Yang Seharusnya Tak Terlihat

1380 Kata

Begitu mobil yang menjemput tiba di depan lobi rumah sakit, Emran dan Qisya dibantu perawat untuk turun dengan hati-hati. Meski sudah diperbolehkan pulang, gerakan Emran masih belum secepat biasanya. Tapi wajahnya sumringah. Terang. Seperti seseorang yang baru saja lolos dari badai. Di sepanjang perjalanan pulang, Qisya terus-menerus mengecek kondisi suaminya. “Kepalamu gimana, Mas? Sakit gak? Mual?” “Enggak, Sayang. Aku cuma kangen berat sama rumah,” jawab Emran sambil melirik istrinya penuh cinta. Qisya tersenyum, menatap ke luar jendela. “Aku juga.” * Kabar kepulangan Emran disambut suka cita oleh keluarga Qisya. Di rumah, Hartono dan Sukma sudah menunggu sambil sibuk menenangkan Zidan—cucu laki-laki mereka yang tak henti-hentinya bertanya kapan Papanya pulang. Bocah empat tahun it

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN