Dipecat
"Kamu saya pecat!"
Serena terbelalak kaget mendengar bentakan bosnya itu. Ucapan bosnya itu membuatnya merasa seperti tersambar petir. Bagaimana tidak, ia tak merasa telah membuat kesalahan, semua pekerjaan telah ia kerjakan dengan sangat baik dan juga ia selalu datang ke kantor tepat waktu namun mengapa ia malah dipecat dengan tiba-tiba seperti itu. Itu sangat tidak adil! batinnya.
"Apa, Pak? Saya dipecat? Tapi salah saya apa, Pak?" tanya Serena lebih seperti protes.
Bosnya yang usianya sudah setengah baya itu mendengus kesal dan menatap Serena dengan tatapan marah.
"Kamu tanya salah kamu itu apa? Dasar kamu perempuan tidak tau diri, harusnya kamu tau salah kamu itu apa. Kamu itu sudah mencoreng nama baik perusahaan. Sekarang ini berita kamu yang kumpul kebo sama si Ardi itu udah tersebar di kalangan karyawan lain jadi saya nggak mau karyawan seperti kamu itu masih kerja di perusahaan saya ini! Jadi sekarang juga kamu boleh pergi dan kemasi semua barang-barang kamu itu!"
Keputusan bosnya itu sudah final dan sudah mutlak jadi yang bisa Serena lakukan hanyalah menangis. Ia pun tak bisa melakukan pembelaan meski ia sangat ingin karena itu hal yang percuma, itu semua benar adanya. Ia kemudian pergi keluar dari ruangan bosnya itu dan pergi ke ruangannya sendiri untuk melakukan apa yang bosnya itu suruh yaitu mengemasi semua barang-barangnya itu dan membawanya pergi diiringi tatapan kasihan dan kasak kusuk dari semua karyawan di sana. Ada juga yang menatapnya dengan sinis dan senyuman kemenangan karena mungkin mereka senang melihat dirinya sudah dipecat dengan tidak hormat seperti itu.
Serena merasa sangat terpukul sekarang, lagi dan lagi pemuda yang bernama Ardi itu telah membuat hidupnya hancur berantakan. Ini tak adil menurutnya, seolah apa yang sudah terjadi adalah semua karena kesalahannya sendiri. Padahal sejak pertama kali ia bertemu dengan Ardi ia sangat baik padanya. Pemuda itu bercerita padanya tentang semua kisah hidupnya yang menyedihkan ditinggalkan oleh orang tuanya sehingga tak punya apa-apa dan karena rasa kasihan akhirnya Serena lah yang membiayai hidup pemuda itu dan juga mencarikan pekerjaan untuknya. Mereka berdua sama-sama bekerja dan tinggal bertetangga di kontrakan sederhana yang lumayan dekat dari kantor jadi lebih mudah jika pulang dan juga berangkat kerjanya. Serena lah yang membayar kontrakan pemuda itu bahkan uang makan, uang bensin dan juga rokok pun Serena juga yang tanggung karena Ardi selalu mengatakan uang gajiannya sudah dikirim semua ke ibu angkatnya yang merawatnya sejak kecil. Serena tak masalah karena hatinya memang sangat baik. Hingga akhirnya muncul benih-benih cinta di hati Serena dan ternyata cintanya bersambut. Merekapun akhirnya memutuskan untuk berpacaran hingga berhubungan yang melewati batas. Mereka terus melakukannya lagi dan lagi karena Ardi berjanji pada Serena bahwa ia akan bertanggung jawab.
Namun ternyata semua itu palsu, Ardi ternyata pemuda yang tak bertanggung jawab yang malah pergi meninggalkan Serena begitu saja dan menghilang tanpa kabar dan tanpa jejak hingga sekarang.
Serena menghapus air matanya dengan kasar, ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tak akan pernah menangisi Ardi lagi karena ia juga telah berusaha untuk melupakannya untuk selamanya.
Tak terasa angkutan umum yang Serena tumpangi itu telah sampai dan Serena pun segera turun lalu membayar. Ia menghela napas panjang lalu berjalan sendirian menyusuri jalan yang sepi sore itu.
"Eh ada Neng Serena, yuk saya anterin pulang!" ujar salah seorang karyawan di perusahaan Serena. Ia bahkan berani menggenggam tangan Serena hingga membuat Serena panik dan barang yang ia bawa itu terjatuh.
"Lepasin saya!" teriak Serena sambil menghempaskan tangan laki-laki itu.
"Kamu itu nggak usah sok suci! Saya tau kamu itu pernah tidur kan sama si Ardi mantan pacar kamu itu jadi saya juga boleh dong tidur sama kamu!" ujar pria itu kesal.
Mata Serena melebar lalu ia pun berusaha untuk kabur namun pria itu terus mengejarnya.
"Percuma kamu kabur dari saya di sini sepi! Ayolah Neng Serena cantik saya tau kamu itu sekarang ini pasti lagi hamil kan? Berita itu menyebar luas di kantor jadi saya ingin jadi ayah dari bayi kamu itu!" ujar pria itu tersenyum jahat.
Serena terkejut mendengar tudingan dari pria jahat itu, ia pun terus berusaha kabur sambil memegangi perutnya itu, ia panik dan juga berharap bahwa janin yang ada di dalam perutnya itu baik-baik saja. Ya, ia memang sedang hamil.
Serena mempercepat langkahnya dan karena ia terus menoleh ke belakang ia pun tersandung dan hampir terjatuh namun beruntung seseorang telah menangkap pinggangnya dan ia aman di pelukan seseorang itu.
Serena terbelalak panik saat ia seperti mengenali seseorang yang telah menolongnya itu. Ia mengenali parfumnya. Ia pun perlahan mendongakkan kepalanya dan matanya melebar melihat wajah tampan penolongnya itu.
"Ardi?" ujar Serena tak percaya.
"Tangkap laki-laki itu dan bawa dia!" perintah Ardi kepada para pengawalnya itu.
"Siap, Tuan Muda!" balas para pengawal berjas hitam itu lalu mereka pun membawa penjahat itu dengan mobil.
"Dan kamu Serena, kamu ikut aku!" ujar Ardi membuat Serena terbelalak kaget dan tak sadarkan diri di pelukan pemuda bertubuh tinggi atletis itu.