6

1300 Kata
We are like parallel lines, always close, never together.   Pagi ini Kimmy sudah siap untuk bekerja. Sebenarnya jam kerja Kimmy dimulai dari jam Sembilan pagi atau jam sepuluh pagi, jadi ia tidak terlalu terburu-buru seperti orang kantoran lainnya dan inilah yang membuat Kimmy makin betah bekerja di WO. Kimmy turun dari kamarnya dan melihat Bi Ijah sedang menyiapkan sarapan untuknya. "Pagi, Bi," sapa Kimmy.  "Non Kimmy, mobilnya sudah siap ya di luar. Terus Tuan Aby juga bilang, nanti malam makan bersama, dijemput sama Tuan jam enam sore." Alis Kimmy mengernyit. "Nggak usah pake Non dong, Bi. Kan kemarin aku udah bilang." "Habisnya Bibi takut dimarah sama Tuan. Tuan kan galak."  "Yaudahh, nanti urusan Tuan marah biar aku yang urus aja, asal bibi jangan panggil aku non-nan-non. Bi, Wulan itu gimana si orangnya?" Kali ini justru Kimmy melihat alis Bi Ijah yang mengernyit. "Non Wulan baik dan lembut gitu. Emang kenapa, Non?"  "Tuh kan, masih aja Non. Kimmy aja Bi, Kimmy." Kimmy menghela napas. "Aku belum pernah ketemu sama Wulan, Bi. Agak gimana gitu kayaknya." "Non Wulan baik kok. Bibi yakin Non Wulan bisa nerima Kimmy. Masa sih Non belum ketemu, pas Non nikah dateng kok. Aduh, bibi manggil pake Non aja ya. Biar bibi juga aman dari Tuan." “Hah? Wulan dateng? Kok aku nggak sadar ya?” “Iya, mungkin karena Non Wulan cuma sebentar datengnya. Pokoknya Non Wulan itu baik banget, Non.” Kimmy tidak menjawab lagi. Kimmy tau Wulan baik, jika tidak wanita mana sih yang mau suaminya dibagi? Cinta atau tidak. Setiap perempuan hanya ingin satu laki-laki di hidupnya dan ia juga menjadi satu-satunya wanita di hidup laki-laki itu. Kimmy lagi-lagi menghela napas. Berurusan dengan Aby membuat Kimmy sering menghela napas. Terlalu banyak udara yang ingin Kimmy hirup jika harus membicarakan manusia satu itu. Dengan lemas Kimmy pergi meninggalkan rumahnya dan menunggu jemputan Jason. Kenapa? Jawabannya karena Kimmy memang sudah memiliki janji dengan Jason akan pergi meeting bersama dengan klien Jason yang akan menikah dua minggu lagi. Setelah Jason datang dengan motor sport-nya, dengan cantik Kimmy duduk di belakang Jason. Hari ini Jason menggunakan motor karena akan lebih praktis dan efisien, Kimmy juga mengiyakan. Semakin cepat selesai semakin cepat juga Kimmy pulang. Kimmy melihat keadaan sekitar jalanan. Terlalu banyak orang yang sedang beraktivitas, bahkan semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing sampai tidak peduli dengan orang sekeliling dan lingkungannya. Mereka tidak peduli dengan asap kendaraan lain, tidak peduli jika ada mobil mogok, tidak peduli pengamen yang sedang berusaha mencari uang, tidak peduli dengan nenek-nenek yang tertatih ingin menyeberang. Mereka asik dengan dunianya sampai rasa ketidakpedulian akan sesama menipis. Kimmy jadi berpikir, apakah ia juga seperti itu? Tidak peduli dengan orang sekitarnya? Ketika sedang asik memperhatiakan keadaan sekitar, Kimmy dikagetkan dengan Jason yang menyerempet mobil orang. Oh Nice! "Matilah gue, gimana nih?” ucap Jason dari balik helmnya. "Ya tanggung jawab dong, malah mau mati. Mobilnya mobil mehong neh kayaknya." Seorang laki-laki turun dengan gayanya yang sombong dan melihat keadaan mobilnya. Jason dengan tanggung jawab turun dari sepeda motor dan menghampiri lelaki itu. "Sorry, sorry, gue buru-buru. Aduh lecet lagi. Gimana ya?"  "Ya gantilah. Kan lo yang salah," ucap laki-laki itu dingin. "Iya, gue bakal ganti tapi sekarang gue buru-buru. Gimana kalau gue kasih kartu nama gue?” ucap Jason.  "Semua orang buru-buru dan punya kesibukan, tapi nggak harus merugikan orang. Gue juga buru-buru kok bukan lo aja," ucap laki-laki itu datar tapi dingin. "Hmm, gini deh. Lo ikut Mas ini ke bengkel ya? Biar gue meeting sendiri,” ucap Jason pada Kimmy. "Ha? Lo aja yang ke bengkel gue meeting," ucap Kimmy. "Kan dia klien gue. Ya?" Kimmy memutar pAndang matanya dan mengulurkan telapak tangannya. "Ngapain?” tanya Jason. "Lo kira bengkel milik nenek lo? Nggak perlu bayar?" Jason langsung mengeluarkan dompet dan memberikan kartu kredit miliknya. "Kalau nggak bisa gimana?” tanya Kimmy. "Pake duit lo dulu. Rembes aja nanti." Kimmy melihat sinis ke arah Jason dan ia berjalan mengikuti laki-laki itu dan masuk ke dalam mobil.  "Bengkelnya jauh nggak?” tanya Kimmy setelah masuk mobil. "Nggak," ucap laki-laki itu dingin. Laki-laki itu menjalankan mobilnya dengan sangat baik. Ia yakin memang Jasonlah yang salah jika ia melihat bagaimana laki-laki ini menyetir. "Gue Diego. Lo?” tanya laki-laki itu. "Kimmyra," ucap Kimmy. "Itu temen kerja lo?” tanya Diego lagi. "Iya, boss gue." "Lo kerja apa?" "Wedding Organizer." Diego mengangguk tanda mengerti akan penjelasan wanita yang baru ia kenal ini. Sebenarnya Diego tidak ingin mengambil pusing dengan kejadian ini, hanya saja ia ingin tau seberapa besar tanggung jawab dari orang yang menabraknya. Sesampainya di bengkel langganan Diego, ia langsung turun dan memberitahu salah satu montir jika mobilnya lecet. Setelah selesai melihat dan berdiskusi, Diego menghampiri Kimmy yang sedang duduk asik melihat para montir memperbaiki mobil-mobil di bengkel ini. "Kayaknya lama ya?” tanya Kimmy setelah melihat Diego duduk di sampingnya. "Mungkin," tcap Diego. "Lo udah lama kerja di situ?" "Lumayan. Lo sendiri kerja apa?” tanya Kimmy balik. "Gue kerja di restaurant." Kimmy mengangguk "Gue boleh minta kartu nama dan telepon lo?” tanya Diego. "Buat?" "Adek gue, dia mau nikah. Siapa tau bisa pake WO lo kan?" Kimmy tersenyum dan memberikan kartu namanya. Setelah itu banyak hal yang mereka obrolkan. Bagi Diego, wanita di hadapannya ini adalah wanita yang menarik. Ia bisa membawa suasana canggung menjadi penuh pembicaraan. Apalagi dengan gaya bicara yang sama sekali tidak jaga ,justru terkesan apa adanya. Diego merasa tertarik tapi setelah ia melihat cincin yang melingkar di jari manis wanita itu, ia tau jika wanita ini sudah menikah. *** Kimmy sudah sampai di rumah. Ia tadi hanya menemani Diego membetulkan mobilnya yang menjadi korban tabrak Jason. Diego sama sekali tidak meminta pertanggungjawaban apapun dari Kimmy. Bahkan, seluruh biaya bengkel dibayar lunas oleh Diego. Diego hanya ingin tau saja seberapa jauh Kimmy dan Jason akan bertanggung jawab dan ternyata mereka memang berniat tanggung jawab. Menurut Kimmy, Diego laki-laki yang dingin di awal dan ia bisa berteman baik dengan Diego akhirnya. "Baru pulang?" "Astaga," ucap Kimmy sambil mengelus dadanya. "Kamu ngagetin aja. Iya aku baru pulang." "Kok nggak bawa mobil aku?” tanya Aby. "Iya tadi Jason jemput. Sekalian meeting jadi aku nggak bawa mobil." Aby mengangguk. "Yaudahh, beres-beres setelah itu kita ke rumah Mami." Kimmy naik ke kamarnya dan mandi. Kimmy sengaja memperlambat semua kegiatannya. Ia benar-benar tidak ingin bertemu dengan Wulan. Ia takut akan melukai hati wanita itu. Setelah selesai. Kimmy turun dengan baju santai tapi sopan. Ia menemukan Aby yang sudah duduk manis menunggunya di ruang Tv. "Udah?” tanya Aby. "Udah." Aby jalan lebih dahulu dan Kimmy mengikuti Aby dari belakang. Kimmy merasa suasana luar bertambah dingin dan menegangkan. Tangannya berkeringat dan ia merasa sedikit nervous. "Wulan nggak apa aku ke sana?” tanya Kimmy. Aby menghentikan langkah kakinya dan berbalik. Ia melihat Kimmy dan menjawab sekenanya saja lalu melanjutkan perjalanan. "Dia pasti sakit hati. Pas nikah dia dateng ya?" "Nggak." "Bohong, Bibi bilang Wulan dateng kok. Wulan cantik?" "Hmm." "Baik ya?" "Hmm." "Lembut juga?" "Hmm." "Kamu bisu ya?" Aby menghentikan langkah dan kembali berbalik ke arah Kimmy. Ia membungkukkan badan dan menyejajarkan dirinya dengan Kimmy. "Kamu terlalu banyak tanya." Aby berbalik lagi dan melanjutkan perjalanan. Kimmy di belakang dengan jantung yang berdebar karena ia sedikit terpesona dengan wajah Aby karena wajah mereka sejenak saling berdekatan. Kimmy menyesal tidak melempar wajah Aby dengan batu. Kenapa harus sedekat itu sih? Lagipula apa salahnya Kimmy bertanya? Bukankah malu bertanya sesat di jalan. Kimmy berjalan dengan kesal. Ia menendangkan kakinya ke udara dan meninju udara seakan itu adalah Aby. Aby sendiri tidak peduli apa yang dilakukan Kimmy di belakangnya. Ia sebenarnya tau apa yang dilakukan Kimmy karena pantulan Kimmy terlihat dari mobil-mobil yang terparkir di sisi kiri dan kanan, tapi Aby tidak ingin ambil pusing, hanya Wulanlah yang ada di pikirannya. Bagaimana perasaan Wulan ketika bertemu dengan Kimmy untuk pertama kalinya? ***  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN