7

1409 Kata
He forgot about you. Remember that.   Kimmyra masuk ke dalam rumah yang besarnya tiga kali lebih besar dibanding rumah yang Kimmy tempati. Kimmyra yakin jika Aby memang orang kaya, terbukti dari besar rumahnya ini, tapi Kimmy tidak pernah peduli dengan kekayaan seseorang. Baginya percuma jika kaya tapi tidak bahagia. Kimmy lebih mementingkan kebahagian dan kenyamanan. Kimmy juga ingin kaya dan ia tidak munafik akan hal itu, tapi ia ingin kaya dengan hasil jerih payah ia sendiri. Lagipula, dengan ia mampu membeli apa yang ia mau dan masih memiliki tabungan, ia menganggap dirinya kaya, dan yang terpenting, ia ingin kaya hati bukan kaya materi. "Kimmy, aduh akhirnya kamu ke sini juga. Mami setiap ke rumah kamu, pasti kamu masih kerja deh," ucap Mami memeluk Kimmy erat. "Iya Mi. Kadang aku pulang malem kalau ada meeting sama pengantin."  "Iya iya, Mami tau. Yaudahh yuk masuk, kita makan." Kimmy masuk ke dalam ruang makan dengan meja makan yang panjang. Ada adik Aby yang kembar dan satu perempuan cantik dengan kain yang menutupi kepalanya. Mereka tersenyum pada Kimmy. Kimmy memilih duduk di seberang wanita itu, di sebelah si kembar. "Hai, Kim. Aku Wulan," ucapnya lembut dan ramah. "Hai, Mbak. Aku Kimmyra," ucap Kimmy kikuk. Lebih baik ia menerima klien pengantin yang lebih banyak maunya dibanding harus bertemu seperti ini. Aby duduk di samping Wulan di hadapan Kimmy. "Hai Mbak Kimmy, kemarin pas resepsi kita cuma ketemu sebentar ya?” ucap salah satu si kembar. Jujur saja mereka itu kembar identik dan Kimmy tidak bisa membedakannya. "Iya, tapi maaf ya, Mbak belum bisa bedain kalian," ucap Kimmy. Mami tertawa mendengar Kimmy mengatakan itu, "Ngak apa kok. Lagian mereka emang susah dibedain. Mami aja masih bisa salah apalagi kamu." "Iya, cuma Bang Aby aja yang bisa bedain kita," ucap salah satu si kembar itu. "Yaudahh, makan dulu kita ya baru ngobrol." Kimmy melihat sepiring sayur yang ada di atas meja ini, hampir semua lauk juga bercampur dengan wortel, ah Kimmy tidak menyukai itu. Kimmy sengaja mengambil nasi sedikit dan sayur sedikit, semua serba dikit, karena ia tidak suka dengan sayur, apalagi wortel. "Kok makannya sedikit? Nggak enak ya?” tanya Mami. Sontak saja semua mata tertuju pada Kimmy.  "Nggak kok, Mi. Enak," ucap Kimmy sambil sedikit terkekeh kikuk. Ia merasa suasana ini sangat menegangkan baginya padahal semua orang santai saja. Kimmy sibuk memilah-milah wortel dari piringnya. Ia menyisihkan potongan wortel di bibir piring. Tanpa sengaja Kimmy melihat interaksi Aby dengan Wulan. Aby dengan sabar mengambilkan sayuran untuk Wulan dan memotongkan daging untuk Wulan. Ia sangat hangat pada Wulan, berbeda dengan sikapnya pada Kimmy. Kimmy merasa tangannya disenggol, ia menoleh pada si kembar, "Jangan dilihatin begitu, nanti matanya copot." "Iya, nanti bisa jadi tambahan lauk untukmu," ucap Kimmy. Sontak saja Kimmy mendapat kekehan dari si kembar. Setelah makan, mereka pindah ke ruang keluarga. Lagi-lagi Kimmy memilih tempat berhadapan dengan Aby dan Wulan. Kimmy memilih duduk di samping si kembar lagi. Menjaga jarak akan lebih baik. "Alena dan Aluna kan ya? Yang mana Aluna yang mana Alena?" Si kembar memperkenalkan diri dan Kimmy menghapalnya dari warna baju mereka. "Kimmy gimana? Betah tinggal di sana?” tanya Mami. "Betah kok, Mi." Secara kan cuma tidur aja, masa nggak betah,” lanjut Kimmy dalam hati. "Kalau bosen ke sini aja, di sini kan ramai." "Iya Mi, pasti." Kimmy menjawab semua pertanyaan seperti saat interview dari Mami maupun Wulan yang ingin tau kehidupan Kimmy. Ia sama sekali tidak keberatan untuk menjawab karena memang pertanyaan yang diajukan pertanyaan klasik. Kimmy baru sadar jika Aby memang berbeda dengan Wulan. Aby bisa menjadi sosok hangat dan sabar menghadapi Wulan. Kimmy yakin jika memang Aby sangat mencintai Wulan.  "Kim, temenin Mbak ke kamar, yuk," ucap Wulan lembut. "Eh, hmm.. ayuk, Mbak," ucap Kimmy kikuk. Kimmy mendorong kursi roda yang diduduki Wulan. Aby melihat ke arah Kimmy dan menatapnya dingin. Kimmy sudah terbiasa mendapat tatapan dingin itu. Ia sudah tidak merasa terintimidasi. Aby membantu Kimmy membuka pintu kamar dan membaringkan Wulan dengan ala bride style. Oh, sungguh Kimmy akan terbiasa dengan adegan ini, setidaknya mereka tidak harus tidur bertiga. Marah? tidak tentunya, karena Kimmy tau Aby milik Wulan. Mulai detik ini Kimmy sudah menetapkan ia tidak akan ingin menjatuhkan hatinya pada suaminya sendiri. Meskipun sebenarnya wajib hukumnya mencintai suami sendiri bagaimanapun keadaannya. Kimmy hanya tidak ingin terluka, ia ingin menjaga hatinya dari kekecewaan dan patah hati. Sekuat apapun nantinya Kimmy berusaha, Aby akan tetap memandang Wulan dengan tatapan hangat dan memandangnya dengan tatapan dingin. Kimmy tidak ingin mencintai tanpa dicintai, lebih baik ia menjaga agar hatinya tidak jatuh padanya, karena nanti sesuai perjanjian Aby akan menceraikan Kimmy. Kimmy tidak ingin menjadi jAnda dan mencintai suami yang sudah menceraikannya. Terlalu mengenaskan jika memang sampai terjadi. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Kimmy menghela napas kasar, "Kamu kenapa, Kim?” tanya Wulan. "Nggak apa Mbak, memang kenapa?" "Tadi kamu menghela napas itu." "Oh, nggak. Aku ngerasa kurang oksigen ke otak aja," jawab Kimmy ngelantur. "Mas, kamu ke luar dulu dong. Ngapain di sini," ucap Wulan pada Aby.  "Loh kenapa aku diusir?" "Atau aku aja yang ke luar? Lagian udah malem, kalian mau tidur, kan?” ucap Kimmy. "Jangan, aku masih mau ngobrol sama kamu, Kim. Mas, ke luar sebentar dong." "Kamu ngomong tinggal ngomong, aku nggak akan motong atau ikut-ikutan kok." Kimmy merasa ia ingin keluar dari kamar mereka berdua, bagaimana bisa ia terjebak di tengah-tengah situasi istri pertama dan suaminya berdebat. "Kim, sini deket Mbak duduknya." Kimmy menurut saja. Ia melawati Aby yang duduk di sofa dekat kasur. "Mbak tau situasi kita nggak mudah untuk dilewati, Kim. Tapi Mbak mau kamu tetap di sini dan ada di samping Aby, ya," ucap Wulan to the point. "Hemm, aku mau pulang sih Mbak nanti. Kalau di sini gimana bisa aku tidur. Nggak mungkin kan di tengah kalian." Wulan tertawa mendengar jawaban Kimmy. "Maksud Mbak, kamu jangan ninggalin kita pergi karena nggak kuat sama keadaan ini." "Oh, iya iya." "Kalau kamu butuh Aby, kamu telepon aja dia atau bilang ke Mbak, nanti aku suruh dia ke tempat kamu. Kenapa sih kamu nggak mau tinggal di sini? Belajar mandiri boleh tapi kalau tinggal sendiri kan kesepian," uucapnya. Belajar mandiri? Kimmy heran dengan jawaban Wulan yang ngelantur. Sejak kapan ia ingin belajar mandiri. "Kata Mas Aby kamu mau tinggal sendiri karena mau belajar mandiri." Kimmy mengangguk. Ternyata karena Aby yang memberikan alasan itu. Sungguh ingin sekali ia menjitak kepala dingin suaminya itu. "Iya, Mbak." Hanya itu yang Kimmy ucapkan. "Hari ini biarin Mas Aby tidur sama kamu aja, gimana?” ucap Wulan. "Hah? Nggak usah. Biarin aja Aby sama Mbak di sini. Aku bisa kok pulang sendiri dan tidur sendiri." "Nggak apa. Mas Aby kan suami kamu juga. Wajib loh hukumnya tidur dengan suami." "Mbak, aku nggak apa. Aby biar sama Mbak aja," ucap Kimmy. "Aku pulang dulu ya, Mbak? Udah malem, besok aku kerja. Besok-besok aku dateng lagi." Kimmy berdiri dan pergi keluar dari kamar. Ia sangat ingin pergi dari rumah ini, rumah yang memberikan situasi terjepit untuk Kimmy. Ia merasa aneh jika Wulan memberikan usulan Aby tidur bersamanya. Dari awal Kimmy—sebisa mungkin—meminimalkan pertemuan dengan Aby, ini malah diusulkan tidur bersama. Kimmy sedang mencoba membuka pintu depan, tetapi ia tidak bisa. Entah kenapa. Tiba-tiba saja ia melihat tangan terulur dari belakang dan memutar kunci dan membukanya. Bersamaan dengan terbukanya pintu ke dalam sontak saja Kimmy memundurkan tubuhnya dan membentur tubuh seseorang. "Kalau mau buka pintu ya buka dulu kuncinya," ucapnya dengan suara dingin. Sial! Kimmy merasa jantungnya berdetak lebih cepat dibanding tadi. Ini adalah tanda-tanda yang harus dijauhi. Hari ini Aby membuat jantungnya bergetar dua kali dan Kimmy merasa ia mendapat lampu kuning dari hatinya untuk segera berhati-hati dengan manusia ini. Kimmy menggelengkan kepala dan pergi ke luar. Ia merasa Aby mengikutinya dan ia berbalik. "Kamu bisa kembali ke kamar dan aku bisa pulang sendiri." Aby mengangguk. "Aku cuma mau bukain pintu kok." Kimmy memutar pAndang matanya dan pergi menjauh dari laki-laki yang bisa membuat jantungnya kerja lebih cepat. Ia tidak suka berada berada dalam situasi seperti ini. *** Aby mengikuti Kimmy hingga wanita itu masuk ke dalam rumahnya. Aby hanya ingin memastikan Kimmy sampai dengan selamat. Biar bagaimanapun, Kimmy sekarang sudah menjadi tanggung jawabnya dan tugas Aby juga untuk menjaganya. Aby tidak ingin terjadi sesuatu pada Kimmy. Aby tidak menyangka jika Kimmy bisa membuat Wulan tertawa lepas. Sudah lama Wulan tidak pernah tertawa lepas seperti tadi. Mungkin Aby akan sering-sering mengajak Kimmy untuk bertemu dengan Wulan. Sepertinya Wulan juga menyukai KImmy dan Kimmy bisa membuat Wulan tertawa. ***  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN