan ibunya berdarah Indonesia. Jadi tak mengherankan ia bisa begitu fasih bahasa Indonesia. Tiara menggeleng sedih. "Kami bahkan tidak memiliki status, bagaimana hal itu bisa dikategorikan hubungan kekasih Irvan." "Itulah hasilnya kalau menjalani hubungan tanpa status. Kau hanya menjadi tempat pembuangan sampah spermaa," cibir Irvan. Tiara tahu hal itu, yang memang sudah menjadi kebiasaan di dunia luar. Kevin dan dirinya yang memang bertemu di London, sepakat untuk tinggal bersama di sana. Setelah itu Kevin membawanya kemana pun ia pergi meski tanpa status yang pasti mereka bisa menikmati kehidupan yang bebas seperti itu. Sayangnya as resiko menjalani hidup seperti itu yaitu patah hati dengan mudah. Tbc.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN