bc

Dari Taruhan, Berakhir Pelaminan

book_age18+
266
IKUTI
1.9K
BACA
HE
friends to lovers
bxg
brilliant
campus
professor
like
intro-logo
Uraian

"Di tengah tumpukan tugas, tiba-tiba Keysha ketiban sial karena permainan truth or dare. Permainan yang awalnya untuk hiburan, seketika berubah menyeramkan untuk Keysha. Keysha Anindhita Virllyan, mahasiswa semester 6, harus berhadapan dengan Aksa demi menjalankan tantangan.Berbeda dengan Keysha, sedangkan Aksa sendiri ternyata sudah mempunyai calon istri. Akan tetapi, di tengah persiapan, Aksa mendapati fakta yang mengejutkan.Di tengah kekalutan Aksa, Keysha datang menyatakan perasaannya. Lantas, apa jawaban Aksa?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Sebuah Tantangan
“MAMPUS!” Ujung botol yang mengarah ke salah satu gadis membuat semua orang yang kini duduk membuat lingkaran tertawa puas. Sedangkan gadis yang dituju, dia sudah menutup wajahnya rapat-rapat menggunakan tangan. “Keysha, apa anda masih bersikukuh dengan truth?” Gadis bernama Keysha melirik tajam sang teman yang duduk disebrangnya. Entahlah, Keysha sendiri tidak tahu kenapa hari ini dia selalu ketimpa sial. Tadi pagi datang telat, kena omel dosen, dan sekarang main game dia selalu kena skak oleh keempat temannya. Sumpah, Keysha merasa sedang dipermainkan. “Banyak yang mau kita tanyain nih, Key.” Empat kali putaran, empat kali juga dalam permainan truth or dare ini Keysha memilih truth. Bukan tanpa alasan, kalau memilih dare, dia enggan melakukan apapun. karena Keysha yakin, otak teman-temannya sangatlah liar. “Sorry ye, tapi kali ini gue pilih dare!” Keysha menjulurkan lidah sambil bersedekap d**a. Keempat teman Keysha bertepuk tangan dengan heboh. Sebelum memberi tugas, keempatnya berdiskusi. Selagi mereka berdiskusi Keysha terus mengamati gerak-gerik temannya. Jujur, Keysha was-was. Dia sangat takut dengan suruhan yang mereka berikan. Mungkin kalau boleh memilih, Keysha lebih pilih makan rumput daripada harus mencium pria random. Misalnya. “Siapa nih yang mau ngomong ke sohib kita? Tata? Jihan? Aghnia?” Melihat wajah penuh kelicikan di depannya Keysha hanya bisa berpasrah diri. Karena nama-nama yang disebutkan tidak mau bicara, maka dari itu Keysha menatap Frishlly. Sebisa mungkin Keysha stay cool agar tidak kelihatan gugup. “Oke! Kita udah sepakat, tantangan buat lo yaitu taklukin pak Aksa! Lo tau sendiri ‘kan gimana doi? Dingin abis plus killer. Tapi justru di sana tantangannya. Waktu lo cuma dua minggu dari sekarang. Kalau lo gagal atau mundur, traktir kita selama tiga bulan! Eits, satu lagi. Lo juga harus jemput kita berempat.” Frishlly menaik-naikan alisnya menatap Keysha. Penjabaran panjang yang Frishlly katakan mampu membuat Keysha syok berat. Di kampus ini siapa sih yang tidak kenal Aksara Geraldy Widhatama? Dia salah satu dosen muda yang baru mulai mengajar kurang lebih tiga bulan di kampusnya. “Keluarkan kecegilanmu, Key,” goda Jihan. “Kalian gila, ya? Mana bisa tantangan begitu? Apa juga tadi konsekuensinya? Stress lo pada! Gue aja selalu hindarin dia, ini malah disuruh deketin. Nggak, ngga mau!” tolak Keysha. Demi apapun, itu benar-benar ide paling gila yang pernah telinganya dengar. Dan seingat Keysha, pertemuan terakhir mereka sangatlah tidak enak. Keysha ingat, dia sempat ditegur karena rambutnya yang berwarna kemerahan. Dengan menyebalkannya pria itu menyuruh untuk menghitamkan kembali rambutnya. Akan tetapi, sampai hari ini belum Keysha patuhi. “Yaudah kalau ngga mau ambil. Tiga bulan traktir kita, jemput, dan….” “Apa lagi?!” sahut Keysha dengan jengkel. “Kita cepuin kalau lo suka sama Derry.” Sialan! Benar-benar sialan! Sedang kesal-kesalnya, Aghnia menarik lengan Keysha, menunjuk ke arah depan. Keysha yang sudah kepalang kesal dengan malas mengikuti arah tunjuk Aghnia. Saat tahu apa yang temannya itu maksud, Keysha membulatkan matanya. Ya, di depan sana ada sosok Aksa sedang berdiri. Pria itu terlihat tidak sendiri, tetapi ada rekan sesame dosennya sedang mengobrol. “Karna gue yakin Keysha ngga akan mau terima hukuman, jadi gue ucapin good luck! Mulai hari ini lo harus deketin pak Aksa, bikin dia luluh ke lo. Ayo, Key, lo pasti bisa!” Tata menepuk pundak Keysha memberi semangat. Walaupun di dalam hati dia ingin sekali tertawa terpingkal-pingkal. Perhari ini, Keysha membenci permainan truth or dare! *** Kelas baru saja selesai. Dan sangat kebetulan, yang mengajar adalah Aksa. Sejak awal pelajaran Keysha tidak bisa fokus. Dia terus memikirkan dare yang teman-temannya berikan. Ini sih maju masuk jurang, mundur ketabrak truk. Iya, tidak ada yang enak! “Keysha Anindhita Virllyan.” Karena keasikan melamun, Keysha tidak mendengar namanya dipanggil oleh sang dosen. Barulah saat lengannya dipukul, kesadaran Keysha pulih kembali. Keysha dengan kesal menoleh ke arah Jihan. Lewat Gerakan alis dia bertanya ‘ada apa’ pada temannya. “Keysha Anindhita Virllyan! Kemari, maju!” Kesysha terkesikap, tubuhnya menegak sempurna. Dari Jihan, pandangan Keysha tertuju ke depan. Tidak salah lagi, yang memanggil adalah dosennya. Melihat dosennya menatap tajam, dengan buru-buru Keysha berdiri lalu menghampiri. Beruntung sebagian mahasiswa sudah keluar, jadi dirinya tidak akan menjadi tontonan publik. “Ikut saya ke ruangan. Sekalian, bawakan buku sama laptop saya,” ujar Aksa dengan santai namun tak terbantahkan. Kedua mata Keysha menerjap. Drama apalagi kali ini? Dan … haruskah dirinya menjadi pesuruh untuk membawakan barang?! Tanpa menunggu jawaban Keysha, Aksa berjalan keluar meninggalkan kelas. Sedangkan Keysha, gadis itu masih terbengong-bengong melihat meja. “Ingat dare lo, Key!” Tidak mengidahkan seruan temannya, Keysha buru-buru merapihkan buku, laptop serta membawa tas hitam milik Aksa keluar. Di depan sosok dosen menyebalkan itu sudah tidak ada. Benar-benar menyebalkan. Dikira bawa buku, laptop, dan tas mudah?! Setibanya di depan ruangan Aksa langkah kaki Keysa terhenti. Gadis itu tidak langsung masuk, melainkan menetralkan diri terlebih dahulu. Sepertinya Keysha tahu alasan apa yang membuat dirinya dipanggil lagi. Tiga kali ketukan Keysha perlahan membuka pintu. Di dalam sana sosok Aksa sudah duduk di kursi sambil memperhatikan. Buku, laptop, tas, semuanya Keysha taruh dengan hati-hati. Setelah semua tugasnya selesai dia langsung duduk di kursi. “Yang nyuruh kamu duduk siapa?!” Belum satu menit bokongnya menyentuh kursi, sentakan Aksa tadi refleks membuat Keysha kembali berdiri. Gadis itu memamerkan cengiran lebarnya sambil menggaruk rambut. “Maaf, Pak. Lagian Bapak manggil saya pasti mau bicara. Masa iya saya berdiri terus?” “Udah berapa kali saya ingatkan untuk hitamkan rambut? Kamu ini anak kuliahan, bukan anak ayam! Bisa ngga berpenampilan yang sewajarnya?” Aksa menaikan dagunya menatap Keysha. Entah sudah berapa kali, yang jelas ini bukan kali pertama. Mewarnai rambut memang hak seluruh mahasiswa, tapi khusus di kelasnya, Aksa jelas mempunyai peraturan sendiri. Dan salah satunya dia tidak suka kalau anak didiknya berpenampilan lebih seperti mewarnai rambut. “Pak, emang apa yang salah sama rambut saya? Dosen lain aja ngga masalah, kenapa Bapak ada peraturan begitu? Saya keberatan loh,” jawab Keysha tak mau kalah. Pasalnya dia baru seminggu mewarnai rambut. Dan menurutnya, warna inilah yang paling pas. “Yang keberatan cuma kamu, yang lain nggak! Ini kali terakhir saya peringatkan kamu. Kalau kelas selanjutnya masih seperti ini, kamu saya keluarkan, saya anggap bolos!” Dengan kening mengerut Keysha kembali duduk. Kedua tangannya bertumpu di dagu, tatapannya lurus ke depan memandangi wajah Aksa. Tidak munafik kalau dosennya memang sangat tampan. Saking terkesimanya Keysha sampai tidak berkedip. “Siapa yang suruh kamu duduk?” “Bapak kenapa sensi banget sama saya, sih? Saya salah apa? Jangan marah-marah mulu, Pak, nanti gantengnya hilang.” Keysha tersenyum, wajah tanpa dosanya terpampang jelas. Tidak, tidak! Aksa sama sekali tidak senang. Yang ada dia gregetan ingin menjambak rambut mahasiswinya itu. lewat Gerakan tangan Aksa memberi kode agar Keysha keluar dari ruangannya. Tatapan Aksa membuat ciut nyali Keysha sampai akhirnya gadis itu menegakkan kembali tubuhnya. “Sana keluar, dan ingat pesan saya.” “Kalau saya ngga mau?” Sebelah alis Keysha terangkat. “Saya gunting rambut kamu.” Mendengar itu Keysha bergidik ngeri. Dia tidak bisa membayangkan kalau dosennya benar-benar melakukan itu. lihatlah, kalau begini mana bisa dia menaklukan seorang Aksa? “Tapi ada syaratnya, Pak. Nanti saya boleh nebeng Bapak ngga pulangnya?” tanya Keysha dengan penuh hati-hati. Kali ini gentian Aksa yang menopang dagu. Bibir yang sejak tadi cemberut seketika tertarik walaupun hanya sedikit. “Mau pulang bareng? Boleh.” “Yang benar, Pak?” Keysha menatap tak percaya Aksa. Semudah inikah langkah awalnya untuk mendekati dosen dingin itu? Aksa mengangguk. Masih dengan senyum tipisnya dia menjawab, “tapi kamu duduk di bagasi.” Seketika hilang senyum Keysha. Gadis itu mendengus kesal sambil berdiri. Tanpa mengatakan apapun dia keluar, meninggalkan Aksa yang entah akan tertawa puas atau apa. Seperginya Keysha, Aksa bersandar pada sanggahan kursi. Dari banyaknya mahasiswa, hanya Keysha yang unik. Ting! ‘Aku ngga bisa pergi hari ini. Besok atau lusa gimana?’ Read. ***

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

30 Days to Freedom: Abandoned Luna is Secret Shadow King

read
315.0K
bc

Too Late for Regret

read
319.6K
bc

Just One Kiss, before divorcing me

read
1.7M
bc

Alpha's Regret: the Luna is Secret Heiress!

read
1.3M
bc

The Warrior's Broken Mate

read
145.1K
bc

The Lost Pack

read
438.5K
bc

Revenge, served in a black dress

read
153.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook