“Nanti malam, kamu dinner dengan Mona di Restauran Jingga.”
Tuhan seakan tak membiarkan seorang Rain bahagia. Pemuda ini lagi dan lagi harus mendapat perintah dari Bima selaku papanya.
“Perjodohan lagi, Pa? Rain, kan, sudah bilang ke Papa kalau –“
“Kamu nggak setuju dengan perjodohan? Papa sudah tau. Dan kamu tau juga kalau Papa lakuin ini itu karena –“
“Karena Papa ingin menyelamatkan perusahaan Papa, ‘kan? Pa … sudah berapa kali Papa coba deketin aku dengan anak-anak rekan bisnis Papa itu? Sampai kapan Papa mau jadikan Rain seperti sapi perah?” kata pemuda ini dengan nada marah karena terus-terusan selalu diperintah oleh sang papa.
“Rain! Jaga bicara kamu. Papa tidak mau tau, pokoknya nanti malam kamu harus bertemu Mona. Kalau tidak … Papa akan tarik semua fasilitas kamu dan kamu tidak boleh kuliah.” Ancaman Bima nyatanya mampu membungkan seorang Rain. Seperti biasa, pemuda ini pun tidak akan bisa membantah sang papa. Jika mamanya masih hidup, sudah pasti beliau tidak akan setuju dengan keputusan suaminya ini.
Nyatanya Bima selalu menang dan Rain selalu kalah. Seperti saat ini, pemuda itu seakan tak berkutik kala dihadapkan dengan gadis-gadis seperti Mona. Sejak memasuki restauran, gadis itu selalu mendekati Rain. Padahal Rain sudah menolaknya mentah-mentah. Entah dengan cara halus maupun kasar.
“Rain, kamu sudah punya pacar belum?”
Rain menjawab datar, “Sudah putus. Kemarin.”
“Putus? Kenapa bisa putus?”
“Perlu lo tau? Nggak penting juga, kan?”
“Penting kok, kalau menyangkut Rain, pasti semuanya terasa penting.”
Rain mendengkus kesal kala mendengar nada menjijikkan gadis itu. “Dia lebih milih sahabat gue,” jelas Rain dengan singkat yang kembali diingatkan mengenai patah hatinya kemarin.
“Pengkhianat? Pantesan. Dasar cewek nggak tau diri. Sudah beruntung dia bisa dapetin kamu, kan? Memang cewek kayak gitu tuh nggak perlu di kasihani. Untung kamu tau kalau dia pengkhianat.”
Rain tersenyum sinis kala mendengar pernyataan Mona. Rain tidak habis pikir dengan gadis-gadis di luar sana yang malah asyik membicarakan keburukan gadis lain. Apakah itu pantas?
“Rain, kamu tenang saja, aku bakal setia sama kamu, kok. Kamu kan tau sendiri kalau aku ini tipe gadis yang setia,” kata Mona dengan pedenya. Kalau bukan karena di restauran, Rain paling sudah muntah kala mendengar gadis yang berada di depannya ini memuji diri sendiri. Gadis gila.
Disa saat ini tengah menjalankan kerja paruh waktunya di sebuah restauran. Setiap hari senin hingga jum’at pagi, gadis itu akan bekerja di toko karena jadwal kelasnya selalu sore. Jika hari sabtu dan minggu, Disa akan bekerja di restauran dari sore hingga malam. Disa saat ini adalah salah satu mahasiswi di sebuah perguruan tinggi. Dia mengambil jurusan management sebagai tombak agar suatu saat nanti dia bisa bekerja di sebuah kantor dengan gaji tetap tidak seperti kerja part time yang selama ini ia lakukan.
Prangggg
Kurang hati-hati dan ceroboh mungkin saat ini gambaran dari keadaan Disa. Entah bagaimana, gadis itu terpeleset dan tanpa sengaja menumpahkan minuman yang ia bawa tadi.
“OMG BAJU GUE!!” Suara cempreng Mona membuat gendang telinga orang yang mendengarnya pecah.
Disa terbelalak kaget kala melihat dress yang dipakai Mona berubah menjadi ungu. Kebetulan Disa tengah membawa jus buah naga.
“Woi, malah bengong! Tanggung jawab! Gue nggak mau tau, lo harus ganti rugi dan juga di mana manager lo? Gue mau ketemu,” kata Lala kesal.
Seakan mendapat sinyal berbahaya, Disa buru-buru meminta maaf atas kecerobohannya, “Mbak, saya minta maaf. Saya mohon jangan bawa masalah ini ke manager saya. Saya sangat butuh pekerjaan ini, Mbak.”
Rain yang sejak tadi hanya menyaksikan kegaduhan ini, memilih angkat bicara. Toh ini juga salah Rain, karena pemuda itu tadi sengaja menjegal kaki Disa agar Mona bisa melepaskannya. Rencana Rain berhasil, tapi dia menciptakan masalah lain bagi orang lain. Karena tak tega, Rain mencoba melerai keduanya.
“Mon, sudahlah. Dia nggak sengaja. Lo nggak usah ambil serius,” kata Rain mencoba menengahi. Disa menoleh ke arah sumber suara. Dan betapa terkejutnya dia mendapati tempo tempo hari yang pernah membuat keributan di toko tempat dirinya bekerja.
“Mbak, nggak perlu lihat pacar gue sampai segitunya,” ucap Mona tiba-tiba.
“Mon, gue bukan pacar lo,” balas Rain yang kemudian memilih pergi dari sana.
“Gue belum selesai sama lo, ya. Awas aja lo,” tunjuk Mona kepada Disa yang sejak tadi memperhatikan.
Mona menyusul Rain berjalan terlalu cepat di depannya. Rain senang bisa terbebas dari Mona. Setidaknya hingga saat ini, pemuda itu bisa terhindari dari seorang Mona. Dan untuk pelayan tadi, dia cukup terkejut mendapati gadis yang sama yang bekerja di toko waktu itu. Apakah itu gadis yang sama? Atau mereka kembar?
“Si cowok dan cewek nggak ada bedanya, sama-sama gila,” cibir Disa kala melihat kepergian Rain dan Mona. Disa menyayangkan dia harus kembali bertemu dengan pemuda itu sebanyak dua kali.
Terima kasih untuk ❤ dan komen jika ingin ☺