Most Wanted Husband

1213 Kata
Deg ! Jantung Zeline berdenyut saat pandangannya bersitatap dengan lelaki yang tengah berjalan menuju ke arahnya. Dengan cepat Zeline memalingkan wajah, tapi kepalanya terus bekerja. Mengingat-ingat dimana ia pernah mengenal lelaki tersebut. Kesalahan minggu kemarin tak boleh terulang kembali, pikir Zeline berkelabat. "Selamat siang, Jeng Reni," ucap Bu Indira menyambut kedatangan tamu yang ditunggunya sedari tadi. "Maaf yah, Jeng Indira. Kita terlambat. maklum orang Indonesia, jam karet," ucap wanita yang disapa Jeng Reni itu sembari menutup mulutnya yang tertawa pelan. "Ah, Jeng Reni ini bisa aja. Mari silahkan," ucap Bu Indira mempersilahkan tamunya menempati kursi yang sudah dipersiapkan untuk menampung enam orang. "Zel, ini Om David temen kuliah papa dulu. Dan ini istrinya, Tante Reni," ucap Bu Indira memperkenalkan tamunya pada Zeline. Dengan cepat Zeline berdiri dan menyambar punggung tangan orang yang sedang diperkenalkan oleh ibunya untuk ia ciumi secara bergantian. "Nah ini, pasti Nak Daffin, iya kan?!" ucap Bu Indira sembari menatap lurus pada anak temannya itu. "Iya tante, saya Daffin," jawab pemuda itu seraya menyalami Bu Indira serta Pak Adam. Seketika Zeline tersentak mendengar nama yang disebutkan oleh Ibunya. Ia seakan tersadar siapa orang yang akan dijodohkan dengannya hari ini. Tentu saja wajahnya tak asing bagi Zeline. Dia adalah Daffin Narendra. Direktur utama Nusantara Media yang membawahi lebih dari selusin media. Dari media on Line, surat kabar, majalah, radio, hingga televisi. Termasuk kantor berita tempat Zeline berkantor. Wanita dengan kulit kuning langsat khas wanita Indonesia itu, mengangkat kepala sembari mencuri pandang lelaki yang duduk persis di hadapannya. Namun, kali ini ia tak mau sampai tertangkap basah tengah menatapnya. "Ini anak tante, namanya Zeline." Bu Indira memperkenalkan putrinya. Zeline kemudian menyambut uluran tangan Daffin saat mereka diperkenalkan. Ia menatap sekilas wajah datar lelaki dengan surai hitamnya itu. Namun, lelaki itu seolah tak perduli akan keberadaannya. "Anaknya Jeng Indira ini cantik sekali ya, Pa," puji Tante Reni membuat Zeline tersipu. "Sungguh beruntung kamu, Daf, bisa dikenalkan sama wanita cantik seperti Nak Zeline ini," lanjut Tante Reni kepada putranya. Wajah Zeline tak hanya merona, ia pun mulai salah tingkah dipuji sedemikian rupa. Sementara lelaki di hadapannya itu hanya menunjukkan wajah datar tanpa ekspresi, membuat Zeline keki. Mereka kemudian berbasa-basi sejenak, sebelum akhirnya pesanan mereka diantarkan oleh pelayan restoran. "Zeline ini bekerja di Nusantara TV loh, Daff," celetuk Om David di sela makan siang mereka. "Oh …. " ucap Daffin tak acuh. "Kalau kalian menikah, bisa berangkat kerja bareng. Kan enak kerja deket-deket sama istri," timpal Tante Reni. "Uhuk …. " Zeline tersedak saat mendengar ucapan Tante Indri. "Kamu enggak apa-apa, Zel?" tanya Tante Reni khawatir. "Enggak apa-apa, Tante. Cuma agak pedes aja dikit," ucap Zeline seraya menyuguhkan senyum kaku sembari melirik ibunya yang sudah mendelik tajam. Bu Indira memberi kode agar anaknya itu menjaga sikap melalui tatapannya. Sementara Daffin sama sekali tak merubah ekspresinya. Membuat Zeline penasaran apa yang sedang direncanakan oleh lelaki itu. Secara penampilan, jangan ditanya. Daffin memenuhi kriteria sebagai most wanted to be husband. Badannya bagus, wajahnya juga tampan. Dan yang paling penting, dia pria mapan secara finansial. Seharusnya, tak sulit bagi lelaki itu menemukan seorang wanita yang bersedia diperistri olehnya. 'Kenapa mau-maunya sih dia dijodohin seperti ini,' gerutu Zeline yang hanya bisa ia utarakan dalam hati. "Nak Daffin memang kerjanya dimana?" tanya Pak Adam semakin mengacaukan pikiran Zeline. "Saya di Nusantara Media, Om," jawab Daffin sekenanya. "Daffin ini sekarang megang Nusantara Media, Dam." Om David mulai mempromosikan putranya. "Jadi semua media di bawah naungan Nusantara Media itu, Daffin yang handle, termasuk Nusantara TV," lanjut Om David. "Wah, bagus itu. Berarti nanti Zeline bekerja sama suaminya sendiri. Jadi saya enggak terlalu khawatir," timpal Pak Adam. "Uhuk … uhuk …. " Zeline kembali tersedak mendengar ucapan ayahnya. Perempuan itu segera meraih gelas berisi air putih di hadapannya dan menenggaknya dengan cepat. Mendengar para orang tua bicara, Zeline tak dapat menemukan celah untuk mengelak dari perjodohan ini. Sepertinya, baik kedua orangtuanya maupun kedua orang tua Daffin seolah sudah menemui kata sepakat tanpa meminta persetujuan anak-anaknya. Tak sulit untuk menebak hal itu melihat bagaimana interaksi para orang tua itu. Zeline terus memikirkan apa yang harus ia lakukan agar bisa menemukan cara untuk tetap mendapatkan kebebasannya. Apalagi Daffin nampak biasa saja dengan keinginan konyol para orang tua yang seakan tak bisa melepas warisan budaya para leluhur yang hobi menjodohkan anak-anak mereka. Zeline merasa jika lelaki itu berniat memanfaatkannya untuk memberontak pada orang tua. "Ya, kamu tau sendiri kan, Vid. Zeline ini anak kami satu-satunya. Tapi dia malah memilih jadi wartawan. Tau sendiri pekerjaan wartawan itu seperti apa. Saya jadi suka khawatir." Pak Adam melanjutkan bicaranya tanpa memperdulikan interupsi sang putri melalui batuk yang dibuat oleh Zeline. Zeline hanya mampu menyeringai mendengar alasan ayahnya yang hanya dibuat-buat. Toh selama ini, dia lebih sering meliput berita perekonomian. Jarang sekali ia bersentuhan dengan desk hukum ataupun politik yang lebih riskan dan beresiko. "Tentu saja dengan menikahkan mereka, kita para orang tua menjadi lebih tenang. Daffin juga terlalu sibuk dengan pekerjaan, hingga tak ada waktu untuk mencari pasangan. Padahal aku sudah kepengen banget menimang cucu," sambar Om David. "Betul banget itu, Vid. Saya juga sudah enggak sabar pengen nimang cucu," kekeh Pak Adam. Obrolan pun mengalir antara para orang tua. Mereka sibuk membicarakan cucu yang masih berada di dunia antah berantah, membuat Zeline semakin jengah. Namun, ia hanya bisa bungkam tanpa bisa membantah. Bayangan Fadel melintas begitu saja di hadapannya. Membuat perempuan itu mengkerut untuk menentang keinginan orangtuanya. "Nanti saja lah aku pikirkan, bagaimana caranya membatalkan perjodohan enggak masuk akal ini," pikir Zeline malas. "Mohon maaf Om, Tante." Daffin menyela obrolan antara kedua orangtuanya dengan orang tua Zeline. "Saya ada meeting penting yang tidak bisa di tunda. Saya mohon undur diri dulu," ucap pemuda itu. 'Sok sibuk banget sih, ini orang. Tapi baguslah, aku juga udah males banget ada di sini,' gerutu Zeline dalam hati seraya memainkan makanan di piringnya. Ia sama sekali tak berselera menghabiskan makan siangnya kali ini. "Oh iya, Silahkan Nak Daffin," jawab Pak Adam. "Maaf yah Dam. Daffin ini memang sedang sibuk-sibuknya," ucap Om David seraya terkekeh pelan. Namun, ia tak bisa menyembunyikan raut wajah kesal melihat tingkah anaknya yang membuat malu dihadapan teman lamanya. "Enggak apa-apa, Vid. Anak muda memang harus semangat," ucap Pak Adam menimpali. "Kalau begitu, Zeline juga sekalian pamit," ucap Zeline memanfaatkan keadaan agar bisa turut kabur dari pertemuan ini. "Barengan aja sama Daffin, Nak Zeline. Kalian kan bekerja di satu area gedung yang sama," tawar Om David. "Enggak usah, Om, enggak apa-apa. Zeline bawa kendaraan sendiri kok," tolak Zeline. "Kamu barengan sama Daffin aja, Zel. Tadi papa sama mama ke sini naik taxi. Mobil kamu papa pinjem, biar nanti papa yang bawa pulang," sambar Pak Adam cepat. "Tapi, Pa …." pelototan ibunya membuat Zeline menggantungkan kalimat di udara. Dengan segera ia menyerahkan kunci mobil pada sang ayah tercinta sembari memanyunkan bibirnya. "Daf, kamu antar Zeline dulu yah. Jagain tuh calon istrinya dengan baik. Bila perlu kamu anter sampai depan pintu kantornya," ucap Tante Reni. Tak ada persetujuan maupun penolakan sama sekali dari Daffin. Lelaki itu membungkam rapat mulutnya dengan ekspresi yang tak dapat Zeline baca. Daffin justru melengos pergi begitu saja. "Om, Tante, Zeline pamit dulu," ucap Zline seraya menyambar tasnya dengan cepat lalu menyusul Daffin yang sudah memegang handle pintu. 'Songong banget sih ini cowok.' Lagi-lagi Zeline hanya bisa menggerutu dalam hati sembari mengekori Daffin.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN