RAUL POV
Saat aku tiba di perusahaan, aku tidak melihat kehadiran Ellen. Aku berusaha menanyakan keadaannya kepada sekretarisnya, Wendy. Wendy mengatakan jika Ellen kembali ke Belanda karena ayahnya sakit jantung.
Aku hanya bisa berdoa di dalam hati semoga ayah Ellen segera membaik. Rasanya aku ingin menyusulnya kesana dan memberikan dukungan untuknya.
Tetapi apa daya, aku bukanlah siapa - siapa untuknya. Sampai kapanpun dia akan tetap menjadi majikanku dan tidak akan pernah berubah.
Tiba - tiba ponselku berbunyi dan aku melihat nomor asing yang tidak aku kenali. Awalnya aku bimbang untuk menjawabnya. Tetapi aku memutuskan untuk menjawab telfon.
" Halo"
" Raul, aku sangat merindukanmu..."
" Ellen...kau sekarang ada dimana?"
" Aku sedang berada di bandara. Apakah kau mau menyusulku ke bandara?"
" Oke, aku segera kesana"
Akhirnya aku memutuskan untuk menyusul Ellen ke bandara. Tidak beberapa lama aku sampai di bandara dan segera mencari keberadaan Ellen.
" Ellen!"
" Raul!"
Ellen memelukku dengan erat dan aku merasakan jantungku berdebar sangat kencang. Rasanya aku ingin ikut mendampingi Ellen untuk menjenguk ayahnya ke Belanda.
" Aku sangat senang kau menyusulku kesini"
" Jam berapa penerbanganmu ke Belanda?"
" Sekitar satu jam lagi. Apakah kau sudah sarapan?"
" Aku tadi sudah sarapan. Kau?"
" Seharian aku belum sarapan"
" Mengapa kau belum sarapan? Kalau kau sakit, siapa yang akan merawatmu? Sebaiknya kau makan sekarang. Aku tidak ingin kau jatuh pingsan seperti dulu"
" Mengapa kau sangat perhatian terhadapku?"
Aku diam membisu mendengar pertanyaan Ellen. Aku berusaha mengalihkan pembicaraan dengan mengajaknya pergi ke restoran agar ia mau sarapan.
" Sebaiknya kita mencari restoran"
" Memangnya kau ingin makan lagi?"
" Tidak, aku ingin menemanimu sarapan sebelum kau berangkat ke Belanda"
Aku melihat Ellen mengangkat ponselnya dan ia menjauh dariku. Tidak beberapa lama, Ellen menghampiriku dan tersenyum.
" Aku tidak jadi berangkat ke Belanda"
" Kenapa tidak jadi?"
" Kondisi ayahku sudah membaik dan dokter memperbolehkannya untuk pulang ke rumah. Kata ibu, aku tidak usah kembali ke Belanda karena bulan depan ibu dan ayah yang akan datang menjengukku"
" Aku sangat senang mendengar kondisi ayahmu yang membaik"
" Sebaiknya kau antar aku ke suatu tempat"
Aku sangat terkejut ketika Ellen merangkulku dan kami terlihat seperti sepasang kekasih. Aku berharap tidak ada yang mengenali kami sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman terhadap kami.
***
RAUL POV
Di tengah perjalanan, Aku merasakan Ellen terus menatapku. Rasanya jantungku berdebar sangat kencang. Tiba - tiba Ellen menyandarkan kepalanya di bahuku, membuatku semakin tidak berkonsentrasi menyetir.
" Aku sangat senang berduaan denganmu. Rasanya kita seperti sepasang kekasih"
Aku terdiam tanpa memberikan respon terhadapnya. Saat kami tiba di tempat yang di tuju, Ellen mengajakku masuk ke sebuah rumah yang sangat mewah.
" Rumah siapa ini?"
" Ini rumahku saat aku dulu menikah dengan mendiang suamiku"
Aku tidak pernah menyangka jika Ellen pernah menikah. Ellen terlihat banyak menyimpan memori dengan mendiang suaminya di rumah ini.
" James sangat senang bercocok tanam sehingga kami berdua memutuskan untuk menanam berbagai macam bunga di halaman rumah kami"
" Apakah kau masih mencintainya?"
" Tentu saja, sampai kapanpun aku tidak akan pernah melupakannya. Dia adalah cinta pertamaku."
Aku sangat menikmati suasana di rumah itu. Begitupun juga Ellen yang terhanyut mengenang masa lalunya dengan James.
" Aku ingin kau mengantarku ke apartemen"
Akhirnya aku mengantar Ellen ke apartemennya. Setelah tiba disana, aku membantu Ellen mengangkat kopernya.
" Terima kasih telah menemaniku"
" Aku sangat senang jika membuatmu merasa lebih baik"
Ellen menghampiriku dan mencium kedua pipiku. Ia mengelus wajahku dengan kelembutan. Aku terhanyut menatap matanya dan merasakan sentuhannya di wajahku.
Tiba - tiba saja aku menciumnya dan memeluknya dengan erat. Ellen membalas ciumanku. Rasanya kami berdua tidak akan pernah puas hanya dengan berciuman
" Raul...bercintalah denganku"
Aku langsung mengangkat tubuhnya dan membawanya masuk ke dalam kamar. Rasanya aku tidak akan bisa menahan gejolak yang sudah aku tahan sejak pertama kali bertemu dengannya.
Setelah selesai bercinta, aku berpamitan pulang dengannya.
" Jangan lupa dengan janji kita untuk saling menjaga rahasia"
" Iya sayang"
Sebelum aku pergi, aku mencium bibirnya dan mengucapkan janji di dalam hati yang mungkin suatu saat nanti akan ku sesali
RAUL POV
Anne sangat terkejut melihat kedatanganku yang tidak seperti biasanya.
" Darimana saja kau?"
" Aku mengantar bosku. Maaf jika aku pulang terlambat"
" Aku memasak makanan kesukaanmu"
" Sebaiknya kau makan malam dengan anak - anak. Aku ingin beristirahat di kamar"
Sejujurnya aku tidak sanggup menatap Anne karena aku mengingat kesalahan terbesarku sebagai seorang suami yang tidak setia.
Aku mencoba untuk menutup mata tetapi tidak bisa karena yang ada di pikiranku hanya Ellen. Aku teringat satu jam yang lalu kami bercinta hingga kami tidak ingin berpisah.
Aku mengambil ponselku lalu aku mencoba mengirim pesan kepada Ellen. Tidak beberapa lama ia menelfonku.
Aku segera mengunci pintu kamar agar tidak ada seorang pun yang masuk ke dalam kamar saat aku menelfon Ellen.
" Hai sayang, kau belum tidur?"
" Aku baru saja selesai mandi. Aku berharap kau ada di sampingku"
" Aku pun juga berharap seperti itu"
" Bagaimana kalau besok kita berlibur di hawaii?"
" Apa kau bercanda?"
" Tentu saja tidak sayang! Aku ingin menghabiskan waktu denganmu"
" Apakah kau sudah memesan tiket pesawat?"
" Sudah sayang, jadi kau besok segera berkemas. Kita besok akan berangkat jam 9 pagi"
" Baiklah, besok aku jemput kau jam 7 pagi"
" Jangan lupa mimpikan aku"
" Iya sayang, aku selalu memikirkanmu setiap saat"
Tiba - tiba terdengar ada yang mengetuk pintu dan aku menyudahi telfonku dengan Ellen.
" Tidak biasanya kau mengunci pintu kamar"
" Mmm...aku...besok akan berangkat bersama karyawan perusahaan"
" Memangnya ada acara apa?"
" Acara kantor...mungkin minggu depan aku akan pulang ke rumah"
" Lama sekali. Aku baru tahu ada acara kantor selama berhari - hari"
" Percaya padaku, aku akan kembali ke rumah"
" Aku percaya padamu"
Rasanya aku tidak sanggup terus menerus membohongi Anne demi menutupi perselingkuhanku dengan Ellen.
****
RAUL POV
Tepat jam 7 pagi aku menjemput Ellen. Ellen terlihat sangat cantik dan anggun. Aku semakin menyayanginya.
" Kau sangat tampan!"
Ellen mencium bibirku dengan lembut dan membuatku ingin mengajaknya bercinta.
" Sebaiknya kita lanjutkan nanti saat tiba di Hawaii"
" Baiklah, terserah kau saja! Aku tidak sabar ingin menikmati bulan madu kita di Hawaii"
Aku tersenyum sambil membayangkan suasana romantis saat kami menghabiskan waktu di Hawaii. Aku tidak sabar ingin segera tiba di sana.
***
RAUL POV
Setelah mengalami perjalanan yang panjang, akhirnya kami sampai di Hawaii. Pantainya begitu indah dengan pemandangan yang sangat menakjubkan.
Ellen mengajakku berjalan kaki di pantai sambil bergandengan tangan. Rasanya ini pertama kalinya dalam hidupku merasakan kebahagiaan yang tidak akan pernah ku lupakan seumur hidupku
" Apakah kau senang aku ajak ke Hawaii?"
" Tentu saja! Ini pertama kalinya aku menginjakkan kaki ku di Hawaii. Rasanya aku tidak akan pernah bosan menghabiskan waktu bersamamu disini"
" Syukurlah kalau kau suka berlibur di sini"
Setelah puas mengelilingi pantai, kami makan malam di sebuah restoran yang menyajikan masakan yang sangat lezat.
" Masakan di sini sangat enak dan lezat. "
" Tentu saja, aku sudah beberapa kali berlibur di sini dan pasti menyantap masakan di restoran ini"
Setelah selesai makan malam, kami kembali ke hotel dan menghabiskan waktu dengan bercinta
****
Seminggu kemudian
RAUL POV
Akhirnya kami harus kembali ke New York. Tidak terasa kami menghabiskan waktu selama seminggu. Rasanya aku tidak ingin kembali dan ingin menetap di Hawaii.
" Sangat disayangkan kita harus kembali ke New York"
" Lain kali kita bisa berlibur ke Hawaii"
Setelah beberapa jam di pesawat, akhirnya kami tiba di New York. Rasanya aku tidak sabar ingin segera bertemu dengan anak - anakku.