5

1178 Kata
Do what makes your soul happy.   Aby memandang Wulan yang sedang meminum obat dan sambil terbaring di ranjang. Wanita yang menemaninya sejak dulu dari titik terendah di hidupnya sampai sekarang, wanita yang terbaring lemah karena kanker yang mulai menggerogoti tubuhnya. Tubuhnya yang semakin lama semakin kurus dan rambutnya yang semakin kusam dan menipis karena rontok. Aby sungguh tidak sanggup melihat keadaan Wulan seperti ini, ia ingin Wulan bahagia bersamanya. "Mas, kenapa liatin aku begitu?” ucap Wulan dengan senyum merekahnya yang pucat pasi. "Nggak, Mas cuma seneng aja lihat kamu bersemangat gitu." "Mas, Kimmyra mana? Aku liat Mas nggak pernah ke rumahnya atau ajak dia ke sini, padahal udah seminggu menikah. Aku juga belum secara langsung kenalan, pas nikah, kan aku cuma datang sebentar." Aby diam, ucapan Wulan benar. Semenjak menikah Aby tidak pernah mengunjungi Kimmy atau bertanya tentang keadaannya. Entah kenapa Aby hanya merasa belum siap untuk semuanya yang akan terjadi. "Nanti malam Mas ajak dia, ya?" mendengar pernyataan suaminya, Wulan mengangguk dan tersenyum. "Sekarang kamu istirahat dulu." Aby keluar kamar meninggalkan Wulan. Ia akan pergi ke rumah Kimmy untuk mengajaknya makan di rumah. Sebenarnya Aby tidak ingin mempertemukan Wulan dan Kimmy, biar bagaimanapun itu akan menyakiti hati Wulan. Cukup baginya melihat air mata Wulan karena penyakitnya. Ia tidak sanggup jika harus melihat air mata Wulan menetes karena cemburu dengan Kimmyra. Tapi, seakan Wulan tidak mendukung keputusannya, ia malah meminta agar mereka dipertemukan. Aby menghembuskan napas kasar. Aby membuka gerbang rumahnya yang ditinggali Kimmy. Ia melangkah masuk dan membuka pintu dengan kunci serep yang ia miliki. Aby masuk dan mencoba memanggil nama Kimmy, tetapi tidak ada jawaban. Aby mencoba masuk ke dalam kamar Kimmy, setelah ia mengetuk pintu, tetap tidak ada jawaban. Kosong. Kamarnya kosong dan artinya Kimmy belum pulang kerja. Padahal sekarang sudah jam lima sore. Tidak ada yang berubah dari kamar Kimmy, termasuk semua desain dan tata letak yang Aby atur. Hanya saja lemari yang bertambah dan meja rias yang sedikit padat dengan makeup milik Kimmy. Sisanya masih seperti semula, bahkan Kimmy tidak menambahkan barang-barang apapun di kamarnya. Aby keluar dan menunggu Kimmy di ruang Tv. Entah apa yang Kimmy kerjakan, Aby saja kerja sudah pulang dari jam tiga. Mungkin karena memang Aby selalu pulang lebih awal, tapi bukankah jam lima harusnya ia sudah pulang, kan? Aby menunggu sampai pukul setengah tujuh malam dan Kimmy masih saja belum pulang. Akhirnya Aby memutuskan untuk pulang dan mengurungkan niatnya mengajak Kimmy untuk makan Malam. Sesampainya Aby di rumah, Wulan dan Mami sudah siap di meja makan. "Loh katanya kamu jemput Kimmy? Mana Kimmy-nya?” tanya Mami. "Belum pulang, dari tadi Aby nunggu dia. Si Kembar mana?" "Kembar ada tugas di rumah temennya. Jadi, Yaudahh kita duluan aja," ucap Wulan. Aby mulai makan dalam diam. Ia melihat ke arah Wulan dan Mami yang makan juga dalam diam. Biasanya Mama memang tidak pernah mengizinkan obrolan ketika sedang makan. Selesai makan, Aby membawa Wulan ke kamar dan menemaninya sebentar sampai Wulan tertidur. Setelah memastikan Wulan telah tertidur, Aby keluar kamar dan bertemu dengan Bi Ijah di depan pintu. "Bi, Kimmy biasanya pergi kerja jam berapa ya?" Aby bertanya karena ia menugaskan Bi Ijah membantu untuk membersihkan rumah Kimmy setiap harinya. "Oh, Kimmy biasanya keluar jam sembilan atau jam sepuluh. Tergantung ada meeting jam berapa. Memangnya kenapa, Tuan?"  "Kimmy?” tanya Aby. Biasanya Bi Ijah akan memanggil seluruh majikannya menggunakan non atau nyonya. "Iya, Kimmy yang maksa bibi buat manggil kaya gitu,Ttuan. Padahal saya udah bilang takut Tuan marah, tapi Kimmy bilang kalau pake Non atau Nyonya malah Kimmy yang marah. Bibi jadi serba salah, Tuan." "Nggak kok. Saya heran aja. Yaudahh, Makasih ya, Bi." Aby langsung menuju rumah Kimmy lagi. Ia hanya ingin memastikan Kimmy pulang dan tidak kembali ke rumah orang tuanya. Biar bagaimanapun ini memang salahnya, sudah seminggu tidak bertemu dengan Kimmy. Suami macam apa kau, Aby. *** Kimmy membuka pintu pagar dengan lemas setelah berterima kasih kepada Yefta karena mengantarnya pulang ke rumah. esampainya di rumah Kimmy masih harus menyelesaikan pekerjaannya minggu ini. Kimmy masuk ke dalam rumah dan betapa terkejutnya melihat Aby yang sudah duduk menonton televisi. "Aby?” tanya Kimmy memastikan. "Baru pulang?" suara Aby terdengar dingin. Kimmy mengangguk dan berjalan menuju dapur untuk mengambil minum. "Tumben kamu ke sini?” tanya Kimmy lagi meminum air dingin. "Kamu selalu pulang jam segini?" Kimmy berjalan menuju ruang Tv dan duduk di hadapan Aby. "Iya, biasa jam segini. Ada apa kamu ke sini?" "Nggak. Tadi aku berniat ajak kamu makan sama Mami dan Wulan di rumah." Kimmy hanya mengangguk. Rumah? Padahal ini juga rumahnya, tapi ia tidak pernah menganggap ini sebagai rumahnya. "Aku udah makan."  "Harusnya begitu. Udah hampir tengah malam, mana mungkin kamu belum makan." Kimmy mengembuskan napasnya dengan kasar. Ia tau sekali itu sindiran untuknya tapi menurut Kimmy, Aby tidak berhak sama sekali mengatur Kimmy, kan? "Kamu biasa pulang jam segini?” tanyanya lagi tanpa menghilangkan kesan dinginnya. "Iya, ini aku habis meeting sama pengantin yang mau nikah. Kenapa tanya pertanyaan yang sama terus sih? Padahal udah dijawab juga. Lagian tumben kamu nyariin aku? Ada perlu selain makan bareng?" Aby diam tidak menjawab malah bertanya yang lain. "Kamu pulang naik apa?" "Biasanya sih naik ojek online atau taksi online, tapi hari ini dianterin sama temen." Aby mengangguk. "Kamu bisa kerja di kantor aku kok."  Kimmy mengernyit heran, "Maksud kamu?"  "Daripada kamu pulang tengah malem, dan kayaknya gaji kamu nggak seberapa, kan? Kamu juga lulusan ekonomi."  Kimmy tersenyum sinis dan menggelengkan kepalanya. "Begini ya, Tuan Aby yang terhormat, sepertinya kamu salah paham. Aku kerja di sini bukan soal gaji, tapi karena aku nyaman bekerja di sini. Bukan juga karena jabatan tapi karena aku enjoy. Aku seneng bekerja di sini dan aku happy. Lagian kalau aku mau juga bisa kerja di kantor yang aku iginkan, dan bukan kantor kamu." Kimmy menghela napas lagi. "Kalau kamu ke sini untuk ngatur-ngatur aku, mending kamu inget dulu perjanjian awal kita. Kamu nggak bisa ngatur aku karena kita menikah, bukan karena suka sama suka. Aku nggak pernah ikut campur urusan kamu, kan?" "Oke, sorry. Aku minta maaf karena aku lancang untuk ngatur kamu. Aku cuma mencoba memberi pilihan lain yang mungkin lebih baik untuk kamu," ucap Aby. "Gini aja, kamu bisa nyetir?" "Ngapain tanya aku bisa nyetir apa nggak? mau suruh aku jadi supir online?" sindir Kimmy. "Nggak." Aby mengeluarkan kunci mobil miliknya. "Apa maksudnya nih?” tanya Kimmy heran. "Kunci mobil, kamu bisa pakai sekarang. Pakai mobil ini untuk kerja, anggap aja ini fasilitas," ucap Aby lalu pergi meninggalkan Kimmy. Aby bangit dari sofa dan pergi menjauh. Kimmy berdecak. Ia heran pada Aby, bagaimana bisa ia pergi hanya menggunakan kunci? Ia saja tidak melihat mobil Aby terparkir di depan rumah. Jika memang berniat baik kenapa harus setengah-setengah? Masa iya Kimmy harus mengambil mobil itu sendiri. Kimmy menggelengkan kepala dan tidak menerima kunci itu. Kimmy malah mengunci pagar dan pintu lalu naik ke atas dan istirahat. Cukup sudah mendapat klien yang banyak maunya dan meladeni tingkah Aby yang aneh hari ini. Apa Aby baru menyadari kehadirannya sekarang? Padahal ia sudah satu minggu menikah. Kimmy tertawa melihat hidupnya yang mulai absurd.  ***  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN