Emran tak menyangka Aufa berubah jadi bola api besar dan meledak ke arahnya. Ia tak sempat menghindar—tubuhnya terlempar, berguling menuruni tangga ke lantai tiga. Meski kulitnya tak terbakar, seluruh tubuh terasa hangus. Ia melolong kesakitan. Dengan sisa tenaga, Emran meraih penutup mata dari saku jaketnya dan memakainya. Seketika, hiruk-pikuk kebakaran menghilang. Rasa sakit lenyap. Tapi fakta bahwa ia baru saja jatuh dari tangga tetap nyata. “Astaga! Abang nggak apa-apa?” Dion terkejut. Ia hendak naik saat Emran jatuh dan berhenti di dekat kakinya. Dion buru-buru membantu. Emran meraba tubuhnya lalu menghela napas. “Alhamdulillah, Yon. Aku nggak apa-apa.” “Kok bisa jatuh? Melamun? Biasanya juga abang naik lift, kan?” “Iya. Tadi pengin olahraga dikit, eh malah terpeleset.” “Ya amp

